Rhea tertunduk di depanku. Dia sahabatku. Tidak, bukan. Dulu ia pernah jadi sahabatku. Tapi sekarang ia hanya orang asing. Ia diam. Akupun diam. Tapi masih kuingat kalimat terakhirnya tadi.“Maafkan aku Karin. Aku benar-benar minta maaf. Aku tahu kau membenciku. Aku tidak tahu bagaimana harus menebus kesalahanku,” katanya tadi, bergelimang air mata.
Aku mematung. Sesungguhnya ingin aku menampar wajahnya bolak-balik. Gara-gara dia, aku kehilangan adik semata wayangku, Ryu.
Aku tahu Ryu diam-diam menyukai Rhea. Namun Ryu bertepuk sebelah tangan. Rhea pacaran dengan lelaki lain. Lalu hamil. Lalu laki-laki itu menolak bertanggung jawab.
Rhea depresi. Ingin bunuh diri. Rhea berlari ke arah mobil yang sedang melaju kencang. Namun Ryu mengejar dan mendorongnya. Rhea selamat. Ryu tidak. Janin Rhea gugur. Ryu pergi tak kembali. Kejadiannya mirip adegan sinetron. Hanya saja yang ini nyata.
Setelah kejadian itu aku tak mengira Rhea masih berani menghubungiku. Setelah puluhan telepon dan pesan darinya kuabaikan, kami sepakat bertemu. Tempat pertemuan di apartemennya. Itu atas saranku, agar kami leluasa bicara secara pribadi. Itu benar. Tapi aku punya tujuan lain.
“Aku sudah memaafkanmu,” kataku.
Rhea mendongak terkejut.
Aku mengangguk, tersenyum tipis. Padahal dadaku sesak menahan rasa dendam.
Rhea tersenyum haru. “Syukurlah…” bisiknya lega. “Aku tidak tahu bagaimana harus menebus kesalahanku. Aku sangat lega kau memaafkan aku.” Matanya berkaca-kaca.
Aku mengulurkan tangan, meraih cangkir teh di depanku. Rhea pun sama. Kuhabiskan minumanku. Kami meletakkan cangkir-cangkir itu berbarengan. Rhea kembali tersenyum. Aku diam menunggu. Detik-detik berlalu. Kulihat Rhea tampak sangat mengantuk.
“Aku… Terima kasih… Karin…” Rhea benar-benar tertidur di sofanya.
Aku bergerak cepat. Membawa cangkir-cangkir itu ke dapur dan mencucinya. Kupastikan tidak ada sidik jariku tertinggal di manapun. Sebelum pulang, kuambil pisau cutter dari tas tanganku. Ini saatnya. Sebuah goresan panjang dan dalam di pergelangan tangan Rhea mengakhiri segalanya. Jika tadi Rhea bertanya bagaimana menebus kesalahannya, kini ia tahu caranya.