6

9 2 0
                                    

Aku pulang ke rumah seperti biasa. Mama selalu di depan pintu kamar sambil menceramahiku. Aku suka.

"Ih, mama ngomong tuh di dengerin!," kesal Mama.

"Iya Ma, Sava dengerin. Mama ga haus?,"

"Haus? Kenapa haus?,"

"Haus akan ABS oppa!!,"

"Ih, masih kecil udah tahu ABS oppa, aduh.." kata Mama mendekatiku.

"Aduhduh...,"

"Mau mama jewer lagi hm?," kata Mama mengejarku.

"Ih iya maaf! Tadi khilaf! Tapi, memang iya kan. ABS oppa tuh menggoda iman," kataku.

"Ah udahlah, Mama mau nonton drakor aja." kata Mama meninggalkan aku yang kembali ke tempat tidur.

"Yah.. Ga asik!," teriakku.

"Palli! Ganti baju! Makan! Mama tunggu loh ya!," teriak Mama dari tangga.

"Bomat!,"

"Glendissa!," teriak Mama tiba-tiba.

Glendissa?! Kakak aku pulang! Mati.

"halo Ma!," teriak Glen dari pintu utama.

"Ih, kok ga ngabarin Mama sih?,"

"Mau buat surprise sekali-sekali haha.. " tawa Glen.

"Sava! Glen pulang!!," teriak Mama.

"Iya, aku dengar kok." jawabku dari tangga.

"Yauda, yang 16 tau deh.." kata Glen.

"Oh iya Ma, Sava banyak hutang loh Ma.. Dia sering banget titip album siapatuh Va?," tanya Glen pura-pura lupa.

"Gausah bohong, Dream Street."

"Ih itu Ma! Masa dia suka sama oeang yang uda lama gitu," kata Glen mendekati Mama.

"Gausah ngelantur, masih hidup kok mereka."

Mama tersenyum, suasana ini lah yang membuat rumah semakin pecah.  Jika hanya aku dan Mama biasanya hanya kami yang membuat humor. Jika ada Kak Glen, biasanya ada yang berantem. Dasar, otaknya penuh akan ulahan.

"Udah gitu Ma.. Sa-," ucapnya berhenti saat aku membanting sendok yang sekarang ku pegang di meja makan.

"Ih lo kenapa sih Va?,"

"Lagi makan, nanti aja bahasnya."

"Bilang aja lo takut kalo Sari tahu." kata Glen.

"Sarimi mah dah tau, lo nya aja telat."

"Yaudah, mari Glen kita adukan ke Sari jika nama dia sekarang Sarimi." kata Mama membawa kentang goreng ke meja makan.

"Ih! Ide yang bagus!," kata Glen setuju.

"Dih, tukang ngadu. Lo cowok apa cewek sih Glen. Gitu aja ngadu, yaelah. Ga asik!," kataku.

"Apa tuh yang ga asik?," kata orang dari pintu utama.

"Sarimi pulang teman-teman!," teriak Glen.

"Hah? Sarimi? Sava mau buat nama baru lagi ya?," susul Papa dari belakang.

Muka Sari datar. Kakakku satu ini memang selalu datar apapun yang ku- katakan ia tetap sabar.

"Hehe piss Sar piss," kataku mendekati Sari.

"Dih, udah ga sopan. Kemarin manggil gue apa? Sarinem? Sacinem? Soto? Sop?," kata Sari yang sepertinya harini cuaca hati-nya sedang baik.

"Wah! Lo ngomong lebih dari 4 kata! Aku senang! Yeay!!!," kataku memeluk Sari.

RADITHYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang