13

40.1K 5.4K 327
                                    

Setelah shalat subuh aku memutuskan untuk kembali tidur. Ini hari terakhir liburan jadi sebisa mungkin aku akan menghabiskan hari ini dengan berleha-leha. Pintu kamar sudah aku kunci dan di depan pintu sudah aku tempel pengumuman kalau khusus hari ini Rega nggak boleh ganggu Ananditha.

Baru saja aku hendak menutup mataku Rega sudah membuat keributan di depan pintu kamarku.

"ANN BUKA!" teriaknya sambil menggedor-gedor pintu kamarku. Nggak bisa baca apa yah tuh anak. Apa tulisan aku terlalu bagus sampai nggak bisa kebaca sama dia.

Meskipun teriakkan dan gedorannya sangat mengganggu tapi aku tetap memilih untuk mengabaikannya nanti juga dia bakal cape sendiri terus berhenti deh teriak sama ngegedor pintu kamar aku.

Dan tebakkanku benar adanya. Tak ada lagi suara gedoran dan teriakkan Rega yang kini terdengar hanyalah suara pintu balkon ku yang digeser.

Eh, kok aku lupa sih kalau aku belum mengunci pintu balkonku.

Gagal sudah rencanaku untuk berleha-leha hari ini. Dengan malas aku membalikkan posisi berbaringku ke arah balkon kamar. Mataku membulat sempurna dan sontak aku loncat dari atas tempat tidurku untuk menghampiri Rega yang masih berdiri di dekat pintu balkon yang sudah sempurna terbuka lebar.

"Kamu kenapa?" Tanyaku panik saat melihat keadaan Rega yang jauh sekali dari kata baik.

"Keserempet motor," jawabnya dengan muka super tenang padahal luka di bagian tangan kanannya terlihat sangat mengerikan.

"Kok bisa?" Aku mendudukkannya di pinggiran kasur.

"Tukang ojeknya mabok."

Aku mengambil kotak P3K yang aku simpan di atas meja belajar. "Mabok gimana? Buka yah kokonya. Biar aku lebih leluasa bersihin luka kamu?"

Dia mengangguk.

Dengan hati-hati aku melepaskan baju kokonya yang di bagian tangan kanannya sudah penuh oleh darah.

"Lukanya parah, Ga. Kita ke dokter aja yah," kulit tangan Rega mengelupas sepertinya tangan Rega membentur aspal dengan sangat kencang.

"Nggak usah, kasih betadine aja, Ann."

"Beneran? Sekarang kamu emang nggak akan ngerasa sakit. Tapi aku jamin siangan dikit pasti baru kerasa sakitnya. Kalau dibawa ke dokter kan bisa dikasih obat anti nyeri."

Rega menggeleng. Ingatkan Rega itu keras kepala. Kalau kata dia nggak yah nggak, nggak bisa berubah jadi Iya. Kalau aja ada Mama Ananta pasti Rega sekarang langsung dibawa ke dokter, sayangnya Mama Ananta sama Papa Dika masih di Padang, dan baru pulang nanti malam.

"Tahan," ucapku saat mulai membersihkan lukanya dengan alkohol.

Rega mengangguk. Dia sama sekali tidak memperlihatkan rasa sakitnya padaku.

"Selesai," ucapku saat telah mengobati luka Rega, "Kamu tiduran dulu aja. Aku mau siappin sarapan buat kamu. Oh iya sama aku ambilin baju bersih yah. Nggak apa-apa kan aku masuk ke kamar kamu? Atau kamu mau istirahatnya di kamar kamu aja?"

"Aku mau rebahan disini aja. Dan kamu boleh masuk ke kamar aku."

"Beneran aku boleh masuk ke kamar kamu?" Aku kembali mengulangi pertanyaannyaku. Memastikan kalau dia benar-benar memberikan izin padaku untuk masuk ke kamarnya.

Rega mengangguk.

Asal kalian tahu Rega itu pelit sendiri, dia bebas sesuka hati masuk ke kamar aku tapi aku sendiri nggak dibolehin masuk ke kamar dia. Nggak tahu kenapa. Mungkin karena kamarnya acak-acakan jadi dia malu nunjukin kamarnya ke aku.

Dengan semangat aku langsung melangkahkan kakiku ke kamar Rega yang letaknya tepat di samping kamarku. Dan ternyata tebakanku salah, kamar Rega rapih banget. Malah lebih rapi dibandingkan kamar aku.

Aku menelan ludahku dengan susah payah saat aku menatap dinding kamar Rega yang penuh dengan fotoku.

Dimulai dari foto saat akad pernikahan ku dengannya yang digelar dengan sangat sederhana di rumahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dimulai dari foto saat akad pernikahan ku dengannya yang digelar dengan sangat sederhana di rumahku. Foto-fotoku saat masih SMP, SMA dan yang paling banyak sekali adalah fotoku yang diambil saat aku tengah tidur. Di bagian bawah fotonya semuanya diberi keterangan cuman sayangnya keterangannya dia tulis dengan bahasa Denmark, jadi nggak semuanya dapat aku mengerti.

Tanpa dapat dicegah aku membaca satu persatu kalimat yang terdapat di setiap fotonya. Dengan rajinnya aku mencari arti kalimat-kalimat itu di google terjemahan.

Aku mencintainya dan semesta tidak perlu tahu akan hal itu. Karena ketika semesta tahu semuanya tidak akan lagi terasa indah.

Kalimat itu tertulis rapi di bawah potretku, di dalam potret itu aku menggunakan seragam putih biru, tanganku menjinjing sepatuku sedangkan kedua kakiku berjinjit di atas teras masjid yang lantainya basah karena air hujan.

Ya ampun ternyata Rega benar-benar cinta  sama aku dan dia udah cinta sama aku dari SMP? Kok bisa sih? Padahalkan pas SMP aku jelek banget karena mukaku dipenuhi oleh jerawat membandel.

🌿🌼🌿

Padalarang, 28 Jumadal 1441H

I'm With You | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang