Bab 5

109 7 1
                                    

"Aku bukan batu karang yang bisa kamu terjang, dan masih mampu untuk bertahan setelah disakiti."

🌸🌸🌸🌸🌸

Hari minggu yang cerah, Kanaya berjalan di trotoar dengan langkah yang pelan. Ia masih memikirkan tawaran dari Tante Reni untuk bertamu ke rumah. Entah apa yang ia pikirkan, perasaannya gelisah sejak semalam.

Sehabis mengerjakan tugas kelompok, Kanaya langsung pamit pulang untuk menuju sekolahnya. Memang hari ini libur, tapi di mana lagi sopir Tante Reni menjemputnya selain di sekolah. Karena ia memang sengaja tak memberikan alamat rumahnya.

"Huft, Nay. Jangan berpikiran negatif dulu, Tante Reni 'kan baik. Paling dia nyuruh kamu ke sana cuma buat main doang," gumam Kanaya pada dirinya.

Kanaya kini sudah berdiri di halte dekat sekolahnya, mendudukkan diri dan kembali melamunkan apa yang akan ia lakukan saat bertamu nanti.

Aneh memang. Tapi itulah Kanaya, ia takut akan membuat masalah nanti.

Padahal hal yang seperti itu tak perlu dipikirkan sekarang.

"Lo ngapain di sini?" tanya seseorang di depannya yang berhasil membuat jantungnya hampir copot saking terkejutnya.

Mengernyit bingung. Kanaya bertanya, "Kakak ngapain di sini?"

"Apa cewek selalu ditakdirkan gini? gue nanya, malah balik nanya. Gue jemput lo di rumah, kenapa ada di sini?" tanya orang itu yang duduk di sebelah Kanaya.

"Aku kira sopir Tante Reni yang jemput, makanya aku ke sini."

"Lagian, lo sama mama gue kenapa sih. Nyusahin gue banget tahu gak, pasti lo 'kan yang mau bertamu ke rumah gue?" tanya Arka dan menatap intimidasi gadis yang berada di sebelahnya.

Kanaya mendengus kasar, "Kalau bukan Tante Reni yang minta aku buat bertamu, aku gak bakal duduk di sini. Mending aku kerja."

"Lo? Kerja? Gak salah? Jangan-jangan lo kerja jual tubuh 'kan? Lagian mana ada orang yang nerima siswi SMA kayak lo kerja," ucap Arka dengan tawa sinisnya.

"Kakak jangan salah. Aku emang masih SMA, tapi aku tau mana pekerjaan yang baik dan enggak. Jadi kakak jangan asal ngomong tentang aku," marah Kanaya yang mulai meninggalkan tempat duduknya. Emosinya membuncah saat pria itu menuduhnya yang tidak-tidak. Ia memang miskin, tapi tak akan pernah mau Kanaya bekerja sekeji itu hanya demi uang.

"Tunggu." Arka menggenggam dengan erat pergelangan tangan Kanaya. Bisa lebih panjang urusannya jika ia tidak bisa membawa Kanaya ke rumahnya. Mamanya yang satu itu entah kenapa suka sekali berada dekat dengan gadis yang kini menatapnya tajam.

"Apa lagi?"

"Ikut gue," perintah Arka yang menarik gadis itu ke arah mobilnya dan memaksa Kanaya masuk. Setelah Arka masuk dan duduk di belakang kemudi, saat itu juga mereka berdua meninggalkan tempat yang membuat mereka bertengkar.

*****

"Kenapa lama, Ka?" tanya Mama Reni saat Arka masuk dengan Kanaya ke dalam rumahnya. Ralat, rumah orangtua Arka maksudnya.

"Dianya aja yang lama," ucap Arka dan menunjuk Kanaya yang berdiri di sebelahnya.

Mama Reni memicingkan matanya dan menghembuskan napas pelan, "Mama tahu, pasti kamu yang bikin lama 'kan, Ka?"

"Mama jangan asal nuduh Arka dong."

"Maaf Tante, tapi emang Kanaya yang bikin lama," ucap Kanaya sopan. Padahal memang benar Arka yang membuatnya lama karena bertengkar. Tapi bukan sepenuhnya salah pria itu, karena Arka yang menjemputnya di rumah, membuat Arka sibuk mencarinya hingga ke dekat sekolah ketika ia tidak bisa dijumpai di tempat tinggalnya.

Arka dengan wajah datarnya menatap tajam Kanaya. "Nah tuh Ma, dengerin. Jangan asal nuduh Arka."

Mama Arka berjalan menuju Kanaya dan menggenggam tangan gadis itu dan menuntunnya untuk duduk di sofa dengannya

"Arka pasti ngancem kamu 'kan Nay, supaya kamu bilang yang kayak tadi. Emang dasar si Arka, sifatnya gak pernah berubah," dengus Mamanya yang menatap Arka setajam golok.

Arka melihat mamanya dengan pandangan tidak percayanya. "Jadi, Mama lebih percaya Kanaya?"

"Iya dong, dia kan anak baik. Bukan anak jahat kayak kamu." Setelah mengucapkan itu, Mama Reni langsung memalingkan mukanya menatap Kanaya dengan pandangan berbinar.

"Mama, anak Mama itu bukan Kanaya tapi Arka."

"Bodo."

Mendengar jawaban Mamanya, Arka menjadi murka. Daripada ia harus berada di tempat seperti neraka, lebih baik ia masuk kamar tersayangnya dan tidur. Lembur kerja kemarin membuat tubuhnya lemas.

"Gak kerja Ka?" tanya sang Mama ketika Arka melangkahkan kakinya menaiki anak tangga.

"Gak."

"Yaudah," ucap Mama Reni cuek dan melanjutkan obrolan dengan Kanaya yang sempat tertunda.

*****

"Gak pulang, lo?" pertanyaan dengan suara bernada dingin menghentikan kegiatan Kanaya yang menyiapkan minum untuk makan malam.

Kesal karena pertanyaannya tidak terjawab, Arka melanjutkan perkataannya, "Selain ngambekan lo juga budek ya."

"Aku bakal pulang kok, tapi bentar lagi."

"Betah lo, di rumah gue?"

"Aku di sini sampai nyiapin minum aja, nanti aku bakal pulang." Arka mengangguk paham setelah mendengar ucapan Kanaya.

"Bagus deh, rumah gue bukan tampungan buat orang miskin kayak lo."

"Makasih kak, tapi aku masih sadar diri."

"Kalian ini berantem terus, padahal waktu kecilkan sering main." Mama Reni datang dan membantu Kanaya mengangkat nampan yang berisi sirup hangat.

"Kanaya pamit pulang ya, Tan. Soalnya sudah malam," pamit Kanaya yang langsung dapat tatapan heran dari Mama Reni.

"Enggak Nay. Kamu makan dulu ya," ucap Mama Reni dengan lembut.

Kanaya menggeleng pelan. "Makasih Tan, tapi aku makan di rumah aja."

"Enggak, kamu makan dulu ya, sayang. Tante khawatir setelah kamu pulang nanti kamu gak makan."

Kanaya hanya mengagguk pasrah dan mengikuti langkah Mama Reni, ia tak menggubris tatapan tajam milik Arka.

*****

Kanaya langsung merebahkan dirinya setelah menaruh tas selempang di samping kasurnya. Setelah di antar oleh Arka, Kanaya langsung saja masuk ke dalam rumah. Dia sudah bosan menawarkan Arka untuk mampir ke rumahnya yang berujung penolakan.

"Aku hampir lupa rasanya makan bersama, rasa hangat dari keluarga Arka tadi masih belum terlupakan," ucap Kanaya yang memandangi langit-langit rumahnya.

"Apa kabar kalian Ma, Pa. Good night Ma, Pa. Kanaya selalu mencintai kalian," gumam Kanaya yang mulai memejamkan matanya dan memeluk guling lusuhnya.

🌸🌸🌸🌸🌸

Salam minggu 🙇

Maaf baru update, acu sibuk dengan tugas kuliah. Kemaren udah mau update, tapi sinyal gak mampu menyambungkan ke laptop.

Thanks for read. Habis baca jangan lupa vote dan komen ❤

See you next chapter..
Aku bakal update 3 chapter hari ini 😊

Minggu, 29 April 2018
Binuang, Kalimantan Selatan.

Salam sayang 💕
tasyaauliah_

Luka dalam Perjodohan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang