Bab 4 : "SAYAP YANG PATAH"

74 6 0
                                    


"Menjaga hatimu adalah sebuah kewajiban atas cinta yang disemaikan"

"Selamat pagi Ayu", ucap dokter Aji lembut.

Kemudian dokter Aji meletakkan sekuntum mawar segar di pangkuan Ayu seperti biasanya. Namun ketika dokter Aji akan berlalu pergi, tiba-tiba terdengar suara pelan menjawab salam dokter Aji.

"Terima kasih dokter", jawab Ayu lirih.

Dokter Aji yang mendengar suara Ayu menoleh hampir tak percaya dengan apa yang di dengarnya.

"Ayu, kamu berbicara kepadaku?" tanya dokter Aji yang masih tak percaya.

Ayu tidak memberikan jawaban apapun kepada dokter tersebut. Ayu hanya menatap mata dokter itu dalam-dalam sambil memberikan senyuman. Mata nya yang begitu bening dan pipi yang merona merah semakin menambah keanggunan Ayu. Dokter Aji sangat bersyukur dengan perubahan Ayu. Melihat Ayu kembali tersenyum setelah hampir tiga bulan dia lupa apa dan bagaimana senyum itu seharusnya. Luka di jiwanya yang sangat mendalam semenjak di khianati Rio perlahan mulai terobati.

Dokter Aji kemudian duduk di samping Ayu. Dia tidak bertanya lagi kepada Ayu karena Ayu kembali memalingkan wajahnya seperti biasa. Sejenak dokter Aji terdiam, kemudian terdengar dokter Aji mulai membuka percakapannya dengan Ayu.

"Ayu, cobalah kau lihat burung di atas pohon itu", ucap dokter Aji lirih.

Ayu masih enggan menanggapi pembicaraan dokter Aji.

"Apa yang terjadi jika salah satu sayapnya patah Ayu?" tanya dokter Aji.

"Burung itu tidak hanya merasakan sakit, tapi juga tidak bisa terbang", tambah dokter Aji.

Ayu yang masih terdiam tampak mulai memberikan reaksi yang positif. Matanya terlihat mulai mencari dimana letak burung yang di maksud dokter Aji.Tampak seekor burung kecil hinggap di sebuah pohon yang tidak terlalu tinggi.

"Kamu tahu Ayu, jika burung itu tidak berusaha untuk sembuh, maka dia tidak akan bisa terbang untuk meneruskan kehidupannya. Tak bisa menemukan pasangan hidupnya apalagi meneruskan keturunannya", lanjut dokter Aji memecah keheningan.

Ayu hanya terdiam, namun kali ini ada buliran bening membasahi pipinya. Ayu menunjukkan respon atas apa yang disampaikan dokter Aji. Ini adalah sebuah kemajuan pesat yang sangat ditunggu-tunggu oleh dokter Aji dan juga keluarga Ayu. Setelah sekian lama Ayu tak lebih dari seorang mayat hidup yang tak pernah memberikan reaksi apapun terhadap apa saja yang terjadi di sekitarnya. Kini Ayu tampak seperti menemukan kembali jiwanya yang telah lama hilang.

Dokter Aji segera menyuruh Ayu untuk kembali ke kamarnya. Menenangkan Ayu adalah pilihan terbaik untuk menjaga kondisi batinnya. Dokter Aji segera menghubungi kedua orang tua Ayu untuk memberikan kabar menggembirakan ini. Sontak kedua orang tua Ayu pun bersyukur demi mendengar berita tentang kemajuan Ayu.

Hari kian berganti, kesehatan Ayu semakin menunjukkan kemajuan. Ada rasa bahagia di hati dokter Aji melihat kesehatan jiwa Ayu yang kian membaik, namun ada rasa takut kehilangan pula di hati dokter Aji jika Ayu harus keluar meninggalkan rumah sakit ini. Dua bulan bukanlah waktu yang singkat bagi dokter Aji untuk mengenal Ayu. Kehadiran Ayu nyata-nyata telah membuat hati dokter Aji dipenuhi dengan cinta dan kebahagiaan. Rasa cinta yang tumbuh semakin membumbung tinggi hingga suatu hari dokter Aji memberanikan diri untuk menyatakan cintanya kepada Ayu sebelum Ayu meninggalkan rumah sakit.

"Ayu, mungkin hati yang telah pecah tak mampu lagi terbingkai dengan sempurna. Tapi ijinkan aku untuk menjadi bingkai dihatimu. Aku ingin menjagamu dengan seluruh kasih sayang yang aku miliki. Bagiku kau adalah sebuah kehormatan yang harus selalu ku jaga. Bolehkah aku menjaga hatimu Ayu?" tanya dokter Aji dengan penuh pengharapan.

"Maafkan saya dokter, saya tidak bisa menerima cinta dokter. Saya masih terlalu trauma dengan pengalaman buruk itu. Sekali lagi maafkan saya dokter", ucap Ayu sambil mengusap air mata nya yang kembali tumpah.

"Baiklah Ayu, aku bisa memahami perasaanmu. Cinta bukanlah sebuah paksaan. Bukan pula sebuah keharusan. Aku hanya ingin melihatmu bahagia. Jika kau bahagia dengan apa yang kau rasakan, aku pun juga akan merasa sangat bahagia." jawab dokter Aji penuh bijaksana.

Hubungan dokter Aji dan Ayu semakin membaik. Ayu lebih memilih menganggap dokter Aji sebagai kakaknya, meskipun dokter Aji tetap menganggap Ayu sebagai kekasihnya.

KAYWhere stories live. Discover now