Genggaman Tristan erat pada senapan berlaras panjangnya. Operasi pengepungan berjalan sempurna. Pengepungan ini ialah keberhasilan besar yang dicapainya setelah setahun menjadi komandan Pasukan Pemberantas Reyes. Peristiwa siang tadi memang memalukan dan Tristan sebagai komandan menanggung seluruh cemoohan yang dilontarkan rakyat.
Apa yang telah Anastasia Stokes lakukan, harus Tristan akui, sangatlah cermat. Wanita itu membangun sebuah ketakutan tersendiri dalam diri rakyat Reibeart sehingga rasa percaya rakyat pada pemerintah menciut. Sebuah taktik perlahan meruntuhkan pemerintahan dengan memprovokasi rakyatnya. Sebuah taktik begitu pintar yang tak pelak lagi muncul dari benak brilian wanita pirang itu.
Kendati demikian, mustahil Tristan membiarkan dirinya larut dalam permainan Anastasia terlampau lama. Ia segera mengerahkan pasukannya mengamankan daerah di sekitar Gemma. Seluruhnya. Desa kecil, rawa-rawa, hutan—apapun itu. Senja datang membayang langit dengan Dornan berwajah kusam serta hitam membawa informasi yang pasukannya peroleh.
Mereka berhasil menemukan markas GPR jauh di dalam Hutan York. Dari laporan mereka, markas GPR luas dan berpenghuni banyak sehingga diperlukan seluruh Pasukan Pemberantas Reyes untuk mengepung markas tersebut. Mengingat selama ini Tristan tak pernah berhasil menemukan markas GPR, ia tidak membuang waktu dengan percuma. Penuh efisiensi juga tekad, ia kemudian mengumpulkan seluruh pasukan di Pusat Komando.
"Persiapkan diri kalian," umum Tristan, "tengah malam kita akan mengepung markas GPR."
Mereka mengendap dalam hutan. Membunuh seluruh penjaga keliling sehingga kedatangan mereka tak diperingatkan. Kemudian, membagi pasukan menjadi dua; satu mengepung markas dan membunuh siapapun yang memaksa keluar, sedangkan yang lainnya menggeledah markas, menangkap para pemberontak. Tristan mempercayai Dornan untuk mengetuai pasukan pengepung, sementara Tristan mengawasi tentaranya menggeledah markas.
Para tetinggi GPR mereka bekuk, mengikat tangan mereka dengan borgol. Sedangkan anggota pemberontak yang lain diseret paksa ke tengah wilayah markas mereka di mana sebuah lapang hijau terbentang. Sorot kejam Tristan menyapu mereka satu per satu. Wajah-wajah geram penuh amarah serta benci. Muka sedih dan pasrah dan penyesalan. Segala emosi bercampur satu.
Tristan menyunggingkan senyum miringnya kala Cain Abernathy diseret paksa, borgol pada pergelangan tangannya dan moncong pistol di atas pelipisnya. Pria itu melototinya dengan keji. Suaranya mendesis di antara geligi, "Schiffer."
"Abernathy." Tristan sedikit membungkuk.
Alih-alih merasa terhormat, Cain justru terhina dengan bungkukannya dan meraung-raung. "Jangan kau pikir Reyes selesai sampai di sini saja. Tunggu hingga kami mencincang sang putri dan kukirim lidahnya padamu, Schiffer."
Thalia, sadar Tristan. Rahangnya mengeras, giginya gemertak, kepalan tangannya mengeras dan ia mampu merasakan senapannya berbunyi nyaris patah. Di dalam benaknya berkelebat begitu banyak pikiran. Suara-suara yang menghantuinya. Cain Abernathy memiliki informasi mengenai Thalia dan GPR berniat membunuh putri itu.
Wanita yang pernah dicintainya.
Langkah Tristan mengambil alih pikirannya dengan buas maju. Wajahnya menggelap, sekujur tubuhnya meraungkan Zahl merah sepekat darah. Ia dikuasai oleh marah, oleh murka, tidak terkendali. Ia melangkah bagai badai besar pada musim panas. Mengamuk dahsyat. Salah satu tangannya menarik kerah Cain. Bagi pria sebesar Tristan—dengan amarahnya—tidak mustahil mengangkat Cain dari tanah, membawa kakinya mengayun-ayun di udara.
"Di mana dia?"
Cain meludahi wajahnya. "Pergi saja ke neraka."
Mata Tristan menyipit. "Oh, aku sudah sering mengunjunginya." Tristan mendorong jatuh Cain ke tanah. Belum sempat pria itu mengutarakan apapun, jemari Tristan menarik pelatuk ke arahnya. Bunyi letusan bergema ke sepenjuru hutan begitu peluru bersarang pada otak Cain, menghentikan nyawanya seketika.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAPTURE
Romance[CONTAIN MATURE CONTENTS] [18+] [Sequel dari Ugly Royale] REYES BELUM MENYERAH. Sebagai Ketua Pasukan Pemberantas Reyes, Mayor Jenderal Tristan Schiffer tahu harga dirinya dipertaruhkan di garis depan pemberantasan organisasi pemberontakan baru. Nam...