Teori dan Praktik

377 14 1
                                    

"Dek siswa..."
Dih, apaan lagi sih. Baru aja istirahat bentar udah di suruh - suruh lagi. Praktik tapi udah kaya babu aja di suruh - suruh. Situ enak nyante di gaji. Batin Anggi kesal beranjak dari tempat duduknya yang masih dingin. Dengan senyum kecut menghampiri perawat ruangan yang memanggilnya.
"Iya mbak ada apa? " tanyanya basa basi.
"Itu infus kamar 3A macet, dibenerin ya. Bisakan? Udah semester berapa sih kamu?" tanyanya.
"E bisa mbak, baru semester 3 mbak ini pertama praktik"
"Semester 3 ya, ya udah saya temenin. Nanti diliatin ya caranya biar kamu bisa. Temenmu satunya dimana, biar belajar sekalian"
"Masih ke apotik mbak"
"Oh iya udah nanti kamu ajarin ya temenmu, kamu siapin spuit 5cc sama aquabides"
Iya bawel banget, emang aku nggak bisa apa cuma ngebenerin infus macet. Sialan. Batin Anggi kesal.
Banyak banget nih belanjaan apotik, padahal pasiennya lagi ga banyak. Kalau pas banyak kaya apa ya? Hm pakai pick up kali bawanya wkwk. Batinku membawa stok obat dari apotik. Dua dus penuh sampai - sampai aku harus bawa troli untuk membawanya. Aku melihat Anggi sedang berjalan mengikuti mbak Citra perawat ruangan dengan membawa spuit dan aquabides. Infus macet palingan. Aku melempar senyum ke arah mbak Citra. Biasalah udah kebiasaan soalnya. Sebagai mahasiswa perawat kan kami diajarkan untuk bisa ramah dan selalu menerapkan 5S. Tahu kan 5S. Aku menaruh stok obat yang ku bawa ke belakang nursestation tepatnya di tempat loker - loker obat. Disana ada Mas Eko yang sedang menulis RM.
"Mas ini tak tata sekalian ya ke loker".
"Iya bener, udah tahu kan caranya? ".
"Yups. Kan ada namanya mas tinggal sesuaiin aja to"
"Ya ya ya bagus. Rajin kamu dek ya, nggak kaya temenmu yang cewek itu sapa namanya yang kaya artis tu"
"Yang barusan po mas? "
"Ha'ah yang barusan"
"Ouh Anggi mas"
"Nah iya, dia itu gimana ya jelasinnya ya. Klemad klemed gitu anaknya"
"Klemad klemed itu apa mas ya? Kurang paham i aku mas hehe"
"Kurang cekatan gitu loh anaknya, sama kadang keluar ga sopan omongan sama gesturnya"
"Oh byasa mas kalau itu, mas habis ini ssya tak ijin ke kantin ya mas bentar beli air minum saya lupa nggak bawa"
"Oh iya iya gapapa silahkan, nyantai aja kalau sama saya"
Aku hanya tersenyum sembari melanjutkan kerjaanku menata obat ke loker masing - masing pasien. Setelah selesai aku kembali ijin untuk ke kantin membeli air mineral. Rasanya nggak enak kalau nggak minum air putih. Aku masih kuat kalau ngeshift nggak makan tapu kalau nggak minum itu rasanya ada yang ganjel ga enak di tenggorokan. Maklumlah sehari paling ngga kan kebutuhan cairan seseorang itu sekitar 2500 ml kalau nggak salah. Aku melihat Anggi tengah duduk di kursi depan samping nursestation bermain dengan hapenya. Padahal sudah jelas sekali ketika serah terima praktikan bahwa selama jam praktik dilarang maen hape kecuali ketika istirahat. Belum juga kapok dia dari masalah kemaren. Kemarin ketika penyerahan mahasiswa praktik ke ruangan kelompok kami yang terdiri dari 6 mahasiswa yaitu aku, Anggi, Bela, Bayu, Ayu dan Cici sudah kena semprot kepala ruang gara - gara Anggi dan Cici. Ya gara - gara mereka datang terlambat ketika serah terima,  memakai kerudung langsungan,  memakai sepatu bukan pantofel putih dan yang terakhir memakai perhiasan cincin.  Dikampus memang dilarang memakai perhiasan selain jam tangan.  Ketika praktik pun kami sudah diajarkan agar selalu membawa jam tangan disaku. Karena akan berguna ketika kami menghitung tetesan infus atau ketika melakukan ttv,  pengkajian tanda vital seperti nadi dan nafas. Kenapa dilarang memakai cincin?  Ya karena kita sering bersinggungan dengan pasien,  karena kita merawat manusia yang hidup. Prinsipnya 5 momen cuci tangan.  Sebelum ke pasien,  sebelum melakulan tindakan aseptik,  sesudah terkena cairan tubuh pasien,  sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien,  sesudah kontak dengan pasien.  Memang simpel cuci tangan itu dan kadsng terlupakan tapi tindakan kecil itu akan membawa dampak yang besar bukan hanya bagi perawat tapi juga bagi pasien.  Ngga mau kan jika kalian di rawat di rumah sakit tapi malah nambah penyakit???. Jadi selalu ingat 5 moment cuci tangan.  Wih jadi sosialisasi ya hehe. Ketika memakai cincin biasanya bagian yang berada di bawah cincin akan menjadi sarang kuman karena tidak benar-benar bersih.
Kembali ke sekarang,  aku masih di kantin untuk membeli minuman.  Mumpung di kantin aku sempatkan membuka hape mencari kiranya ada info penting. Ternyata isinya cuma spam gajelas di grup kelas. Aku kembali ke ruang bangsal kenanga tempatku praktik untuk 2 minggu ini.  Baru dua hari tapi aku sudah mulai bisa beradaptasi dengan suasana rumah sakit. Aneh memang padahal dulu pas kecil aku paling tidak suka dengan yang namanya rumah sakit.  Sampai SMA bahkan aku masih tidak suka pergi ke rumah sakit.  Apalagi disuntik wah paling nggak suka aku.  Diinfus pun belum pernah aku.  Sekalinya diinfus malah jadi bahan percobaan praktik temen sendiri di kampus. Tapi yah inilah jalan jihadku,  menjadi calon perawat.  Ini praktek pertamaku jadi aku harap bakal punya kesan yang bagus buat kedepan.
"Darimana lo Ar?  Istirahat ga ngajak-ngajak" tegur Anggi ketika ku sampai.
"Dari kantin nih beli minum,  nih" kataku menunjukkan air mineral yang ku bawa.
Aku mencoba ramah meski kesal juga sebenarnya dengan Anggi.  Karena setiap ada tindakan apa pasti dia malah ngehindar bila ada aku.  Jadinya aku yang lebih banyak kerja. Kami berdua duduk didepan nursestation sembari menunggu ada kerjaan. Shift siang begini memang biasanya nganggur kalau jam segini paling nanti agak sore baru mulai sibuk. Yah walaupun ini praktek pertama tapi kan bisalah cari info dari kakak kelas. Hehe. Salah satu keuntungan ikut di organisasi.
Dari raut wajahnya bisa tergambar jelas apa yang ada dipikiran Anggi.  Pengen cepat pulang. Ya namanya shift siang emang begini waktu terasa lambat banget jalannya.
"Ar ntar bantuin gw pengkajian ya ke pasien.  Lo udah pengkajian kan?" ajak Anggi.
"Um belum,  ya nggak apa-apa sih tapi aku cuman nemenin yak"
Kami memang tiap minggunya mendapatkan tugas untuk membuat satu laporan asuhan keperawatan dan laporan pendahuluan. Kalau LP aku sudah buat kemarin pulang ngeshift pagi.  Lagian aku juga punya banyak stok lp di laptopku. Hasil ngembat punya kakak kelas.hehe.  Yah emang aku dekat dengan beberapa kakak kelas tapi ya sekedar minta bantuan materi atau share pengalaman dan ilmu. Bukan modus loh. Kalau temen-temen cewek angkatanku deket dengan kakak kelas ya palingan kalau nggak modus ya dimodusin. Modus biar bisa dapet bantuan buat ngerjain tugas.  Dimodusin buat dijadiin gebetan. Namanya juga senior,  ada junior yang bening ya pasti diembat. fakta memang kalau banyak kakak kelas yang punya pacar adik kelas cewek. Udah sering itu terjadi bukan hanya di kampusku. Apalagi yang anak organisasi. Kalau adik kelas cowok punya pacar kakak kelas mungkin itu yang masih jarang.
minggu ini pasiennya tidak terlalu banyak.  Muga aja pasienku tidak pulang sebelum ujian hari kamis nanti. Karena yg menjadi dilema mahasiswa praktikan seperti aku ini yah pasien pulang sehari sebelum ujian.  Ngenes.  Udah pengkajian lengkap.  Bikin askep.  Tapi pasien pulang pas mau ujian.  Huh nasib. Muga ga kejadian.
Siang mulai beranjak sore waktunya menyiapkan watsan untuk mandi pasien.  Yah kita hanya menyiapkan air panas dan menaruh di tengah lorong bangsal.  Nanti tinggal nawarin ke keluarga pasien yg sekiranya mau memandikan pasien. Yah walaupun kami di kampus juga belajar skill untuk memandikan pasien,  mengeramasi,  juga oral hygiene tapi jarang sekali di praktekkan di lahan praktik.  Di lahan praktik pun ada banyak ilmu baru yang tentunya lebih praktis daripada yang di ajarkan di kampus. Seringkali apa yang diajarkan di kampus dengan di lahan praktek sangat berbeda. Meskipun pada dasarnya teorinya sama tapi pengaplikasiaannya berbeda.
"Dek kalau udah watsan ttv jangan lupa" ucap seorang perawat.
"Iya mba" ucapku dan Anggi.
TTV atau pemeriksaan tanda - tanda vital mulai dari tekanan darah,  nadi,  suhu dan pernafasan.  Disinilah seringkali para mahasiswa membuat karangan. Hehe. Yups bagaimana tidak mengarang, 2 orang untuk memeriksa hampir 20an orang. Paling ga nadi,  pernafasan pemeriksaannya 1 menit full kalau di teori.  Tapi prakteknya 15 detik ntar di kali 4. Disinilah menyebalkannya. Jika kami melakukan sesuai teori maka akan di omeli para perawat ruangan "ttv kok lama banget" tapi kalau kami mengarang "ini kok hasilnya sama semua,  ngarang kamu ya.  Coba ulangi lagi".  Yah jadi serba salah. Padahal jarang banget para perawat ruangan melakukan ttv. Terkadang ketika aku hendak mengisi di RM untuk hasil ttv disana sudah terisi semua. Hebat kan.
Saat ttv biasanya aku sekalian melakukan pengkajian kepada pasienku.  Meski seharusnya aku menanyakan keluhan kepada semua pasien sih. Tapi ya namanya mahasiswa dipasrahi satu pasien untuk dikelola ya mengelolanya seringnya pasiennya sendiri. Kadang ada yang telaten banget dateng ke pasien. Aku memang suka ngobrol dengan pasien jadi pengkajianku tidak terlalu terpatok pada buku panduan.  Yang aku kaji tentunya masalah yg ada dan sumber masalahnya.  Cukup itu saja juga nanti akan ketahuan masalah yang lain.
Saat tiba giliran pasiennya Anggi aku gemes sendiri melihat bagaimana cara Anggi bertanya sama pasien.  Jadinya banyakan aku yang ambil alih bertanya ke pasien dan Anggi mencatat. tapi entah apa yang dia catat. nggak ada bedanya mana yang penting dan nggak penting.
***

OSCA. ujian akhir praktek lab klinis disetiap akhir semester yang selalu bikin tingkat ansietas meningkat pada mahasiswa. 20 stase teori dan praktek. dengan masing - masing stase hanya diberi waktu 7 menit. satu kecerobohan kan fatal akibatnya. ya, konsentrasi buyar, sop berantakan, ngomongnya blepotan dan akhirnya waktu 7 menit terbuang percuma. di ujian OSCA semester lalu daftar merah yang remidi sudah seperti barcode saja dimana jika dilihat. kebanyakan diujian praktek yang memerlukan teknik steril dalam sopnya. On. kejadian yang sering banget kejadian ketika praktek. hadeeh...

aku emang orangnya malas belajar. menjelang osca pun aku lebih banyak duduk didepan laptopku daripada sibuk belajar seperti yang lain.  Pindah dari satu stase ke stase lain,  ribut sendiri,  pusing sendiri.  Menjelang malam sehari sebelum osca pun masih ramai anak - anak di lab klinis. Entah sekedar maen ato beneran belajar. Aku pun masih disini tapi cuma sekedar mengamati dan mereview bagian yang masih kurang jelas buatku.
Satu hal yang selalu membuatku heran dari dulu,  ketika sebelum ujian dan ada anak yang bilang "duh gimana nih aku belum belajar sama sekali".  Hello...  Satu semester ini kemana aja.  Tidur?.  Semedi?.  Apa lupa ingatan?.  Kesel sih dengernya. Pengen nampol pake fotocopian materi yang seabreg banyaknya.
Walaupun aku pemalas tapi seenggaknya itu merupakan hal yang positif. Ya,  positif.  Tergantung perspektif kalian,  bagaimana cara kalian melihatnya.  Sesuatu yang positif nggak selalu berarti baik,  dan sesuatu yang negatif nggak selalu berarti buruk. Nggak percaya?.  Positif hamil padahal belum nikah,  positif HIV,  positif pemakai narkoba.  Positif semua kan?,  tapi bukan berarti baik kan. Malas pun punya sisi positif.  Contohnya malas buat menyerah. Malas itu kunci kesuksesan.  Nggak percaya?.  Para ilmuan penemu - penemu itu orang yang malas menurutku.  Orang malas jalan kaki jauh, tercipta sepeda.  Malas ngayuh sepeda karena capek,  tercipta motor.  Malas kena panas dan hujan pas naek moto,  tercipta mobil. Malas nulis surat dan menunggu lama balasannya,  tercipta telepon dan hp.  Bener kan?.  Nggak salah juga kan.  Hehe.  Tergantung sudut pandang kita kaya gimana.
Kembali ke osca. Sejauh apa yang aku lihat. Orang yang berhasil dalam uji skill osca belum tentu bakalan berguna di lahan praktik.  Ya,  beberapa aku temuin. Contohnya Pipit.  Dia termasuk anak yang pintar menurut anak-anak yang laen. Selalu ngejar IP tinggi,  perfectionis,  kompetitif. Dimanapun dan kapanpun dia pasti pegang buku,  apalagi menjelang ujian. Hafalannya beeeeeeuh,  mantul kuy.  Paling jago dia mungkin kalau hafalan,  skil di lab klinis juga lumayan mumpuni. Tapi ketika praktik di lahan, megang pasien aja mikir-mikir dulu.  Nyuruh-nyuruh yang laen. Kalo ada perawat yang memperhatiin baru dia mau gerak.  Hadeh,  cari muka. Nggak sedikit sih yang kaya gitu.  Banyak.
Makanya nggak selamanya teori sama dengan prakteknya. Praktek itu bukan cuma skill tapi juga perlu pengalaman dan keteguhan hati yang sungguh - sungguh. Mencari cara terbaik buat menangani masalah pasien dengan keadaan dan peralatan yang kondisional.  Nggak mungkin kita menggunakan apa yang kita lakukan di lab klinis ketika berada d lahan praktik.  Peralatannya pastinya terbatas.  Tapi bagaimana kita tetap harus bisa menangani pasien tanpa melupakan prinsip aman pasien dan aman perawat. Oleh karena itu perawat haruslah bisa jadi kreatif dan berfikir dengan kepala dingin dalam situasi apapun. Karena perawat bisa menjadi barisan terdepan yang berhadapan langsung dengan pasien. Teori itu penting,  tanpa teori kita takkan bisa mengerti tindakan apa yang seharusnya dilakukan,  tapi teori itu harusnya di pahami dan diresapi lalu dipraktekkan bukan hanya sekedar di hafalkan untuk mendapat nilai terbaik ketika ujian saja.

Catatan Mahasiswa Calon PerawatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang