"Cinta bukan secangkir kopi yang nikmat saat ditenggak namun pahit di setiap akhir rasanya"
Ayu masih tetap duduk di kantornya walaupun jam kerja sudah usai dua jam yang lalu. Pikirannya menerawang jauh, matanya menelisik seluruh ruangan kantor. Hanya terlihat beberapa komputer dan buku-buku yang tertata rapi di kantornya. Tak ada seorangpun yang nampak di sana. Seluruh pegawai sudah pulang, kecuali Pak Slamet satpam separuh baya yang masih tetap setia menjaga kantor. Bau hujan diluaran serta semilir angin berhawa dingin semakin tajam menusuk tulang. Musim penghujan di akhir bulan ini memang semakin memperlihatkan rutinitasnya. Hampir bisa dipastikan hujan akan mengguyur kota kembang itu di setiap sorenya. Sesaat Ayu melihat dari kaca jendela suasana luar kantor nya yang terlihat mulai gelap. Ayu pun kembali duduk, sepertinya Ayu enggan untuk segera pulang. Kejadian sore itu benar-benar telah melukai perasaan nya lelaki yang sangat dicintainya diketahui telah mencintai wanita lain di belakangnya. Ayu merasa sangat sakit hati dan dikhianati.
Sore itu, di saat Ayu sedang mencari perlengkapan untuk persiapan pernikahannya bulan depan, secara tidak sengaja Ayu melihat sebuah pemandangan yang akhirnya menjadi awal kehancuran kehidupannya. Ayu menghentikan langkah kakinya. Sejenak Ayu terperanjat oleh sebuah pemandangan di pojok kafe itu. Ada seorang lelaki memakai jaket yang sangat tidak asing dalam ingatan Ayu. Padu padan jaket levis dan celana jeans lengkap dg sepatu ket dan topi warna putih itu memang selalu menjadi pemandangan favorit lelaki itu hampir di setiap kesempatan. Ayu belum berani memastikan siapa lelaki itu sebenarnya, karena Rio nama lelaki yang selama ini selalu setia mendampingi keseharian Ayu sedang berada di luar kota. Tetapi rasa penasaran Ayu akhirnya memaksanya untuk segera mencari tempat duduk dan memesan secangkir capuccino untuk mencari tahu siapakah lelaki itu sebenarnya.
Setelah hampir satu jam mengintai dengan penuh tanda tanya, akhirnya Ayu bisa melihat dengan jelas wajah lelaki tersebut. Dan benar saja, ternyata lelaki itu adalah Rio. Iya, lelaki itu adalah Rio, kekasih yg selama ini selalu bersamanya. Lantas siapa wanita yg di gandengnya itu?
Mata Ayu seketika berkaca-kaca. Pikirannya berkecamuk tak karuan. Perlahan, Ayu mengikuti Rio dan wanita barunya tersebut secara diam-diam. Ayu sengaja memberi jarak laju mobilnya dg mobil Rio. Setelah sekian lama berkendara, akhirnya mobil Rio memasuki sebuah halaman parkir. Hotel! Rio memasuki parkiran hotel. Hati Ayu semakin bergemuruh dan panas. Tetap saja Ayu mengintai Rio dari kejauhan. Lagi-lagi Ayu harus menelan kenyataan pahit. Rio memasuki kamar hotel bersama wanita muda tersebut. Penampilan wanita tersebut memang sangat berbeda dg penampilan Ayu. Wanita teman Rio memakai rok mini, sepatu high heels dan baju yg terbuka lengannya. Sedangkan Ayu adalah wanita sholehah yg tak pernah melepas hijab. Setelah beberapa saat, Ayu memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar hotel tersebut.
Alangkah terperanjatnya Ayu saat Rio membukakan pintu kamarnya, tampak Rio yang hanya memakai celana pendek terkejut melihat kedatangan Ayu. Teman wanita Rio pun terlihat bersembunyi di balik selimut putih. Ayu tak kuasa menahan air matanya. Ayu menangis dan tak mampu berkata apa-apa. Rio yang melihat kedatangan Ayu terperanjat bukan kepalang. Ayu segera berlari meninggalkan Rio. Tak ada satu katapun yg di ucapkan Ayu. Dia hanya menangis dan berlalu pergi. Meskipun Rio berusaha mengejarnya, namun tetap saja Ayu tak menggubrisnya.
Kenangan itu belum bisa pergi begitu saja dalam ingatan Ayu. Mencintai Rio adalah sebuah kesederhanaan. Menerima Rio dengan segala kekurangannya adalah modal utama Ayu untuk melanjutkan hubungan mereka ke pelaminan. Rio yang lebih suka menghabiskan waktu dan uangnya untuk berfoya-foya semenjak dia pulang kuliah di luar negeri ternyata berkebalikan dengan sosok Ayu yang sangat anggun dan sholehah. Meskipun Ayu tahu bahwa tidaklah mudah untuk menjaga cinta yang telah mereka bina selama ini, namun Ayu tetap menyandarkan dirinya menjadi tulang rusuk Rio sebagai pengisi masa depannya. Rasa kepercayaan yang telah di berikan kepada Rio ternyata tidak membuat Rio memberikan cinta yang sama besar kepada Ayu. Berulang kali Ayu harus merasakan kegetiran di hatinya.
*****
Ditunggu komentarnya untuk lanjut ke Bab berikutnya. Terima kasih.
YOU ARE READING
KAY
RomanceMencintaimu adalah sebuah kesederhanaan tanpa syarat. Bukan seperti kopi yang nikmat saat di tenggak, namun pahit di akhir rasanya. Bukan pula seumpama air mata rindu pengguyur batin yang kian gersang dan tak berperasa. Meski senyummu layaknya pelan...