n

2 2 0
                                    

[Diam-Diam; Dalam-Dalam]

Aku ingin bilang jika menautkan perasaan tidak semudah yang kaukira. Butuh perjuangan, menyeberangi jembatan bernama ketidakberanian. Lalu, segala kemustahilan yang menyelimuti diri luruh, digerus senyummu. Menembus hingga kedalaman jiwa.

Aku ingin bilang jika aku akan selalu menunggumu, sekalipun kesempatan itu tidak pernah ada. Musnah bersama udara. Karena aku tahu, aku takpantas untuk menjadikannya nyata. Dan kemudian aku akan berlari sekuat tenaga menuju taman, mengusir sesiapa pun yang duduk di bawah pohon Kersen saat itu.

Aku akan menikmati gugur dedaunan teranggas dari rantingnya sembari menunduk dan menuding diri sendiri berkali-kali. Atas sebuah sebuah rasa yang lama bersemayam, tumbuh subur, namun melahirkan ranting-ranting tajam yang menusuk-nusuk perasaan.

Lalu, ketika senja tiba, aku akan rebah di pinggir danau, menatap lurus langit. Sesekali. Sepoi angin membelai tengkuk, aroma danau meliuk di dalam hidung. Adapula semerbak bunga lotus memelesat cepat di atas langit dan membuatku resap.

Aku akan terus menunggu, takpeduli berulang kali aku harus memaki diri sendiri karena begitu lemah di hadapmu. Begitu buta di saat kau takpernah memilihku. Yang kutahu, aku mencintaimu; diam-diam; dalam-dalam.

Hingga Akhir Waktu.

—Ariqy Raihan

MuseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang