13.50 p.m
Alicia :
Hai Digo, kamu tega banget yak kemarin blokir akunku. Untungnya sekarang aku udah punya akun baru lagi, jadi, selamat berchat ria bersamaku lagi Digoooo!!
Digo :
Buset, serius lo masih ganggu gue Al? Gue capek, gue blokir lagi baru tau rasa lo.
Alicia :
Ih, kamu pikir aku gak bisa blokir punyamu apa? Tapi, kamu kan ganteng jadi enggak usah deh, blokir hati aku aja :*
Digo :
Najong, Al. Lo tuh ya gak di sekolah di line di manapun sekalipun dan kapanpun. Dasar gila.
Alicia :
Gila karena kamu itu wajar kok, kamu ganteng. Aku kan naksir.
Dan dengan chat terakhir yang mungkin membuat Digo ilfeel setengah mati denganku, dia tidak lagi membalas chat tersebut. Aku mendengus pasrah lalu melempar ponselku ke sembarang arah.
Lantas, aku berjalan keluar kamar untuk sejenak mengambil udara asli di luar rumah. Menggunakan udara ac tak selamanya sehat 'bukan?
Baru selangkah aku membuka pintu rumahku, seseorang berdiri membelakangiku. Aku mengernyitkan dahi bingung, siapa dia? dan untuk apa dia berada di sini?
“Hai, kamu siapa?” Sapaku lalu mendekatinya, ia hanya terdiam lantas aku memukul pundaknya hingga ia hampir saja jatuh tersungkur ke depan. “Makanya kalau aku nanya, dijawab dong. Kamu siap..”
Ucapanku terhenti kala mengetahui siapa yang sekarang tengah berdiri dihadapanku, “Digoooooooooo?! What are you doing in here? Oh my God, I can't breathe. Oh please ple-”
Digo membekap mulutku dan membuatku tambah sulit bernapas, yang harus kalian tahu, ini pertama kalinya seorang Digo Aldric menginjakkan kakinya di teras rumahku. Dan, yang benar saja, jantungku hampir copot.
“Hh..hh, kamu buat aku sesak nafas tau gak?”
Digo memutar kedua bola matanya, “Oh, sumpah deh gue gak nanya.”
“Ya tapi aku bener-bener fangirling kan jadinya.” Aku berjingkrak-jingkrak layaknya anak kucing yang tidak dikasih makan oleh Ibunya, dan jika saja aku ini memang kucing, mungkin aku akan mencakar wajah tampan Digo saat ini juga.
“Stop, gue pinjem buku fisika lo.”
Aku mengangguk mengerti lalu sebisa mungkin menampilkan senyuman terbaikku yang pernah ada, lantas detik selanjutnya aku berlari menerobos pintu yang masih tertutup dan berlari beradu kecepatan ditangga sampai-sampai aku jatuh, ini sungguh memalukan.
Sekiranya buku yang Digo pesan sudah ku ambil, aku pun kembali berlari menuju teras rumah. Tampak ada Digo yang sedang duduk di teras dengan wajah kusut. “Nih, Dig. Bukunya.”
Digo mengangguk lalu menoleh ke arahku kemudian ia berdiri, “Buset, gue bilang gue pinjem buku fisika, Alicia. Bukan buku kimia, biologi, matematika sama apaan nih?” Digo mengambil buku berwarna pink dengan pita kecil di atasnya, “Diary? Gila lo ya. Lo pikir gue apaan coba?!” Bentaknya.
Aku melongo kaget dengan apa yang kubawa, sementara Digo sendiri hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sedikit frustasi-atau lebih tepatnya memang sudah frustasi.
“Ya maaf kali, masa gitu aja kamu bentakin aku, Dig.” Aku menunduk melihat sepasang sandal beruang yang kupakai.
Terdengar hembusan nafas panjang Digo, “Yaudah. Sekali lagi gue bilang, gue pinjem buku fisika lo, Al. Fisika, fisika!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Line
Teen Fictionsekedar percakapan line antara Alicia Silverstone dengan Digo Aldric. Copyright © 2014 by VaillaKayden