CHAPTER 1: The Badminton Girl

24 0 0
                                    

Mau sejago apapun seorang murid di sekolah ini dalam bermain badminton atau bulu tangkis,

Tetap harus hati-hati kalau sudah mendapat lawan yang tak terkalahkan di sana, Aranite Verdine.

Aranite tengah melaksanakan sparring dengan murid sekolah lain. Skor sementara 19-15. Jelas, Aranite lebih tinggi. Tapi, ini pertama kali seseorang bisa membuatnya sedikit kesusahan untuk mencetak skor. Dengan ini, Aranite sangat antusias bertemu musuh yang tangguh. Tapi tentu,

Tidak ada seorangpun yang bisa mengalahkanku di permainan bulu tangkis!

Bahkan sang pelatih juga sangat percaya akan skill dewa Aranite dan berniat mendaftarnya untuk ikut pertandingan sungguhan.

Dengan semangat menggebu-gebu, Aranite melakukan pukulan service lop-nya.

Lop: Dari guru author, pukulan sampai garis akhir lapangan bulu tangkis

Lawannya memukul balik kock dengan pukulan pelan, menyebabkan kock melewati net tapi hendak jatuh tak jauh dari sana.

Aranite sudah memprediksikan ini segera berlari dan memukul balik kock-nya, menyebabkan kock itu menyentuh net dan jatuh di tempat lawannya, tak sempat dipukul kembali oleh gadis di balik net itu.

Dengan ini, skor menjadi 20-15, match point untuk Aranite. Aranite tersenyum penuh semangat.

Lagi-lagi Aranite melakukan pukulan service. Dia memukulnya dengan service jarak pendek.

Akibat Aranite mencetak skor dan mencapai match point membuat gadis lawannya berusaha semakin giat. Dia memukul kembali bola itu dengan cepat, sejajar di atas net. 

Sial! Gertak Aranite sebelum memukul kembali kock itu. Kenapa aku belum bisa melakukan pukulan Drive?!

Lawannya membidik pukulannya dan melakukan smash. Sayangnya, Aranite yang sendirinya tidak yakin lawannya akan menggunakan pukulan smash masih dapat memukul kembali kock itu karena reflek. Semua orang sudah yakin kock itu akan jatuh. Tapi ternyata Aranite tidak seperti dugaan mereka.

Permainan berlanjut. Walau dengan energi terkuras, keduanya bertarung dengan sengit. Skor pada saat ini; 20-18. Lawannya mengejar.

Mendapat skor 3 kali berturut-turut belum membuat gadis itu puas. Dia pasti bisa mengejar dan mendapatkan kemenangan dengan Deuce. 

Lagi-lagi, Aranite harus merusak tekadnya dengan pukulan Drop Short di mana ia menarik tangannya ke belakang seperti ingin memukul kock-nya kencang, dan ternyata hanya pukulan kecil, hingga kock terjatuh tidak jauh di balik net. Mata lawannya membesar. Capek dan frustasi begitu menekannya hingga ia tidak bisa fokus.

Peluit dibunyikan dengan nyaring dan panjang. Banyak tangan bertepuk akan pertandingan sengit ini.

"YES!!!!" Pelatih Aranite berseru dengan kencang sambil berlari menuju perempuan berambut coklat itu.

Aranite menyeringai menatap papan skor. Dia mengepalkan tinjunya dan mengangkatnya tinggi di udara.

"I---oof!"

"Aku sangat bangga padamu, Aranite!" Isak sang pelatih memeluk Aranite selayak anaknya sendiri. "Dengan ini, kau ikut tanding tingkat nasional, nak! Aku sangat bangga!"

Senyum Aranite kian melebar mendengar kalimat itu sebelum air mata ikut bercucuran bersama keringatnya.

"Aku tidak percaya." Engahnya, memandang raket putih Yonex miliknya seraya membetulkan kacamatanya. "I did it."

RacketeerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang