Pergi ke Kota

15K 1.1K 58
                                    

" ....ie"

" ..Fie"

" Fie!" panggil Gale sedikit meninggikan suaranya. Sejak tadi Gale memperhatikan Fie, pemuda itu tetap asik mengamati jendela dengan tatapan yang begitu serius. Gale telah memanggilnya untuk beberapa kali, namun masih tidak ada respon yang berarti dari pemuda tersebut.

Setelah dia meninggikan suaranya, Fie akhirnya mendengar suaranya dan segera bersujud karena terkejut.

" Ma-maafkan Saya atas kelancangannya Yang Mu-mulia" ujar Fie terbata-bata. Jantungnya berdebar begitu keras, saat berhadapan dengan suara Gale yang belum pernah meninggi kepadanya.

Gale segera panik melihatnya. Dokter selalu mengingatkannya untuk tidak membuat Fie terlalu takut, atau penyakitnya mungkin bisa kambuh kapanpun dia lengah.

" Bangunlah Fie.... Aku tidak bermaksud mengejutkanmu... Apa kamu baik-baik saja?" tanya Gale sambil membantu Fie duduk di kursi yang sekarang menjadi tempat favorite Fie, kursi panjang ruang kerja Gale yang biasa ia duduki sambil membaca buku.

Fie mengangguk pelan. Mungkin kepalanya hanya sedikit sakit karena terantuk lantai saat bersujud tadi. Tapi tidak mungkin ia mengatakannya, itu terlalu konyol untuk dikatakan.

" Keningmu merah, apa aku harus memanggilkan Dokter Fie?" tanya Gale khawatir.

Fie buru-buru menolak, ini hanya memar karena terantuk, bahkan luka dalam sekalipun hanya dibiarkan begitu saja saat dia masih menjadi budak dulu. Bagaimana bisa sekarang luka sekecil itu harus dibesar-besarkan sampai memanggil Dokter?

Gale buru-buru kembali ke mejanya, mengambil salep yang telah dipersiapkan Dokter jika Fie membutuhkannya dan mengoleskan salep itu perlahan pada dahi Fie.

Jade sudah dianggap sebagai patung disini, tidak dipedulikan jika Fie sudah terluka.

Lagi-lagi semburat merah menjalar di kedua pipi putih Fie. Pangeran memang sudah sering menunjukan perhatiannya. Namun tetap saja dia masih belum terbiasa jika Pangeran menyentuhnya dengan wajah yang begitu dekat.

" Wajahmu memerah? Sudah kubilang seharusnya aku memanggil Dokter Fie!" sungut Gale kesal. Dia baru saja akan melangkah keluar untuk meminta penjaga memanggil Dokter sebelum sepasang tangan kecil dengan takut-takut menahan ujung pakaiannya.

" Sa-saya baik-baik saja Yang Mulia..... Itu..... Ini akan segera menghilang" ujar Fie malu-malu.

Gale tidak mau terlalu memaksa Fie, sehingga akhirnya dia menyerah dan kembali duduk didekat Fie.

" Tapi kamu benar-benar baik-baik saja kan?" tanya Pangeran lagi-lagi khawatir.

Perhatian seperti ini, jelas-jelas ada sesuatu diantara mereka hah!

Jade berusaha sibuk dengan dokumen yang ia kerjakan, berusaha mengalihkan matanya dari pemandangan yang begitu romantis terjadi didepannya.

Jika saja dia bukan Kepala Administrasi Negara yang diwajibkan seruangan dengan Pangeran setiap hari, maka wanita itu pasti dengan senang hati rela untuk dipindahkan. Siapa yang ingin terus-menerus pura-pura tidak ada saat ada dinding invisible yang muncul jika Gale sudah mulai menunjukan perhatiannya?

Fie lagi-lagi mengangguk, dengan obat dari Dokter, sebuah memar pasti tidak akan bertaham lama ditubuhnya sekarang.

Gale menyerah, tangannya yang besar bergerak untuk menyisir rambut Fie yang begitu halus dan kini terawat. Dia selalu suka melakukannya, terasa lebih lembut dari rambut manapun yang pernah ia pegang sebelumnya.

" Jadi apa yang kamu lamunkan tadi hmm?" tanya Gale pelan.

Fie ragu untuk menjawab, namun akhirnya bergerak untuk membuka suaranya.

(END) The Prince's Fiance [boyxboy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang