!lima

2K 256 13
                                    

"Luhan, kamu tahu? agar tidak diinjak-injak dan direndahkan oleh orang, kamu harus kuat." Victoria menempelkan plester di kening adiknya yang mengeluarkan sedikit darah.

"Dengan begitu, tidak akan ada satupun orang yang berani merendahkan dirimu.Sedikitpun.Maka, jadilah kuat.Bukan untuk orang lain, tapi untuk kamu.Jadilah kuat untuk dirimu sendiri,"

Sementara yang dinasehati hanya bisa mengangguk pelan, membuat rambut kucir kudanya mengayun lucu.Sambil terus sesenggukan, Luhan mencerna setiap omongan Kakaknya itu.

"Lulu... tidak bisa kuat tanpa Eonni hiks..."

"Jangan jadi orang yang selalu berlindung di balik orang lain.Kekuatanmu berasal hanya dari dirimu sendiri, bukan dari aku sekalipun."

"Jadilah kuat, Luhan... setelah itu kau akan baik-baik saja..." Victoria mengusap sayang kepala adiknya, lalu tangannya berhenti di kepala bagian belakang Luhan.

Tangan Victoria meraih rambut cokelat Luhan, kemudian menariknya kencang sampai adiknya menjerit kesakitan.Kekuatan Luhan yang baru masuk sekolah dasar, tentu saja kalah dengan kekuatan Victoria yang telah menjadi siswi SMA.

Victoria tersenyum miring,

"....Dengan begitu, aku tak perlu susah-susah lagi mengurus anak tidak berguna seperti kamu..."

"Ti..Tidaaakkk!!" pekik Luhan.

Luhan mengerjap beberapa kali, nafasnya tersenggal dan keringat dingin mengalir dari dahinya.

Luhan menghembuskan nafas lega.Semuanya cuma mimpi.

Yang pertama Luhan lihat adalah langit-langit kamar berwarna putih.

Kepalanya terasa pening, kemudian adalah nyeri yang terasa di bahu kanannya.Luhan melihat bahunya dibalut perban putih.

Hanya satu pertanyaan yang ada di benaknya, dimana ini ? Hidung Luhan mencium bau obat khas rumah sakit.Di sekelilingnya ada tirai hijau yang tertutup.

Saat Luhan baru saja ingin beranjak dari tempat tidur, seseorang yang ia kenal menyibak tirai ruangan itu.

Itu Minho.

"Luhan? Kamu sudah sadar?" Minho buru-buru menghampiri tempat tidur Luhan. "Jangan duduk dulu... tiduran saja. Iya... seperti itu," Minho menuntun Luhan agar kembali di posisi berbaring.Sebenarnya Luhan ingin bangun dari tempat tidur ini, tapi ya sudahlah, tubuhnya juga terasa sangat lemas.

"Ini dimana?"  tanya Luhan.

"Rumah sakit Umum di dekat Panti.Tadi Kyungsoo buru-buru menyetir ke sini."

"Oh..."

Hening diantara mereka berlangsung cukup lama, karena Luhan yang tidak tahu ingin bicara apa lagi dan Minho yang canggung luar biasa.

"Oya, mana Sehun? Dia baik-baik saja?" Luhan tiba-tiba teringat Sehun, seketika gadis itu dirundung cemas. Sehun itu tadi sedang kalut, sampai membuat Luhan harus ke Rumah Sakit begini.Luhan khawatir dengan keadaan pasiennya itu.Setelah mengamuk biasanya Sehun akan jadi lemas dan linglung.

Minho terdiam.

"...Minho?" Luhan memiringkan kepalanya, berusaha menyadarkan Minho dari lamunannya. "Kenapa diam?"

"Kenapa...kau malah menanyakan dia?"

Luhan termangu.Ia melihat kekecewaan dari sorot mata Minho.Gesture tubuhnya juga menunjukkan hal itu.Hei, Luhan ahli dalam hal psikologi, jadi tak usah meragukan dia.

"Eh?" otak Luhan tidak bisa menemukan jawaban yang pas untuk mulutnya keluarkan.Situasi macam apa ini?! Luhan juga bingung ingin mengartikan ucapan Minho tadi, ia tak ingin dibilang terlalu percaya diri...

freak [HunHan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang