Bab 3

1.6K 62 3
                                    


Sinar lurus matahari pagi mengantup kelopak mata Tristan. Sengat panasnya menusuk bola matanya. Menyiksanya agar bangun terjaga sebab matahari telah mengambang di langit atas. Tristan membuka matanya, mendapati jam di atas meja kecil samping ranjang menunjuk pukul delapan. Memutuskan untuk mengakhiri kemalasannya, Tristan berguling ke sisi ranjang dan beranjak dari kasur.

Tak butuh waktu lama baginya membersihkan badan, kemudian mengenakan seragam militernya. Kemeja berwarna hitam kebiruan dengan epolet perak menyempurnakannya. Tiga lencana tersampir di dadanya. Tristan mengulurkan tangan meraih topi hitamnya, meninggalkan sarung tangannya di atas meja.

Sudah sebulan sejak ia memimpin Pasukan Pemberantas Reyes dan tiada perkembangan yang berarti. Tiap harinya ia melatih para kopral-kopral muda dalam pelatihan kebugaran dan ketahanan tubuh. Ketepatan serta ketangkasan. Mempersiapkan diri demi memberantas Gerakan Perjuangan Reyes. Setelah tiga puluh dua hari berlalu kelompok pemberontak itu tak mengusung rusuh.

Kendati demikian, Tristan tak secuil pun menurunkan pengawasannya. Menurut informasi, Gerakan Perjuangan Reyes dipimpin oleh kerabat dekat Alec of Reyes, Cain Abernathy. Dan setelah mengenal keluarga Reyes sepanjang hidupnya, Tristan tahu mereka perhitungan, penuh pengendalian, dan tenang. Mereka tahu waktu yang tepat untuk maju maupun mundur. Mereka tak menolerir perbuatan serampangan. Jadi, satu bulan tanpa kabar bukanlah berita baik bagi Tristan. Sebaliknya, itu merupakan berita buruk.

Tristan menyusuri lorong rumahnya. Menyusuri dinding polosnya yang merupakan hasil kerja kerasnya. Sejak perang saudara lima tahun lalu, meski luntang-lantung dalam kehidupan tak memiliki tempat tinggal, Tristan meneguhkan tekad untuk membeli dan membayar sendiri sebuah rumah. Ia tak nyaman tinggal bersama prajurit lain di kompleks perumahan tentara, mengingat kejengkelan mereka terhadap Tristan. Jadi, ia dapatkan rumah ini, lunas dibayar uang dari Organisasi Dunia. Sebuah rumah agak mewah, jauh dari kediaman keluarga Schiffer.

Kediaman keluarga Schiffer hanya mendatangkannya berbagai kenangan buruk. Dengan statusnya sebagai anak haram, Tristan tak disambut hangat di antara keluarganya sendiri. Lady Schiffer, istri sah ayahnya, mengusirnya dari rumah di usianya yang kesepuluh tahun. Berbagai hal berlangsung menyedihkan selama tahun-tahun itu.

Meski Lady Schiffer telah merenggut masa kanak-kanaknya, memaksanya dilatih menjadi seorang tentara di usia dini, Thalia adalah cahayanya di palung gelap. Itu adalah sebab utama mengapa ia mencintai Thalia. Mengapa ia ingin melindungi wanita jelita itu segenap jiwanya. Mengapa ia begitu putus asa saat Thalia diketahui menghilang. Mengapa ia meminta tentara lain menyelidiki mengenai wanita itu. Hidupnya sudah dipastikan akan perlahan runtuh apabila suatu hal pun terjadi pada Thalia.

Sebelum sempat menyelesaikan langkahnya menuruni tangga, sebuah suara berat mengaburkan lamunannya. "Schiffer," sapa Gideon. Tristan tidak terkejut mendapati pria itu duduk tenang di atas sofa. Tiap kali Gideon sedang bertugas di kota Gemma, selalu dipastikan pria itu akan menginap di rumahnya. Namun, kali ini berbeda. Desas-desus mengenai kesehatan Lord Sinclair (ayah angkatnya) tersebar bagai bisa ular. Tristan menebak hal tersebutlah sebab pria itu berada di sekitar sini.

"Gideon. Bagaimana kabar Lord Sinclair?" Tristan mengambil duduk di seberang Gideon.

Gideon Sinclair (sebelumnya, Reyes) merupakan adik kandung Alec Zachary of Reyes. Setelah hidup bersama selama setahun lebih di tempat pengungsian, mereka menjalin hubungan yang kurang lebih bisa disebut 'teman'. Pada mulanya Tristan kesulitan memulai komunikasi dengan pria bermata biru itu. Gideon adalah pribadi yang tertutup—Tristan tak heran, sungguh. Dengan masa lalunya yang mengerikan, sikapnya itu sah-sah saja. Tetapi, belakangan Tristan mengetahui bahwa Gideon lahir dengan sifat acuh tak acuh itu.

RAPTURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang