Aku kembali

42 26 13
                                    

Nadin tak bisa berkonsentrasi meskipun pelajaran telah berakhir. Otaknya masih saja mencoba memikirkan ucapan yang didengarnya sebelum masuk ke dalam kelas tadi. Dia merasa yakin bahwa ucapan itu ditujukan kepadanya, walaupun terdengar seperti gumamman saja. Meskipun memikirkan ucapan itu terus-menerus, Nadin masih tidak mengerti dengan maksud ucapan tersebut. Dia tak henti-hentinya mengingat kejadian itu.

"Ya sudah. Nadin, masuklah. Lain kali jangan terlambat lagi," kata guruku.

Nadin hanya mengangguk dan melangkah dengan gontai sambil menunduk. Tapi sebelum masuk dia mendengar orang berbicara di samping telinganya.

"Aku kembali."

Nadin mengangkat kepalanya yang tadinya menunduk untuk menoleh kepada orang yang diyakininya sedang mengajaknya bicara barusan. Nadin ingin memastikan apa yang dia dengar barusan itu nyata. Tapi orang yang Nadin lihat malah melihatnya seolah-olah bertanya 'kenapa?'.

Nadin yang merasa diintimidasi oleh matanya yang tajam itu langsung memutuskan kontak mata dengannya dengan cepat dan melangkah masuk ke dalam kelas.


Apa tadi dia berbicara denganku. Kalau iya, apa maksud dari perkataannya itu? batin Nadin.

"Nad, kantin yuk. Udah jam istirahat nih."

Lamunan Nadin terhenti ketika sahabatnya, Vanya, mengajaknya ke kantin. Nadin mengangguk sebagai jawaban dan melangkah keluar kelas bersama.

***

"Nad, kantinnya penuh banget tuh. Mana tempat duduknya udah penuh semua juga. Mau makan dimana lagi kita?" Nadin hanya mengangkat bahu acuh, karna sebenarnya dia tidak terlalu lapar.

Krukk ... kruukk ...

"Duh ini perut, pada bunyi terus lagi. Ngga bisa diajak kompromi emang," dumel Vanya.

"Gimana dong Nad, aku udah laper banget nih. Tempat duduknya ngga ada yang kosong juga, penuh semua." Vanya memelas pada Nadin.

Nadin yang melihat Vanya seperti itu pun menghela napas. Tidak tega juga akhirnya melihat wajah sahabatnya itu. Nadin mengambil note dan pulpen di saku bajunya yang selalu dia bawa kemana-mana. Takut-takut jika ada yang bertanya hal penting dengannya dan harus dijawab segera.

"Beli saja makanan dan minumannya, lalu bawa ke taman. Kita makan disana saja," tulis Nadin.

Lalu Nadin berikan note itu kepada Vanya. Ya memang, SMA Pradipta School punya taman yang luas dan asri juga.

"Wah ide bagus tuh. Kamu pinter deh. Jadi tambah sayang," ucapnya sambil nyengir lebar dan mengedipkan sebelah matanya pada Nadin.

Nadin hanya cuek melihat kelakuan Vanya. Sebenarnya Nadin juga sayang sama Vanya. Karna hanya Vanya, satu-satunya teman sekaligus sahabat yang mampu bertahan sama sikapnya yang seperti itu.

"Ayok kita beli makanannya. Keburu bel masuk entar," ajaknya.

Nadin yang tangannya ditarik-tarik oleh Vanya hanya bisa pasrah, dan mau tak mau mengikuti langkah kaki Vanya yang begitu lebar. Untung saja diantidak jatuh gara-gara ditarik Vanya begitu.

"Mang Asep, bakso satu ya. Sama es jeruk satu," teriak Vanya.

Kelakuannya itu membuat semua orang mengalihkan pandangan kepada sahabat Nadin ini. Vanya yang sadar akan kelakuannya, hanya membalas dengan senyum-senyum yang tak jelas kepada semua orang yang ada di kantin. Nadin hanya bisa menunduk akibat ulah sahabatnya itu. Nadin heran dengan Vanya, kenapa juga harus teriak-teriak. Padahal sedikit lagi nyampe di warungnya mang Asep. Tapi tetep aja diteriak-teriak kaya orang nggak dikasih makan seminggu.

Sesampainya di warung mang Asep. Vanya mengambil semangkuk bakso dan es jeruknya, sekaligus menyerahkan uang dua puluh ribuan. Sambil menunggu kembaliannya Vanya bertanya ke Nadin, "Kamu mau pesan apa Nad?"

Nadin melihat sekeliling warung yang lain, mencari sesuatu yang ingin dia beli. Tapi matanya terhenti saat melihat seseorang yang pagi tadi dia yakini berbicara padanya. Dengan lama Nadin memandangi wajah orang itu, sambil mengingat apakah dia pernah bertemu dengan orang itu di tempat lain. Hingga saat mata tajam orang itu melihat Nadin yang telah memandanginya, dengan cepat Nadin mengalihkan pandangannya ke arah kumpulan sebotol air mineral lalu melangkah mengambil air mineral itu. Setelah membayarnya, dia pun melangkah kembali menuju Vanya yang sedang menunggunya.

"Itu saja?" katanya. Nadin hanya mengangguk.

"Baiklah. Ayo kita pergi!"

Nadin dan Vanya pun melangkah keluar kantin menuju taman. Di perjalanan pun tidak ada pembicaraan lagi yang berlangsung di antara mereka berdua.

***

"Kita duduk dimana Nad?" tanya Vanya.

Nadin mengarahkan kedua bola matanya ke tempat yang dia inginkan dari awal saat menyarankan tempat ini. Lalu Nadin menunjuk ke arah pohon yang rindang, yang pastinya sangat nyaman untuk dijadikan tempat mereka berdua duduk-duduk santai. Melihat Vanya yang menganggukkan kepalanya tanda setuju. Mereka berdua pun menuju tempat itu.

Tiba di bawah pohon tersebut. Nadin hanya duduk diam di sana bersama air mineral di pangkuannya, dan Vanya dengan cepat memakan baksonya karna takut dingin, sementara waktu istirahat juga akan berakhir sebentar lagi.

Bosan menunggu Vanya selesai makan, dan Nadin hanya berdiam diri dari tadi. Dia melihat sekeliling taman sekolahnya. Terlihat luas, indah, dan yang pasti Nadin menyukai tempat seperti ini. Menenangkan. Di sini juga tak banyak kicauan siswa-siswi yang membuat kepalanya pusing akan suara mereka yang terkadang sangat berisik. Karna kebanyakan hanya siswa- siswi memakai kacamata yang berada di sini, sebab mereka juga mencari ketenangan untuk membaca buku. Tempat ini dijadikan pilihan kedua selain perpustakaan oleh mereka, termasuk Nadin.

Hingga saat mata Nadin tertuju kepada seseorang yang berdiri di samping sekolahnya, mengenakan jaket hitam yang sepertinya sedang melihat ke arah Nadin. Nadin tidak tau siapa orang itu, karna dia tak bisa melihatnya dengan jelas wajah orang tersebut. Sebab keberadaannya sangat jauh dengan Nadin, sehingga membuatnya kesulitan mengenali siapa orang yang berdiri di sana. Tapi satu yang dia yakini, kalau orang yang ada di sana itu seorang laki-laki. Karna dia melihat dari poster tubuhnya yang persis seperti laki-laki.

Dia tidak pergi meski Nadin tetap melihat ke arahnya. Entah dia sadar atau tidak Nadin melihatnya terus-menerus.

"Ah, kenyang. Balik yuk Nad?" kata Vanya.

Mendengar suara itu, Nadin menoleh pada Vanya, lalu dia melihat kembali ke arah laki-laki tadi. Tapi laki-laki itu sudah tidak ada di tempat tadi. Vanya yang tidak mendapat respon apapun dari Nadin berusaha memanggil sahabatnya itu lagi.

"Nad, Nadin," panggilnya sambil menepuk bahu Nadin.

Nadin terkejut karena bahunya di tepuk, lalu dia menengok ke arah Vanya seolah bertanya 'ada apa?'. Vanya yang mengerti maksud Nadin itu, malah menanyai Nadin balik.

"Kamu yang kenapa? Ku ajak balik malah dicuekin. Malah bengong lagi. Lagi liatin siapa sih serius gitu?" tanyanya.

Nadin hanya menggelengkan kepalanya, tanda jawaban tidak ada apa-apa. Dia segera berdiri dan berjalan meninggalkan Vanya yang masih duduk di bawah pohon. Tanpa memperdulikan suara Vanya yang marah karena ditinggal, Nadin tetap melangkahkan kakinya dengan tenang.

*********

Hayyo ... siapa tuh yang sembunyi-sembunyi liatin Nadin ...

He.hehe..
Tunggu kelanjutannya ya. Ini baru awalnya loh.. masih ada misteri yang lainnya

Salam sayang..
Yessysan

See youuu ♡♡♡
@Fely_san

Cahaya AsyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang