Prolog

113 39 23
                                    

Ini kisah seorang gadis kecil berusia 6 tahun, yang hidup di bawah naungan kegelapan hingga remaja. Dulu dia pernah berada di bawah cahaya surya, namun cahaya itu hanya sementara dan pada akhirnya direnggut kembali oleh Sang Pencipta darinya.

Akibat dari kecelakaan itu, dia merasa dirinya sendiri dan tak punya siapapun lagi. Hingga dia bertemu seorang ibu yang menemukannya dalam keadaan terluka akibat kecelakaan yang menimpa dirinya itu. Ibu itu bersedia membawa anak tersebut ke rumahnya, mengasuhnya, merawatnya, mendidiknya, seperti anak kandungnya sendiri. Sang Ibu selalu mencurahkan segala kasih sayangnya pada anak itu, bahkan memberikan segala hal yang bisa dia berikan pada putri kecilnya. Tak pernah ada satu hal pun yang tak pernah Ibu itu lakukan demi putri kecil yang sudah dia anggap seperti putrinya sendiri.

Namun, semua yang dilakukan Sang Ibu masih tak dapat membuat putrinya itu kembali tersenyum ceria seperti anak kecil seusianya. Hanya tangis yang di curahkan putrinya itu setiap hari. Tak pernah ada senyuman yang terukir di wajahnya walau hanya sedikit saja.

Suatu ketika ada seorang anak kecil laki-laki yang tersesat di sekitar prumahan Ibu itu. Anak itu berjalan ke sana ke mari mencari jalan pulang ke rumahnya. Hingga dia bertemu Ibu itu. Ibu melihat anak itu seperti kebingungan mencari seseorang. Ibu tak tega membiarkan seorang anak kecil seorang diri di jalanan berjalan luntang-lantung tak tau arah. Akhirnya Ibu membawa anak kecil tersebut ke rumahnya dan merawatnya sampai Ibu dapat mencari di mana keberadaan orang tua anak tersebut.

Tak disangka dan tak diduga. Berawal dari kebaikkan hati Sang Ibu yang membawa anak laki-laki itu ke rumahnya, membawa sebuah anugerah yang begitu besar bagi dirinya. Anak kecil laki-laki dapat merubah putri kecilnya. Dia bisa membuat putrinya merasakan indahnya kehidupan yang sesungguhnya. Putri kecilnya yang dulunya tak pernah tersenyum kini bisa tersenyum setelah bertahun-tahun hidup bersama anak laki-laki itu. Putrinya selalu memamerkan senyum cantik di wajahnya jika bersama anak itu. Sang Ibu bahagia melihat perubahan yang terjadi pada putrinya. Anak itu bagaikan cahaya untuk dunia putrinya yang awalnya gelap.

Tapi ... faktanya cahaya itu hanya datang sementara. Di usia putrinya beranjak 8 tahun, kenyataan pahit datang menimpa putrinya itu. Cahaya yang sangat Ibunya banggakan itu nyatanya tak bertahan lama. Cahaya itu datang hanya sementara dan mulai beranjak pergi meninggalkan putrinya yang menimbulkan kesedihan mendalam pada diri putrinya seiring kepergian anak laki-laki itu.

Anak itu telah bertemu kembali dengan orang tuanya yang telah lama mencarinya. Orang tuanya meminta anak laki-laki itu untuk pergi bersama mereka, dan pulang ke rumah mereka kembali. Anak itu mengikuti kemauan kedua orang tuanya dan ikut pergi bersama mereka meninggalkan putri kecil Sang Ibu seorang diri. Putrinya semakin hari semakin bersedih karena tak bersama anak laki- laki itu kembali. Sang Ibu yang setiap hari melihat kesedihan melanda putrinya, tak kuasa menahan diri untuk tidak mencari kembali keberadaan anak laki-laki itu.

Namun seiring tak ditemukannya anak itu, perlahan-lahan sikap gadis kecilnya berubah seperti dulu lagi. Tak bisa tersentuh. Tak pernah ceria lagi seperti dulu. Keceriaan yang dulunya pernah ada perlahan-lahan mulai sirna hingga tak pernah ada lagi. Senyuman manis yang dulu terpancar di wajah cantik putrinya kini mulai memudar hingga tak pernah ditunjukkan kembali. Semua telah berubah, telah jauh berubah. Bahkan lebih parah dari perubahan sebelumnya. Jika orang dewasa saja tidak mampu, bagaimana anak kecil yang masih tergolong muda di usianya yang baru 8 tahun itu harus bisa menanggung beban cobaan seberat itu. Maka, kemungkinan tekanan-tekanan akan datang dan mengurung dirinya itu pasti ada.

Sang Ibu hanya bisa pasrah dengan keadaan, pasrah dengan takdir yang saat ini sedang menguji kekuatan hati putrinya. Ibu tak bisa berbuat apapun lagi agar bisa mengembalikan putrinya seperti dulu. Namun hati putrinya tak kuat menahan semua beban yang harus ditanggungnya di usia mudanya itu. Sang Ibu hanya bisa berharap dapat bertemu kembali dengan cahaya putrinya itu. Agar senyum yang hilang di wajah putrinya itu kembali. Namun semuanya tak kunjung dia dapat. Harapan hanya lah harapan. Tak semua harapan bisa terwujud sesuai keinginan. Ada kalanya harapan hanya sebatas harapan yang tak akan bisa tergapai. Itu semua hanya menunggu keajaiban yang akan datang jika ingin terwujud.

Hingga putrinya beranjak besar dan perlahan-lahan meninggalkannya dalam rasa bersalah akibat tak bisa membawa dan mengembalikan cahaya yang dulu dimiliki putrinya. Putrinya mulai meninggalkan kehidupannya yang dulu. Meninggalkan semua kenangan bahagia yang pernah dirangkai. Meninggalkan semua cinta dan kasih sayang yang pernah diberikan oleh orang-orang tersayang di sekitarnya, hingga dia pergi terbawa oleh arus waktu.

Jika dipikirkan kembali, entah kapan cahaya yang pernah hadir pada diri putrinya itu kembali lagi? Datang mengembalikan putri Sang Ibu yang pergi meninggalkannya? Itu semua hanya waktu yang bisa menjawabnya. Hanya takdir yang bisa mewujudkannya.

Tapi percayalah, semua takdir telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Tinggal kita yang menjalankannya saja yang ingin membawa alur takdir ke arah mana. Jika ingin membawa ke arah yang telah direncanakan oleh-Nya. Maka itu semua akan berjalan sesuai apa yang telah direncanakan. Tapi jika dibawa ke arah yang berbeda, maka bersiap-siap lah menghadapi tantangan dan rintangan yang pastinya akan melanda melebihi yang telah ditentukan dan sampai akhirnya akan kembali ke rencana awal yang telah direncanakan. Jadi buat apa berusaha melawan takdir jika tak ingin mempersulit diri.



Salam

Yessysan

Cahaya AsyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang