7

7 1 0
                                    

"Tangkap Kir!," teriak Leana dari ujung lapangan.

"Aduh! Kenapa gue sih!!!," teriak Kiara dari sebelahku.

"Tangkap aja udah, daripada kita ga dapat nilai." kataku ke Kiara.

Kiara hanya diam dan fokus ke bola yang dilemparkan Leana. Kiara langsung meng-dribble bola itu ke ring. Tapi..

"Yey! Satu kosong!," teriak Kiara kese

Semuanya terdiam. Tertawa melihat tingkah Kiara.

"Eh pintar! Ini ring kami kali! haha," kata Viona sambil tertawa.

Aku hanya menggeleng-geleng kepalaku. Sepertinya, aku salah menyuruh Kiara disampingku.

"Gapapa, just a game." kataku sambil menarik tangannya menjauh dari lapangan.

Kami duduk di bawah pohon dekat lapangan langsung di kerumuni oleh Leana dan Fena. Fena tadi tidak main. Jadi kami hanya 3 on 3.

"Lo sih Fen! Kenapa juga harus sakit perut. Kan, kita kalah." kesal Leana.

"Yaudalah.. Udah lewat." kataku mencari botol minum di dekatku.

"Maaf ya." ucap Kiara membuat aegyo.

"Jangan sok lucu, ga gue maafin." kata Leana yang wajahnya sudah memanas.

Leana tidak tahan wajah imut ataupun lucu. Siapapun yang melakukannya dia akan memanas seperti ini.

"Udah yuk ganti baju!," teriakku.

Semuanya mengangguk dan berjalan mengikutiku ke kelas. Tanpa di sadar, Radith ada disana. Menatapku dari atas. Sebenarnya, sadar saat melihat botol minum disebelahku.

Capek ya? Butuh Aqu-a? -Raka.

Aku tahu Raka itu siapa. Tapi, pura-pura saja tidak tahu. Biar?, biar ia penasaran. Haha..

"Eh Va, itu Radith bukan?," tanya Fena melihat ke arah pintu kelas.

"Radith siapa?," tanya Kiara.

"Radith, Radith Ananda." jawab Fena.

"Ngapain dia di depan kelas kita?," tanyaku.

"Kalo tau uda gue kasih tahu kali mbak," kata Leana dengan wajah masih bete.

"Aduh, udah dong kesel-nya gue ga kuat." kataku.

"Bodoh ah.. Samperin deh Va," kata Leana.

"Iya Va, kami tunggu sini ya. Mana tahu lo mau balikan sama dia. Kan ga asik aja." kata Fena.

Aku hanya diam dan berjalan ke arah Radan.

"Ngapain?," tanyaku datar.

"Kenapa? Ga boleh? Kan, bukan sekolah lo." kata Radan.

"Bodoh, tapi kelas gue."

"Mana Pangeran lo? Haha.. Ralat, pujaan hati lo!," tegasnya.

"Siapa? Wishaka?,"

"Oh, jadi lo sekarang sama anak angkat Mama gue. Baguslah, sama-sama dari buangan. Lo buangan juga kan?," kata Radan menunjuk ke arahku.

"Buangan?! Apa lo bilang? Buangan? Yang ada gue yang buang lo! Denger ya, Radithya Ananda. Sepertinya anda ingin sekali balikan dengan saya. Terlalu rendah, balikan ke mantan. Yang ada gue buang lo." kataku berjalan masuk ke kelas.

"Apa lo bilang?!, hey! Jaga mulut lo!9" teriak Ananda sambil berjalan ke arahku.

"Apalagi sih lo?! Oh, mau nambah lagi ya hinaan gue?," kataku menantang.

Plak!

"Astagfirullah!" teriak Fena dari luar.

"Panggil Wishaka Lea, cepat!" kata Fena menyuruh Leana.

"Wah, rendah banget lo ya? Sampai nampar gue, belom cukup? Nih, tampar lagi!," kataku.

Kiara berlari ke arahku. Menahan emosiku yang kian menjadi-jadi. Entah mengapa hal ini membuatku semakin berani menghadapi Radan.

"Mana yang lo bilang saya ke Radan?," kata Radan lagi.

"Radan? Hahah.. Radan apaan. Radian? Buat apa juga gue manggil lo kek gitu lagi? Lo aja nyakitin gue. Oalah, pemabuk!," teriakku didepan wajah Radan.

Radan siap-siap menampar ku lagi. Tapi..

"Nanda, cukup." kata Radith menahan tangan Radan.

"Wah, wah, wah.. Pangeran lo dateng ni Va!," teriak Radan yang setengah sadar.

Aku di bawa Kiara menjauh dari kelas. Aku tidak tahu apa kejadian setelah ini. Yang ku tahu, Radith disana. Menahan Radan, melindungi-ku.

Sekarang, aku di belakang sekolah. Menunggu Kiara balik dari vending machine di ujung koridor.

Aku tak habis pikir buat apa Radan mabuk-mabukan di pagi hari. Apa dia udah gila?.

"Nih Va.." kata Kiara menyodorkan botol minum kepadaku.

"Lo gapapa kan?," tanya Kiara.

"Gak kok, makasih ya.."

"Gue ga habis pikir Ananda mabuk-mabukan di pagi hari. Uda kebiasaan dia ya?," tanya Kiara.

"Gatau, yang aku tau dia aneh."

"Tapi gue bingung kenapa ada Radith disana.." kata Kiara.

"Apa selama ini itu.."

Twinnie90

RADITHYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang