CHAPTER 4: Prepare

10 0 0
                                    

Sorry lama gak update 😅

Sekolah, kerja kelompok, blablabla

Kesibukan author ini memang sangat mengganggu aktivitas menulis author :"v

On with the story!

______________________________________

"Ara, pelatihmu mengatakan kalau aku yang akan melatihmu untuk pertandingan nanti." Papa tiba-tiba berkata.

"Benarkah!?" Aranite bertanya penuh harap.

"Yup. Dan..." Papanya menyeringai. "Setiap hari, setiap sore... Kau akan dilatih untuk melakukan smash milikku. Dan cara untuk memukul kembali smash milikku."

"Hah!? Seriusan!? Tapikan itu smash papa... Aku nggak mau ngambil skill papa..." Aranite menggelengkan kepalanya.

"Ini namanya mewariskan, nak." Papa terkekeh.

"Serius, pa?" Aranite memastikan.

"Iyalah." Papa menjawab dengan seringaian. "Latihan dimulai SE-KA-RANG!"

Aranite menelan ludah saat papanya mengangkat raketnya di udara. Aranite mengangkat Racket tapi tidak setinggi papanya.

"Umm... Yay?" Aranite terkekeh canggung.

Papa lalu menarik Aranite keluar rumah. Aranite menangkap mamanya dan memberikan tatapan meminta tolong. Mamanya menatap sejenak, lalu malah mengayunkan tangannya seolah mengusir Aranite.

Aranite menatap mamanya tak percaya dan akhirnya mereka keluar dari rumah.

"Ara, kamu di sisi sebalah sana, papa di sini." Komando papa. "Oh, dan kamu yang service."

Aranite mengangguk. Jujur saja, dia sedang tidak mood ngapa-ngapain. Tapi tidak ada gunanya melawan papa. Jadi dia ikut saja.

"Dengar, Aranite. Hal yang dasar dari bulu tangkis adalah; asal kock-nya kena dan melewati net. Dan kamu sudah bisa melakukan itu dengan sangat, sangat, bagus." Papa menjelaskan. Aranite mengangguk. "Jenis pukulan yang dasar ada-"

"Dua. Forehand dan Backhand. Forehand itu di mana tangan menghadap ke arah datangnya kock, backhand membelakangi." Aranite melanjutkan.

"Bagus." Papa mengangguk puas. "Nah, ayo service."

Aranite memukul kock di tangannya sebelum melebarkan posisi kakinya.

Papa berlari ke depan dan melompat untuk memukul kock.

"Depan!"

Aranite agak kaget, tapi dia langsung berlari ke depan. Papanya memukul kock itu dengan smash dan pukulannya seolah benar-benar di atas net. Sesuai aba-aba, Aranite mengulurkan Racket dan memukul kock itu.

Karena posisinya yang kurang enak, pukulannya tidak kencang. Jika ada net, kock itu akan menyentuhnya dan jatuh di tempat papanya.

Papa tentu saja tidak memukul kembali, takut malah mengenai putrinya yang berada tepat di hadapannya itu.

"Nah, Aranite." Dia tersenyum. "Itu 1-0."

Aranite terbelalak mendengarnya. "Eh?"

"1-0. Kau mendapat skor." Papa mengulang lagi, mengerti betapa syok anaknya itu.

"Eh!? Serius!?" Aranite menatap Racket seolah Racket sedang hidup atau ada di dunia ini sekarang. "Aku... Mencetak skor sebelum papa?"

"Bagus sekali, Ara. Kamu mengikuti aba-abaku." Papa memujinya. "Lagi! Ambil kock-nya dan berikan service yang jauh!"

RacketeerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang