"Jangan kau hadang hujan yang mengguyur deras, karena hanya suara tetesannya yang akan menuntunku menemukan cinta di hati yang gulita"
Sudah tiga hari ini badan Ayu demam. Suhu tubuhnya tinggi sekali. Napsu makannya pun semakin menurun drastis. Ratih yang panik melihat penurunan kesehatan Ayu pun segera menghubungi kedua orang tua Ayu yang tinggap menetap di kota yang berbeda. Jarak rumah Ayu dengan kedua orang tuanya sekitar 500 kilometer. Sungguh bukan jarak tempuh yang pendek apalagi usia orang tua Ayu juga sudah mulai menua. Demi mendengar kabar anak semata wayangnya yang sedang sakit, Ayah dan Ibu Ayu bergegas untuk menjenguk Ayu. Berganti-ganti bus sampai lima kali, akhirnya kedua orang tua Ayu pun sampai di rumah Ayu menjelang petang. Butuh waktu hampir dua belas jam untuk sampai ke rumah Ayu. Sungguh sebuah perjuangan yang sangat berat bagi kedua orang tua Ayu.
Ibu Ayu segera memeluk tubuh Ayu yang masih dalam kondisi panas tinggi. Ayah Ayu berencana untuk menghubungi pihak rumah sakit, namun Ayu menolak untuk dibawa ke rumah sakit. Akhirnya Ayah Ayu pun diam- diam menghubungi dokter Aji. Tak lama kemudian dokter Aji segera datang dan memeriksa Ayu. Dengan cekatan, dokter Aji segera memasang peralatan infus ke tubuh Ayu. Kondisi Ayu yang melemah tidak hanya disebabkan oleh demam yang tinggi, namun juga karena tidak ada asupan makanan yang masuk ke tubuh Ayu. Beberapa jenis obat pun diberikan kepada Ayu untuk di konsumsi selama tiga hari ke depan.
Dokter Aji menatap wajah Ayu dengan seksama. Ada benih-benih cinta yang mulai bersemi di hati dokter Aji sejak Ayu menjadi pasien di rumah sakitnya beberapa waktu yang lalu. Hubungan mereka yang sedikit merenggang diakibatkan oleh sikap Ayu yang lebih memilih untuk sendiri. Dokter Aji tidak bisa memaksa keinginan Ayu karena takut kondisi kejiwaannya akan kembali terguncang. Dengan sabar dokter Aji mengganti kain kompres yang di letakkan di kening Ayu. Begitu cantik wajah Ayu walau dalam kondisi sakit sekalipun. Orang tua Ayu yang melihat situasi tersebut lebih memilih untuk meninggalkan mereka berdua. Sebenarnya kedua orang tua Ayu sangat menerima dokter Aji untuk menjadi calon menantunya. Namun hati Ayu yang masih belum terbuka untuk siapapun mau tidak mau memaksa semua harus lebih bisa bersabar.
Perlahan dokter Aji memegang tangan Ayu. Mata dokter Aji berkaca-kaca demi melihat kekasih hatinya ini. Ingin sekali dokter Aji memeluk tubuh Ayu yang terlihat sangat lemah, namun dokter Aji mengurungkan niatnya karena dia sangat menjaga kehormatan seorang wanita.
"Kamu cepat sembuh ya Ayu", ucap dokter Aji lirih sambil mengusap lembut kening Ayu.
Ayu hanya terdiam dan tidak menjawab sepatah katapun. Ayu sebenarnya sangat mengetahui isi hati dokter Aji, namun Ayu sama sekali tidak menginginkan luka di hatinya terulang kembali.
Butiran hujan diluaran menumpahkan selaksa kepenatan. Aroma hujan begitu menyegarkan. Meluruhkan semua asa dan degup yang tak lagi sama. "Ayu memang tidak pernah mencintaiku", gumam dokter Aji dalam hati. Malam yang semakin pekat. Sepekat hati dokter Aji yang tak sanggup mencari dimana Ayu menyimpan lentera cinta untuknya.
YOU ARE READING
KAY
RomansaMencintaimu adalah sebuah kesederhanaan tanpa syarat. Bukan seperti kopi yang nikmat saat di tenggak, namun pahit di akhir rasanya. Bukan pula seumpama air mata rindu pengguyur batin yang kian gersang dan tak berperasa. Meski senyummu layaknya pelan...