"Jadi kamu belum sah kerja di sini?"
"Begitulah. Aku kerja di Pak Marvin. Bukan di perusahaan ini"
"Kenapa begitu?" Sepertinya kadar kekepoan Lisa meningkat 180 derajat.
"Beliau bilang karena di sini sedang gak ada lowongan. Jadi yaa disini cuma bantu-bantu pak Marvin aja" jawab Rani sambil memasukkan makanan ke mulutnya.
Lisa menahan tawanya. "Mau-mau aja diperalat Marvin. Memangnya dulu kamu kerja apa?"
"Programmer"
"Woowww... hebat. Pekerjaan keren gitu ditinggalin. Sayang banget" Lisa menunjukkan ekspresi keterkejutannya.
"Kenapa nggak nyari kerja yang sebidang sih? Gak nyambung banget kamu di sini. Masa Programmer hebat kerjanya cuma bantu-bantu Marvin. Gaji gede kagak, dapat omelan iya.
"Udah takdir mungkin"
"Kamu anak teknik kan? Ngelamar aja jadi ahli IT di Prospek. Ya meski ga sepenuhnya ke pemrograman tapi lumayan lah dari pada pekerjaan kamu yang sekarang. Kamu bisa Networking kan? Semacam setting-setting jaringan komputer gitu"
Rani mengangguk. "Bisa lha.. aku kan lulusan Teknik, Ga cuma masalah jaringan aja. Sistem analisis, animasi, manager proyek, instalasi hardware software. Teknisi dan maintenance komputer juga bisa"
"Paket komplit" gumam Lisa dengan sedikit tawa yang sulit diartikan.
"Kamu bilang apa?"
"Ha? Aah enggak. Aku ga bilang apa-apa kok. Balik yuk. Kamu makannya udahan kan?"
"Udah kok. Ayuk. Kalo telat nanti bisa kena omelan Pak Marvin"
__________
"Ini kenapaa lagi bisa kayak gini.... Mana banyak dokumen penting lagi" terdengar suara Marvin ngedumel gaje sambil sesekali menjungkir balikkan laptop berlogo buah apel krowaknya
Rani yang sedang duduk di mejanya -satu ruangan dengan Marvin- pun memandang bossnya aneh. Memberanikan diri untuk menyapa.
"Bapak kenapa? Ada yang tidak beres dengan laptopnya?"
Marvin memandang Rani dengan sorot mata tajam, setajam silet.
"Kamu dari tadi memperhatikan saya ya? Kamu nguping?"
"Ish... Siapa juga nguping. Telinga saya masih cukup sehat untuk mendengar suara manusia dalam satu ruangan kecil seperti ini"
"Ruangan kecil kamu bilang? Kamu tahu sedang bicara dengan siapa sekarang? Daripada memperhatikan saya lebih baik lanjutkan itu pekerjaan. Banyak yang belum selesai kan?"
Menyadari perdebatannya kali ini sangat-sangat tidak bermanfaat dan bisa saja menghilangkan pekerjaan yang sebenarnya belum didapatkan Rani memilih untuk diam, menghirup nafas dalam-dalam dan duduk kembali.
"Maafkan saya Bapak direktur Marvin Ardiansyah Fikri yang terhormat" Rani kembali duduk di kursinya.
"Aahh iya. Katanya kamu lulusan Informatika ya? Coba betulkan laptop saya"
"Baik Pak. Saya akan memeriksanya"
Rani berjalan menuju meja Marvin. Memegang laptop kesayangan bossnya.
"Masalahnya apa pak?"
"Kamu kan teknisinya. Cari sendiri troublenya di mana. Gitu pake nanya"
"Kalau bapak bilang masalahnya apa kan saya bisa langsung memeriksa bagian yang bermasalah tanpa harus cek satu-satu pak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terakhir ✔ ✔✔
Romance***CERITA INI SUDAH PINDAH KE DREAME*** Kejar ke sana, ya. Jangan lupa tinggalkan love-nya. ========================== Gagal menikahi tunangannya karena terbentur restu orang tua, Marvin memilih menikah dengan bawahannya, Rani. Namun, apa jadinya ji...