Hang on this situation

5 0 0
                                    

Beberapa hari telah ku lewati, saatnya menikmati waktu santai di akhir pekan ini.
Huh, cucian sudah menumpuk, namun sabunnya habis dan harus ku beli di mini market yang cukup jauh dari rumahku.

Aku menunggu angkutan umum. Kali ini aku akan mencari yang kosong, jangan sampai aku kambuh lagi seperti waktu itu.

Akupun duduk sambil memegang erat dompetku yang baru. Aku memperhatikan jalanan yang macet dari kaca paling belakang, dan..,

"Kiri," Seseorang turun dari angkutan umum dan ternyata itu si maling yang kemarin!
Aku ikut turun dan mengikutinya sambil menahan emosi. Dan mereka masuk kedalam gang kecil yang ditutupi kayu rusak.

"Udah stt," Seseorang bilang dari dalam,

"Bos, mau di apain dulu nih? Uangnya udah kita ambil, sekarang..?"

"Haha, waktunya senang senang!"

Astaga, ternyata mereka adalah bagian dari komunitas orang orang jahat yang sekarang menculik beberapa wanita. Aku benar benar kesal melihat semua ini,

"Heh bangsat!" Aku melemparkan batu mengenai salah seorang disana.

Mereka menghampiriku, dan..,

Gelap.

Apa lagi ini, aku pingsan. Kepalaku terasa berat dengan lenganku yang dipenuhi darah. Astaga, apakah aku di culik? Apa mereka mencoba membunuhku? Dan..,

Astaga,
Aku melihat semua secara jelas,

Preman preman itu,
Mati.

Apa yang sudah aku lakukan? Aku tidak mengerti lagi, aku tak ingat apa apa. Aku pingsan tadi.
Begitupun dengan calon korbannya, mereka menghilang entah kemana.

Ini bukan ulahku,
aku tidak membunuh.

Sekarang kepalaku terasa berat lagi,
Ku tahan, ku menangis lagi,
Ini terjadi karena rindu,
Karena Arya aku jadi membunuh orang,
Tolong aku,
Siapapun,
Aku sekarat.

●●●

'Tok tok tok' Seseorang mengetuk pintu rumahku,

Apa? Aku dirumah? Darah kering masih menempel di lenganku. Akupun terbangun sambil mengucek ngucek mataku.

"Siapa?" Teriakku dari dalam,
Akupun membuka pintu dan ternyata itu Adinda,

"Eh Din," Aku tersenyum dan Adinda mendorongku agar masuk kedalam setelah mengunci pintu,

"Ada apa Din?"

"Acha, kamu kambuh," Adinda panik,

"Maksudnya?"

"Polisi lagi cari kamu," Adinda menutup wajahnya,

"Maksudnya?"

"Kamu tadi pulang sendirian, jalan kaki, terus,"

"Oh ya, dompet aku mana?"

"Gak penting Din, tadi kamu bunuh beberapa orang,"

"Maksudnya apa sih Din?"

"Udah deh, lebih baik kamu sembunyi. Aku tahu ini buka ulah kamu, tapi lebih baiknya kamu ikut aku, ya?"

"Tapi kemana Din?"

"Kita ke tempat nenek aku, oke?"

"Ya..,"

Adinda menjalankan mobilnya dengan sangat cepat. Dia mengabaikan kesempatan orang orang untuk menyebrangi jalan. Satu satunya yang dia pikirkan sekarang hanyalah, melindungiku.

"Din, jangan kenceng kenceng!"

Adinda tetap fokus menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar kita bisa secepatnya tiba di rumah neneknya yang berjarak kurang lebih 70 Km dari rumahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

kaleidoscope of memoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang