Tantangan pertama

20 12 7
                                    

Nggak semua apa yang terlihat bisa jadi penentuan akhir.
Kalian nggak akan pernah tau isi dibalik cover yang tampak indah.
Bisa saja cover menipu penglihatanmu.
-Delvin-
--------------------------------------------------

Nadin berusaha berjalan seperti biasa walaupun kepalanya terasa sangat pusing. Dia berjalan sangat pelan. Namun semakin pelan Nadin berjalan semakin bertambah pusing kepalanya, hingga Nadin mulai kehilangan kesadaran. Sebelum kesadarannya benar-benar hilang, Nadin mendengar seseorang menyebut namanya, dan menahan tubuhnya agar tidak jatuh. Setelah itu Nadin tidak tau lagi apa yang terjadi, karena dia sudah pingsan.

Saat tersadar, Nadin bingung kenapa dia berada di UKS. Lalu Nadin teringat kejadian tadi pagi.

Aku pingsan, pikir Nadin.

Nadin mencoba bangkit tapi kepalanya terasa sangat sakit.

"Jangan bangun dulu, istirahat aja," kata laki-laki yang baru masuk ke dalam UKS.

Nadin terkejut dengan orang yang baru masuk dan berbicara dengannya itu.

Delvin, kenapa di ke sini? Apa dia yang membawaku kemari, tanya Nadin dalam hati.

"Kamu pasti kagetkan kenapa aku ke sini." Delvin tersenyum. Nadin mengangguk pelan.

"Kamu nggak perlu mikirin itu dulu, lebih baik kamu istirahat aja," Delvin mendekati Nadin lalu memegang dahinya, "Kepala kamu masih sakit?" Nadin mengangguk lagi.

"Ya sudah kalo gitu. Kamu istirahat aja, jangan bangun dan pergi ke mana-mana. Aku mau ke kelas dulu."

Setelah bicara begitu ke Nadin, Delvin keluar lagi dari UKS. Nadin heran dengan sikap Delvin barusan. Delvin yang setaunya biasa bersikap cuek dan dingin ke cewe, sekarang perhatian dan banyak bicara.

Dia kesambet apa? batin Nadin.

***

Delvin sudah berada di kelasnya sekarang. Beruntung kelasnya lagi ngga ada gurunya. Jadi dia nggak harus kasih alasan kenapa terlambat masuk.

Saat duduk di kursinya, Delvin merasa mendapat tatapan tajam menusuk oleh Daffa. Sebenarnya sejak masuk ke dalam kelas tadi, Delvin sudah merasa ditatap seperti itu oleh Daffa, hanya saja dia tidak memperdulikan tatapan Daffa itu.

Setelah duduk di samping Daffa, Delvin merasa tidak nyaman dengan tatapannya tersebut. Tapi satu hal yang membuat Delvin yakin dengan maksud tatapan Daffa yang pastinya disebabkan kejadian tadi pagi. Karena Delvin lebih dulu membantu Nadin yang pingsan dan membawanya ke UKS dibandingkan Daffa. Delvin juga melihat adanya Daffa saat itu. Mengingat kejadian itu, membuat Delvin tersenyum misterius.

****

Tak terasa waktu semakin berputar. Sudah dua minggu setelah kejadian Daffa yang marah pada Delvin, sebab merasa kalah cepat dalam hal menolong Nadin yang pingsan saat itu. Mereka berdua saling mendiamkan diri satu sama lain setelah kejadian itu. Sebenarnya saling mendiamkan itu dimulai dari Daffa yang ngga mau berbicara dengan Delvin. Delvin hanya mengikuti apa yang dilakukan Daffa saja.

Melihat Daffa dan Delvin saling berdiam diri, membuat dua sahabat mereka yang duduk di barisan depan meja Daffa dan Delvin jengkel dan mulai angkat bicara.

Andra yang notabennya banyak bicara, sudah habis kesabaran melihat dua sahabatnya terus-terusan diam seperti itu. Dia sudah tidak bisa berdiam diri melihat kedua sahabatnya yang saling diam selama dua minggu, walaupun duduk satu meja. Andra mulai angkat bicara dan mengintrogasi mereka. Dani yang berada di samping Andra hanya diam menyimak dan mendengarkan pembicaraan mereka bertiga.

Cahaya AsyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang