CHAPTER 5: Heroine

7 0 0
                                    

Boom!

Ledakkan itu melahap sedetil-detilnya bangunan itu hingga hampir tak tersisa apapun.

Racketeer menapakkan satu langkah terakhir di pintu HQ itu sebelum benar-benar keluar. Dia mendengar ledakkan dahsyat itu dan mempercepat larinya agar tidak terkena efeknya.

Setelah jauh, Racketeer membiarkan dirinya terjatuh duduk dengan tergesa-gesa, rasa tidak percaya melahapnya hidup-hidup.

"Aku berhasil..." Gumam Racketeer, syok.

"Congrats." Ucap Racket dengan kagum. "Ternyata kau tidak seperti yang kukira."

Racketeer tersenyum mendengar ini dan memilih untuk duduk sebentar dan menstabilkan nafasnya.

"Ummm... Halo?"

Sontak, Racketeer dan Racket terlonjak. Mereka mencari sumber suara dan melihat seseorang memakai jaket dengan hoodie. Mukanya setengah syok dan setengah takut.

Racketeer dengan cepat berkata.

"Tenang saja. Bangunan itu adalah tempat persembunyian musuhku. Errr... Dia berencana untuk menyerang kota dengan robot-robotnya jadi aku menghancurkan bangunan ini..." Jelas Racketeer, keringatnya menjadi dingin.

Wajah manusia itu berubah menjadi takjub dan senang. "Benarkah??"

"Bisa dibilang begitu, ya."

"Oh my Gosh!" Jerit orang itu dengan senang. Dia menarik hoodie-nya turun, memperlihatkan wajahnya. Ia seorang wanita, di tangannya tergenggam sebuah Hp yang merekam semuanya. Tanpa sepengetahuan Racketeer. "Sudah menjadi impianku berbicara dengan seorang hero atau heroine! Siapa namamu??"

Racketeer butuh beberapa detik untuk memproses apa yang terjadi sebelum ia memberi seringaian dan acungan jempol pada Hp wanita itu.

"Aku Racketeer. Nama itu kuambil dari Musketeer. Dan ini Racket. Raket ajaibku." Ucap Racketeer dengan girang, membuat Racket memutar bola matanya.

"Salam." Ucap raket itu memberi senyuman sok-sok ganteng pada kamera Hp.

Wanita itu kembali menarik nafas dalam dan hampir tidak mengeluarkannya.

Racketeer melirik jam tangannya dan hampir mengeluarkan gasp, tapi ia berhasil menenangkan dirinya agar tetap terlihat cool dan mengatakan pada sang fan pertamanya.

"Lain kali kita akan mengobrol lebih banya lagi, ya! Aku harus pergi!" Racketeer berdiri dan melambaikan kedua jari—jari telunjuk dan tengah dirapatkan—nya dan wink. "Racketeer has LEFT the stage!"

Tanpa aba-aba, heroine terbaru itu menghilang bagai seorang ninja.

***

Latihan Aranite dilakukan hampir setiap hari. Semakin hari, Aranite semakin berkembang. Tidak hanya itu, status Aranite sebagai Racketeer mulai populer. Racketeer, sesuai yang dividiokan wanita itu, langsung viral. Semua orang sangat senang mendapat seorang pahlawan yang dapat melindungi mereka.

Ini juga membuat semua orang semakin penasaran akan siapa yang berada di balik topeng itu.

Sisi buruknya adalah ejekan anak-anak dari sekolahnya semakin parah. Mereka mengejek Aranite yang memiliki mimpi sebagai pahlawan telah dikalahkan oleh Racketeer. Tentu perkataan-perkataan itu tidak menggoyahkan semangat Aranite karena dialah Racketeer. Dan dia suka membuat teman-temannya bingung walau mereka sekarang menjadi lebih parah dalam hal mengejek dan menghina.

RacketeerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang