" Fie, kau yakin baik-baik saja kutinggal disini?"
Ini adalah kesekian kalinya Gale menanyakan hal yang sama, yang terus dibalas dengan sabar oleh Fie yang terus menemani langkah Gale.
" Saya baik-baik saja Yang Mulia. Saat Yang Mulia pergi, Saya akan menghabiskan waktu Saya di kamar seperti yang Yang Mulia perintahkan. Mohon untuk tidak lagi khawatir dan berangkatlah dengan tenang"
Lagi-lagi Fie membalasnya demgan sopan. Gale tidak bisa memaksa Fie kali ini, mengingat daerah yang dikunjungi Gale adalah daerah dingin yang merupakan musuh alami Fie dengan asmanya.
Gale berbalik lagi, menatap Fie dengan pandangan tidak rela.
" Jangan lupa meminum obatmu Fie. Dengarkan apa yang Dokter katakan dan jangan melakukan hal bodoh apapun selama aku tidak ada. Ingat untuk tidak membuatku khawatir lebih dari ini"
Fie lagi-lagi mengangguk. Bahkan Jade saja yang juga ikut mengantar Gale sampai keretanya sampai bosan, melihat Sang Pangeran terus-menerus mengulang pertayaan seperti orang bodoh.
" Jade juga, segera seret Fie kembali ke kamarnya jika kamu melihatnya keluar" pesan Gale pada Jade. Wanita itu mengangguk mantap. Semakin cepat Gale merasa tenang, maka semakin cepat dia berangkat untuk menjemput Ibundanya Ratu Ernest yang baru saja menyelesaikan perjalanannya dari daerah utara.
Melihat waktu yang semakin sedikit, dengan tidak rela Gale akhirnya memasuki kereta. Fie baru sembuh dari demam beberapa hari ini, rasanya tidak adil jika kini mereka harus berpisah kembali.
Jika saja Gale tidak ingat bahwa udara sorepun mampu membuatnya demam, pasti Pangeran itu akan tetap membawa Fie dengan bayaran apapun. Proteksinya sudah terlalu berlebihan, membuat beberapa penjaga sampai mengelus dada mereka melihat perubahan tingkah Pangeran.
Kereta akhirnya berangkat, dan sesuai janji Fie segera kembali ke kamar seperti apa yang diperintahkan Gale. Fie tetap bukan tipe orang yang membangkang walaupun keras kepala.
Beberapa hari kedepan Fie habiskan dengan berdiam diri di kamar atau sekedar pasrah saat beberapa Dokter datang untuk memeriksanya dan membuat laporan untuk itu. Fie yakin Gale-lah yang memerintahkan mereka, baik ia suka maupun tidak.
Jade juga beberapa kali mengunjunginya. Wanita berparas datar itu datang membawakan Fie beberapa buku untuk dibaca, siapa tahu Fie bosan. Jade pikir Pangeran Gale sudah terlalu berlebihan, benar-benar meminta Fie untuk terus diam di kamar tanpa melakukan apapun yang berarti.
Tentu saja Fie senang dengan kunjungan ini. Dibeberapa kesempatan, Jade bahkan mengajari Fie beberapa buku yang belum ia mengerti. Tugasnya jauh lebih ringan karena sebagian telah Gale kerjakan sebelum pergi, sehingga Jade memiliki banyak waktu untuk berkunjung ke kamar Fie.
Pangeran Gale sendiri yang memintanya begitu. Disamping Jade memang mulai merasa nyaman mengajari pemuda polos seperti Fie, yang tidak disangka ternyata pintar dan mudah menyerap apa yang ia ajarkan.
Lima hari sudah berlalu, dan hari ini, pada tengah malam, Fie tiba-tiba saja kesulitan untuk menutup matanya dan merasa sangat haus. Teko minumnya telah habis, mungkin lupa diisi pelayan saat dirinya sibuk belajar dengan Jade tadi sore.
Jarak dapur dengan kamar Fie rasanya tidak terlalu jauh seingat pemuda itu. Ditambah kantuknya yang hilang sempurna, Fie memutuskan untuk pergi berkeliling sambil mencari dapur.
Biasanya para penjaga sudah mengenal sosok Fie dengan baik. Sehingga Fie yakin tidak akan dituduh pencuri sekalipun kini berjalan sendiri ditengah malam.
Penjaga yang biasa menjaga pintu Fie tadi sempat menahannya, namun akhirnya mengalah saat Fie mengatakan dengan jujur bahwa ia hanya ingin pergi ke dapur. Lagipula, siapa yang bisa menyalahkan masalah perut?
Fie menolak untuk diantar, akhirnya berjalan sendiri melewati koridor istana yang sepi.
Jika diingat-ingat lagi, Fie belum pernah berjalan sendiri tanpa Gale yang menemaninya sejak mulai tinggal di istana. Kadang juga Fie bingung, apa sebenarnya hubungan mereka di masa lalu sampai seorang Pangeran seperti Gale mau merawat budak rendahan sepertinya. Perbedaan kasta mereka terlalu jauh, namun selalu bersama Fie suka maupun tidak.
Langkah Fie terhenti saat melihat dua pelayan pria tengah bersembunyi membicarakan sesuatu. Salah satu dari mereka sebenarnya Fie kenal, merupakan pelayan yang biasanya melayani Jade saat ia bekerja.
Fie tadinya ingin menyapa, namun terhenti saat mendengar ada sesuatu yang salah dalam pembicaraan mereka.
" Aku telah mengirimkan merpati yang berisi salinan itu kepadanya. Sekarang, dimana uang yang ia janjikan untukku?" pelayan Jade berkata dengan tidak sabar, sedikit panik takut seseorang mengetahui tindakannya ini.
" Aku tahu. Ini, uang yang dijanjikan Tuanku untukmu"
Pelayan yang tidak Fie kenal segera menyerahkan sekantung emas yang segera diperiksa oleh pelayan Jade itu. Dia berseri-seri, senang lagi-lagi mendapat uang dari hasil kerja kerasnya.
Tak
" Siapa disana?!"
Fie baru saja akan pergi sebelum langkahnya terdengar oleh kedua laki-laki tersebut. Salah satu dari mereka segera menarik tangan Fie dengan kasar, membuat pria lemah itu sedikit terhuyung dalam melangkah.
Mereka berdua sedikit terkejut melihat siapa yang baru saja mendengar pembicaraan mereka.
" Well, bukankah kamu 'peliharaan' kesayangan Pangeran? Terus-menerus mengikuti buntutnya agar dapat tidur dengan nyaman didalam istana?" salah satu dari mereka mengejek. Cengkraman pria tersebut begitu kuat memegang tangan Fie, membuat lelaki itu sedikit meringgis merasakan sakitnya.
" Lepaskan aku. Tindakan kalian dapat dikategorikan sebagai pengkhiatan. Yang Mulia bisa menghukum kalian jika sampai tertangkap!" jelas Fie berani. Kini ia semakin yakin, bahwa ada sesuatu yang tidak beres diantara mereka.
Mereka berdua tersenyum mengejek, tampak seperti baru saja mendengar lelucon lewat telinganya.
" Kau pikir hanya kami yang melakukan ini? Tidak ada yang bisa menolak uang yang ditawarkan penawar tertinggi, hanya kau, yang selalu hidup dibawah ketiak Pangeran yang tidak pernah tahu bagaimana susahnya hidup. Sekarang berjanjilah untuk menutup mulut sialanmu itu atau aku terpaksa menghilangkan nyawamu" ancam pria tersebut galak.
Walaupun sebenarnya merepotkan jika mereka harus membunuh pemuda yang memiliki hubungan dekat dengan Pangeran.
Fie menggeleng tegas. Gale harus tahu masalah ini, atau kecurangan para pelayan akan terus berlangsung entah sampai kapan.
Plak
Salah satu dari mereka menampar Fie saking gemasnya. Dia melakukan itu untuk menggertak Fie, namun tidak menyangka bahwa pemuda tersebut malah langsung roboh dengan kulit yang segera membengkak.
Keduanya terbengong, sebenarnya seberapa lemah pelayan yang satu ini?
Fie merasakan panas pada salah satu bagian pipinya, namun hal yang lebih membuatnya terkejut adalah cincin yang tidak lagi berada di tangannya. Cincin itu pemberian langsung dari Pangeran, satu-satunya harta milik Fie yang tidak ternilai harganya.
Disebelahnya adalah kolam ikan istana. Apa mungkin cincinnya jatuh kesana?
Tanpa berpikir lebih jauh, Fie segera masuk kedalam kolam. Tubuhnya panik mencari cincin tersebut, sedangkan kedua pelayan itu mulai panik mendengar keributan yang dibuat Fie.
Drak
Saking takutnya, salah satu dari mereka memukul Fie menggunakan batu yang disusun ditaman untuk membungkamnya. Darah menetes dari kepala Fie, sementara pelayan lainnya panik saat melihat dia benar-benar berniat membunuh Fie.
Pandangan Fie semakin menggelap, sementara samar-samar telinganya menangkap suara Gale yang berteriak dibelakangnya.
Tidak mungkin Gale telah pulang bukan? Rasa sakit itu mengambil segalanya dari Fie.
Ini updatean yang kedua, semoga kalian suka^^
As always, saya males untuk ngedit jadi sorry ya kalau banyak typo😅
Jangan lupa buat vote dan comment, tinggalkan jejak kalian disini..
Segera pensiun dari sider ya~
Sore ja, see you in next chapter guys^^
KAMU SEDANG MEMBACA
(END) The Prince's Fiance [boyxboy]
RomanceSiapa yang akan menyangka, Fie, anak terlantar dari kalangan bawah akan 'diurus' oleh seorang putra mahkota dari kerajaan yang makmur bernama Gale Vial Demore? Tidak ada! Hanya Sang Ratulah yang tahu siapa Fie sebenarnya dan menyetujui keputusan ana...