Bab 3 : "SEKUNTUM MAWAR BUAT AYU"

88 6 0
                                    

"Senyummu laksana pelangi di ujung sore, yang hadir sesaat memberi keindahan di angkasa, namun sejenak kemudian sirna di telan senja"

Hampir sebulan lamanya Ayu di rawat di rumah sakit tersebut. Keadaan psikisnya yang memburuk semakin memperburuk kesehatannya. Akhirnya dokter menyarankan untuk membawa Ayu ke psikiater demi mendapatkan penanganan yang lebih tepat bagi jiwanya. Dikarenakan Ayu sering berusaha untuk mengakhiri hidupnya, maka dokter memberikan rujukan untuk Ayu agar di rawat di rumah sakit jiwa. Kedua orang tua Ayu yang awalnya menolak keras Ayu di rawat di rumah sakit jiwa akhirnya tidak bisa menolak. Tidak ada pilihan lain. Ayu harus segera mendapatkan perawatan yang intensif dan diawasi selama dua puluh empat jam. Pada awal masuk ke rumah sakit jiwa, Ayu terpaksa diberikan suntikan penenang sehari sampai tiga kali. Namun, lambat laun jumlah suntikan itupun berkurang. Sudah dua bulan Ayu di rawat di rumah sakit jiwa. Selama itu pula Ayu lebih banyak mengunci mulutnya. Dia tidak pernah mau berbicara apalagi berinteraksi dengan siapapun. Aktivitas sehari-harinya hanya menangis dan melamun. Luka batinnya memang terasa dalam dan menyiksa jiwanya. Namun berkat kesabaran dokter Aji, Ayu pun berangsung-angsur sembuh. Dia mulai mau tersenyum ketika dokter Aji datang menyapanya. Hampir setiap pagi dokter Aji datang memberikan sebuah bunga mawar segar kepada Ayu. Dokter Aji memang dokter yang sangat baik dan ramah. Dia tidak hanya baik kepada Ayu, tetapi juga kepada seluruh pasien lainnya. Penampilannya yang selalu rapi, di dukung wajahnya yang rupawan dan kulitnya yang putih bersih, semakin menambah kharisma dan wibawa nya. Banyak sekali gadis yang menyukainya. Bahkan tak jarang para ibu pun saling berebut untuk menyapanya saat sang dokter tersebut mengunjungi pasien nya setiap pagi dan sore.

"Selamat pagi Ayu", sapa dokter Aji di suatu pagi yang cerah.

Ayu hanya memandang dokter itu sesaat lalu memalingkan wajahnya. Tak ada satu kata pun yang diucapkan Ayu kepada dokter tersebut. Dokter Aji menatap Ayu dengan pandangan yang teduh. Ada rasa kasihan dalam diri dokter tersebut kepada Ayu. Dokter Aji segera meletakkan sekuntum mawar yang masih segar di pangkuan Ayu, kemudian dokter Aji melangkah pergi meninggalkan Ayu. Seperti itulah pemandangan yang selalu terjadi di setiap pagi dan sore. Ayu yang berparas sangat anggun dan selalu berhijab itupun tak pernah memberikan reaksi apapun kepada dokter Aji setiap dikunjungi.

Dokter Aji adalah anak tunggal dari keluarga yang sangat kaya raya. Sejak masih kecil dia selalu menjadi juara kelas. Ayah dan Ibunya juga berprofesi sebagai dokter. Dokter Aji sangat menikmati profesinya sebagai seorang dokter jiwa yang jarang diminati oleh kebanyakan dokter pada umumnya. Meskipun kaya, dokter Aji selalu bergaya hidup sederhana, tidak suka berfoya-foya apalagi menikmati gemerlap dunia malam. Sejak masa sekolah hingga menjadi seorang dokter, dia tidak pernah mencintai wanita manapun. Aktivitasnya sehari-hari dihabiskan untuk belajar dan berolah raga. Wajar jika dokter Aji selalu terlihat segar dan bugar.

Mengenal Ayu seperti mengenal sebuah hal yang baru bagi dokter Aji. Ayu benar-benar telah menghipnotis dokter Aji. Kecantikannya mampu mengalahkan sakit jiwa yang sedang dideritanya. Dokter Aji telah merasakan getaran yang berbeda sejak pertama kali berjumpa dengan Ayu. Ada rasa sayang dan juga iba terhadap gadis pujaan hatinya tersebut. Namun dokter Aji tidak pernah memaksakan kehendak hatinya. Dia lebih memilih untuk bersabar dalam menanti hadirnya benih-benih cinta di hati Ayu.

KAYWhere stories live. Discover now