Penentang 2

572 23 3
                                    

            Mendung disertai rintik hujan menemani langkahku meninggalkan pelataran rumah sakit menuju ruangan tempatku bertugas. Meski masih sepagi ini namun suasana rumah sakit sudah begitu ramai dengan orang – orang yang mengantri untuk berobat. Kesadaran diri masyarakat sudah semakin meningkat tentang masalah kesehatan belakangan ini. Namun masih banyak juga orang – orang yang sakit. Tak jarang aku menemukan ketika jaga malam melihat sebelum matahari muncul orang – orang sudah berbaris mengambil nomor antrian di rumah sakit. Ya begitulah keadaan di negara ini, orang – orang mengatakan negara ini semakin maju namun entah kearah mana kemajuan negara ini. Karena tetap saja masih ditemukan kepercayaan – kepercayaan untuk berobat ditempat – tempat yang tidak masuk akal

Gerimis bertambah menjadi rintik – rintik hujan yang semakin banyak. Kupercepat langkah kakiku sembari menghindari genangan air yang ada. Aku tak mau kalau celana putihku terkena cipratan air, bisa repot nanti urusannya. Memasuki selasar rumah sakit kupasangkan senyum dibibirku menyapa pengunjung yang hendak berobat. Senyum ini bukan senyum palsu melainkan karena sebuah kebiasaan. Dikeperawatan kami selalu diajarkan untuk menjadi ramah dan selalu menekankan 5S senyum, salam, sapa, sopan dan santun. Jadi jangan baper kalau disenyumin sama perawat di rumah sakit yang baru lihat.

Aku memasuki ruang praktikku minggu ini. Masih belum ada orang yang berangkat. Linen – linen bersih masih berada didalam troli dari laundry. Sandal – sandal masih tertata di rak. Aku berjalan mendorong troli linen ke ruang perawat setelah melepas sepatuku. Ruangan ini adalah ruangan steril jadi aku harus menggunakan sandal khusus untuk diruangan ini. Aku berjalan mendekati papan jadwal operasi hari ini, cukup banyak yang harus dikerjakan hari ini. Tugas pagi diruangan ini salah satunya adalah membereskan linen dan baju – baju ruangan yang bersih. Memilah – milah sesuai ukurannya masing – masing. Aku memang orang yang malas karenanya daripada menunggu anak – anak yang lain mending ku kerjakan ini terlebih dahulu sebelum berganti pakain hijau – hijau.

Mengingat jadwal hari ini sepertinya aku ingin melihat operasi ORIF saja sembari membantu yang lain. Ini hari keduaku dinas diruangan bedah ini jadi aku sudah mulai terbiasa dan menikmati kegiatan disini. Untung saja aku sudah terbiasa melihat darah di film – film barat, juga aku sempat menonton beberapa tindakan operasi di film the doctor buatan Korea jadinya tidak terlalu jengah melihat apa yang ada disini. Temanku yang minggu lalu sempat pingsan saat dinas diruangan ini ketika melihat operasi laparatomy. Kalau cewek sih wajar – wajar saja, tapi ini anak cowok dengan badan tinggi berisi namanya Andre. Aku tertawa terpingkal – pingkal ketika mendengar cerita ini dari Siska. Menjadi perawat memang berat, jika kamu setengah hati menjalaninya ya sangat disayangkan. Andre yang benar – benar ingin menjadi perawat pun berjuang keras selama di ruang bedah untuk melawan rasa takutnya.

Meski berat menjadi mahasiswa perawat namun selalu ada sisi lain yang berkesan untuk dikenang. Mungkin bila pertama kali masuk enggak akan menyadari namun dengan berjalannya waktu akan timbul suatu kepuasan tersendiri ketika dijalani. Dikampusku merupakan salah satu kampus yang ketat baik masalah nilai maupun penampilan. Sebagian besar juga dosen pengampu di jurusanku termasuk killer.

***

"Kalian itu sudah jadi mahasiswa bukan lagi anak SMA, kalian itu ya harusnya tahu harus jadi kaya apa bukannya masih bawa – bawa kebiasaan kalian di SMA!" caci seorang senior di depan kami semua para mahasiswa baru.

Hari ini merupakan hari terakhir ospek, puncak dari semua kesalahan dan cacian ditujukan kepada kami. Tak ada habisnya para senior itu mencari kesalahan kami, mengatakan kami ini lah itu lah, kami nggak menghargai para senior yang jadi panitia lah, nyolot lah, nggak tahu diri lah. Ah, aku sendiri sampai pusing mendengarkan ocehan mereka yang entah darimana mereka dapet referensi buat ngomong kaya gitu. Apa mereka nggak tahu apa kalau kami juga capek, baik fisik mental maupun finansial. Ya memang jadi panitia pasti lebih capek karena aku juga pernah membawahi kepanitiaan besar waktu SMA dulu tapi seenggaknya waktu itu kami masih tetep menghargai para peserta sedangkan disini, ah sudahlah.

Catatan Mahasiswa Calon PerawatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang