Pagi itu.
Marvin menatap beberapa tumpukan kertas di hadapannya. Memeriksa satu persatu kertas tersebut. Tidak ada yang istimewa.
Tok.. tok..tok..
Terdengar suara ketukan pintu."Ya. Masuk!"
Perempuan berparas cantik balutan busana muslim yang ternyata sekretaris Marvin -kebetulan juga sahabat Marvin serta cucu pemilik perusahaan yang dipimpin Marvin- itu pun masuk.Tanpa berkata dan hanya menggunakan bahasa tubuh dengan sedikit mendongakkan kepala sudah bisa diartikan jika ia berkata, "ada apa?"
"Maaf, Pak. Ini ada kiriman undangan untuk Anda. Bu Aurel yang mengantarnya dan beliaunya langsung pulang."
Langsung saja, Lisa sang sekretaris memberikan sebuah lipatan kertas berbungkus plastik.
"Terima kasih. Kamu boleh keluar sekarang," usir Marvin dengan wajah halus dan sopan. Namun tetap saja maksudnya ingin agar Lisa cepat keluar dari ruangan itu.
"Gak usah segitunya mau nguris aku." Bukan keluar ruangan, tapi malah langsung melenggang lebih ke dalam dan duduk di kursi sofa ruangan Marvin.
"Dasar sekretaris gak sopan," dengus Marvin.
Lisa tersenyum sejenak.
"Tadinya mau langsung keluar. Tapi takut aja bossku yang lagi patah hati ini mau bunuh diri di sini. Kalo sampe ada media yang meliput, kan aku juga yang repot."
Ucapan Lisa sukses menghadirkan pelototan dari Marvin.
"Ngomong lagi aku pecat!!"
"Wooow ... sadis. Yakin, nih, mau mecat cucu pemilik perusahaan?"
"Saya minta maaf, Bu Allisa Binnuril Fithri. Saya mohon anda keluar dulu dari sini," ucap Marvin jengah.
Lisa mengambil napas panjang, dan mengeluarkannya perlahan.
"Kamu pasti kuat, Vin. Kamu pasti kuat."
"Thanks. Maaf udah gak sopan."
Lisa tersenyum. Berbalik meninggalkan ruangan Marvin.
***
Tidak perlu membukanya untuk tahu nama siapa yang tertera di undangan. Terpampang jelas nama "Lely Aurellia __Alex Ramadhan" di covernya cukup membuat hati Marvin berdesir, detak jantungnya meningkat beberapa kali lipat dari biasanya. Padahal tanpa melihat cover undangan pun Marvin sudah tahu nama siapa yang ada dalam undangannya.
Dipegangnya undang pernikahan Aurell dg penuh kemarahan dan kesedihan. Berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa Aurel bukan lagi miliknya. Mau tidak mau, ia harus menerima kenyataan pahit ini.
"Kamu datang?" Suara Bima, -teman yang sudah dianggap kakak oleh Marvin- mengagetkan lamunannya.
Shit! satu setan pergi, datang setan lainnya. "Gak bisa ketuk pintu dulu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terakhir ✔ ✔✔
Romance***CERITA INI SUDAH PINDAH KE DREAME*** Kejar ke sana, ya. Jangan lupa tinggalkan love-nya. ========================== Gagal menikahi tunangannya karena terbentur restu orang tua, Marvin memilih menikah dengan bawahannya, Rani. Namun, apa jadinya ji...