CHAPTER 3

1.4K 49 0
                                    

Tidak terasa sudah 1 bulan aku menjadi siswi SMA. Juga aku sudah sangat dekat dengan Widi. Dia sudah ku anggap sebagai kakakku. Mirip sekali sikapnya dengan kak Fatimah. Dia selalu menasihatiku.

Hari Sabtu aku libur, karena sekolah hanya 5 hari. Full day school sebutannya. Berangkat pagi pulang sore bahkan ada hari tertentu yang membuatku pulang sangat sore.

Aku sedang menonton tv setelah menyapu dan mengepel. Pekerjaan yang mudah untuk kulakukan.

"Kak, anterin Fathir dong. Ibu lagi pusing nih." Ibu muncul bersama Fathir yang sudah rapi ingin berangkat sekolah. Sd belum full day school jadi hari ini adikku masih sekolah.

"Aku ganti baju dulu." Ucapku sambil menuju ke kamar.

"Jangan lama-lama kak udah jam 06.45." Fathir teriak dari ruang tv.

"Iya bawel." Teriakku juga. Dia telah mengganggu acara mager-mageran dihari sabtu.

"Ayo cepet nanti angkotnya ga ada." Aku menarik lengan adikku.

"Naik motor aja kak biar lebih cepet."

"Aduh Bu. Aku ga berani ah. Jam segini juga udah rame." Kilahku, tapi memang sejujurnya aku belum berani mengendarai motor ke jalan raya. Hanya berani di jalan-jalan kampung dan jalan yang sepi kendaraan.

Aku sudah di angkot bersama adikku. Dia terus terusan mengejekku karena tidak berani naik motor. Andai saja ini dirumah. Ingin sekali aku membekap mulutnya. Untungnya sekarang sedang berada di angkot, banyak orang.

"Jangan pulang sendirian ya. Minta anter Mang Diman (ojek langganan) aja." Ucapku. Yang diajak bicara malah nyelonong pergi tanpa pamit. "Adik nyebelin," batinku.

Sebelum kembali kerumah, aku melihat sudah banyak pedagang. Akupun membeli beberapa jajanan disana. Dan kembali menaiki angkot untuk pulang.

Drt drt...
Widi :
Kamu lagi ngapain? Sibuk engga? Kalo engga temenin aku ya mau cari buku di mall. Oke oke? Aku otw kerumahmu.

Baru saja aku sampai dirumah. Sudah mendapat paksaan dari makhluk lain.

To Widi :
Trsrh !!!

Widi :
Santai bos. Bentar lagi nyampe nih.

Aku menunggunya di teras depan sambil menikmati jajanan yang kubeli tadi.

Widi pun tiba, ia mengenakan gamis berwarna maroon, juga hijab abu abu. Dia sangat cantik. Tak lupa, ia mengucapkan salam dan bersalaman dengan Ibuku.

"Mau ke pengajian buk?" Tanyaku saat menyadari dia memakai ciput dan juga kaos kaki. Dia sangat tertutup sekali seperti ibu ibu pengajian. Sedangkan aku, walaupun berkerudung aku tidak pernah memakai ciput maupun kaos kaki. Menurutku ribet juga gerah.

"Iya nih ayo nanti telat." Dijawab gurauan olehnya.

"Ra mau kemana?" Tanya Ibu saat aku berpamitan.

"Mau ke mall ,Bu. Nemenin si Widi belanja buku."

"Oh yaudah hati-hati ya." Pesan Ibu, yang dijawab anggukan olehku dan Widi.

***

"Mau ke gramedia atau liat-liat dulu?" Tanyaku saat kami tiba di mall.

"Ke gramedia aja dulu. Supaya jatah bukunya ga kekurangan. Nanti takutnya lagi liat liat terus ada barang yang aku suka. Terus aku beli tanpa pikir panjang kan bahaya." Jawabnya sambil berjalan menuju gramedia di lantai 2. Aku mengikutinya.

Setibanya di gramedia, Widi langsung beringsut ke rak buku yang ia tuju. Aku melihatnya. Dia berada di rak buku pertama. Cover bukunya dari kejauhan sangat cantik. Karena berwarna pink, hehe.

"Buku apa nih Wid?" Aku membaca bagian sinopsisnya.

"Ini buku tentang hijrah gitu. Tentang hijab syar'i. Di dalamnya ada pengalaman beberapa muslimah yang berhijrah dengan menggunakan hijab syar'i." Widi menjelaskan, dan aku mengangguk angguk paham.

"Kamu baca deh ra. Biar makin istiqomah make hijabnya. Biar tau aturan nya." Ucap Widi sembari memilih buku yang lain.

"Oke aku baca. Tapi setelah kamu."

"Maksudnya?"

"Aku minjem buku yang kamu beli. Habisnya aku ga bawa duit banyak. Dan sepertinya kalo aku bawa duit banyak, lebih baik aku gunain buat beli novel. Romantis bingitz." Ucapku dengan sedikit alay, dan dibalas dengan pukulan buku yang mengenai bahuku.

"Alay banget dah. Btw, ada loh buku religi yang romantis dan tentunya dengan pasangan halal. Di wattpad juga ada kok, makannya jangan baca yang oppa oppa mulu. Cari yang lain juga biar nambah koleksi."

"Iya juga ya. Yaudah deh thanks sarannya."

Setelah selesai memilih buku dan membayarnya dikasir. Aku langsung mengajak Widi untuk membeli makanan. Awalnya Widi sempat mengomel. Karena tadi ia melihatku sudah makan. Sepertinya dia tidak menyadari bahwa aku orangnya sangat mudah lapar. Walaupun porsi makan ku sedikit, tetapi sering.

Aku memilih membeli chunkee chick. Camilan yang aku suka. Antrian nya biasanya sangat panjang. Tetapi ini tidak terlalu panjang. Aku memesan 4. Buat aku, Ibu, Fathir, dan Widi.

Aku menunggu pesananku sambil jalan-jalan. Melihat orang berlalu lalang. Melihat barang-barang. Juga tak sengaja mataku melihat seseorang. Ya aku melihatnya.

Aku melihatnya berjalan mendekat ke arahku. Awalnya aku kira dia tidak menyadariku. Tetapi rupanya aku salah.

"Hai." Dia menyapaku.

"H-hai kak." Jawabku kikuk. Widi menjawabnya dengan senyuman ramah.

"Kamu orang yang waktu itu di kantin? Ngizinin aku duduk ditempatmu itu loh."

"Oh i-iya kak. Ada apa?" Tanyaku bingung. Widi hanya diam karena dia tidak tau apa-apa.

"Kenalin, saya Farhan Putra Setiawan. Waktu itu aku belum sempat memperkenalkan diri. Namamu siapa?"

"Nama aku Zahra, dan temanku Widi." Ucapku memperkenalkan diri juga Widi. Sebenarnya aku ingin teriak, "pangeran ku". Tapi urung ku lakukan. Karena aku bisa saja di cap sebagai orang gila. Dan sepertinya ritme jantungku yang menggila.

"Oh iya kak, aku ada urusan. Permisi." Ucapku bohong. Aku tidak mau jantungku menjadi gila. Jadi aku putuskan untuk pergi. Dan sekali lagi Widi hanya diam.


Sepertinya, Widi banyak diam. Aku tidak tau apa penyebabnya. Dan sepertinya aku mengabaikan hal itu.

***

A/n : hai hai. Gimana nih part ini? Masih awal awal si. Saya juga masi bingung. Masi noob bingitz  😂.

Saya mau ucapin banyak terimakasih karena kalian sudah membaca cerita saya. Juga buat kalian yang telah memvote cerita saya.

Doain supaya saya bisa lancar dengan imajinasi saya biar bisa lanjut terus sampe the end, hehe.

My ig : @quannazzhr

CALON IMAM?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang