20. Pilu Seisi Ruang..

52 4 0
                                    


Bukan tidak pernah dulu kau sebut aku satu-satunya yang teristimewa, bahkan didepan mereka. Bukan tidak pernah kau berikan asupan harapan, lalu bibirmu mulai menyatakan kesederhanaan perasaan yang begitu kubanggakan. Mungkin aku seharusnya sadar porsi semu yang kau beri. Setidaknya, bisakah dari dulu beritahu aku takaran pedulimu? Karena kecewa telah menutupi kedua korneaku. Aku buta akan garis batas tulus dan yang berakal bulus. Memangnya harus ya jadi terlihat agar selalu kau ingat? Jika aku tak bisa seperti itu, menjauhkah kamu? Setelah terbiasa, lama-lama rasa berubah jadi biasa. Setelah terbiasa, tidak ada lagi sebuah pengecualian bagi yang 'teristimewa'. Jelas-jelas kamu telah berubah, dan berhasil membuatku sedikit kehilangan arah.

Pernah merasa bersalah tanpa tahu dimana letak salahnya?

Maaf, pengasup inspirasi. Jika tanpa disadari aku telah menyakiti.
Bebas untukmu membenci, mungkin kini ekspektasiku hanya terlalu tinggi.
Maaf, pengasup inspirasi. Silahkan salahkan aku berkali-kali sepuasmu tanpa henti,
jika itu bisa melegakan hati.
Maaf, pengasup inspirasi. Seandainya bisa, aku ingin berhenti jadi pemerhati.
Mungkin ini satu-satunya jalur penghenti sakit hati.
Maaf, pengasup inspirasi. Aku bukan cemburu karena posisiku telah terganti dengan yang baru. Tapi ini mungkin hanya bagian kehilanganmu.
Maaf pengasup inspirasi. Jika perubahanmu mengajak diriku untuk berubah tak memberikan peduli seutuh dulu.
Maaf pengasup inspirasi.
Bukannya tidak lagi aku peduli, tapi ini bagian menjaga hati dari penolakan yang kau beri.
Maaf pengasup inspirasi. Aku tak menyalahkan sesiapa, mungkin ini rangkaian kesalahanku saja yang sulit diterima.
Maaf pengasup inspirasi. Atas ketidaktahuan yang membuat kata-kata ini semakin merumitkan. Maaf..

Tapi sungguh, ini isi hati. Kamu pencipta angan, aku pecinta kenangan.
Kehilangan kini seperti teman, karena perubahanmu kita berkenalan.
Aku tak punya apa-apa untuk membuatmu bangga.
Tapi, aku punya peduli yang tak sebatas pura-pura.
Jika kini kau mencicipi berbagai cara pemerhati yang begitu berbeda dari mereka,
ingatlah aku pernah memulainya sebagai yang pertama...  


Kata Itu BerasaWhere stories live. Discover now