Bab 1

254 14 17
                                    

"Mempunyai sosok sahabat seperti dirimu, membuat aku bersyukur akan hidup yang kujalani sekarang."

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

"Kanaya."

Terdengar teriakan dari belakang gadis yang rambutnya dikuncir kuda. Ia segera membalikkan badannya dan tersenyum saat tahu bahwa yang memanggilnya adalah sosok perempuan yang telah menemani masa sekolahnya. Dia adalah Elina Myesha, sahabat dari masa putih biru hingga masa abu-abu seperti sekarang.

"Minjam buku dong?" pinta Elina sambil menjulurkan kedua telapak tangannya di depan Kanaya. Kanaya hanya mampu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Kebiasaan kamu ya Li, emang kamu gak ngerjain pr lagi?" tanya Kanaya dan meneruskan jalannya yang tadi sempat tertunda untuk ke kelas.

Elina yang ikut berjalan di sampingnya tersenyum kaku. "Lo kan tahu gue bego dipelajaran akuntansi."

"Oke, oke. Dan sebagai sahabat yang baik aku bakal ngasih buku aku."

Elina yang merasa senang akan jawaban Kanaya langsung memeluk erat sahabatnya. "Uh, Naya emang sahabat Elina yang paling baik, ntar pas istirahat gue traktir deh."

Kanaya tersenyum di pelukan sahabatnya, baginya Elina adalah makhluk tuhan yang paling baik dikirimkan untuknya sebagai sahabat di hidupnya yang kelam. Entah apa jadinya saat peristiwa itu terjadi, kalau dia belum menemukan sahabat sebaik Elina.

Keduanya tersenyum dan melanjutkan jalan menuju kelas sambil bergandengan tangan.

*****

"Mau pesan apa Nay?" tanya Elina ketika mereka sudah mendapatkan kursi di kantin.

"Terserah kamu aja."

Elina yang duduk di depannya mendengus, "Apaan tuh pesanan terserah. Yaudah kalau gitu gue pesanin yang kayak biasanya aja ya?"

"Iya," balas Kanaya yang tersenyum menatap Elina yang sudah berjalan ke arah Ibu kantin.

Kanaya tersenyum melihat sahabatnya yang sedang mengantri, Kadang-kadang matanya melihat ke arah pintu kantin tempat murid berlalu lalang. Selang sepuluh menit, Elina datang dengan nampan terisi penuh.

"Ini dia pesanan untuk my bestie, jus jeruk dan nasi goreng spesial," ucap Elina riang sambil menyodorkan pesanan Kanaya.

Kanaya yang melihat kelakuan sahabatnya yang tidak berubah dari dulu hanya dapat tertawa kecil. "Apaan deh Li, btw makasih."

"Sama-sama Naya sayang." Elina segera duduk di hadapan Kanaya dan keduanya mulai menyantap pesanan mereka dengan hikmat.

*****

Bel pulang sekolah sudah berbunyi setengah jam yang lalu, tapi dua sahabat ini masih berada di lingkungan sekolah karena masih menunggu jemputan Elina.

"Kakak gue mana sih, lama banget jemputnya," kesal Elina yang menghentakkan kaki.

"Bentar lagi mungkin sampai Li."

"Huft.. Kaka gue emang ya, ngaret banget," kesal Elina dan asal duduk di atas kendaraan orang yang berada di parkiran.

Kanaya hanya tersenyum maklum menatap sahabatnya. "Udah, sabar aja. Aku bakal nemenin sampai kakak kamu datang."

"Elina!" teriak seseorang yang tak jauh dari tempat Elina berada.

"Eh, itu dia kakak gue. Bukannya yang mau jemput Kak Varo? Lah itu kok jadinya Kak Jessi," heran Elina menatap sang kaka.

Luka dalam Perjodohan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang