CHAPTER 8

1K 32 1
                                    

Di kantin sekolah.
"Wid, kamu sadar gak sih? Beberapa hari ini sikapmu berbeda. Kalau aku punya salah, kasih tau aja apa salahnya. Biar aku perbaiki, karena aku gatau apa salahku kekamu." Ucapku pada Widi. Tapi Widi masih asik dengan makanannya.

"Uhm. Ra maafin ya, aku ini egois banget. Kamu ga salah ko."

"Terus kenapa kamu kemarin-kemarim beda?"

"Aku harus cerita banget nih?"

"Wajib !"

Widi mengajakku berbicara di taman sekolah, karena disana lebih sepi daripada kantin.

"Jadi gini Ra, sebenernya aku ga suka liat kamu deket sama Kak Farhan. Soalnya.." Widi menggantungkan jawabannya, membuatku penasaran.

"Apa? Cerita aja"

"Soalnya, dulu aku pernah satu SMP bareng Kak Farhan. Aku pernah deket sama dia. Bisa dibilang aku mantan dia. Masih ga bisa move on juga. Jadinya pas liat dia ngedeketin kamu, aku agak gimana gitu. Maaf ya."

"Oalah, kamu gak pernah bilang. Aku gak tau, maaf juga ya. Tapi bener deh aku sama Kak Farhan ga ada apa-apa."

"Iya, yaudah yuk ke kelas. Maaf-maafan mulu dikata lebaran, haha."

Aku dan Widi pun menuju ke kelas.

"Zahra."
Ada yang memanggilku, aku menoleh.

"Iya Kak ada apa?" Ternyata itu Kak Farhan. Aku melirik ke arah Widi, wajahnya sudah masam. Yaampun, baru saja maaf-maafan sekarang masalah baru datang.

"Nanti, pulang sekolah kakak tunggu kamu ya. Kamu ada kumpulan kan?"

"Eh? Ehm. Gak usah kak, saya pulang bareng Widi tadi udah janji soalnya."

Ku lihat Kak Farhan melihat Widi. Kurasa atmosfer di sekitarku berubah. "Duh apa aku salah bicara?" Batinku.

"Yaudah." Ucap Kak Farhan lalu pergi.

Widi menepuk bahuku, "Jadi sungkan ya?"

Aku menggeleng cepat "Yuk cepat ke kelas".

***

Ternyata hari ini Widi dijemput ayahnya. Jadilah aku pulang sendirian. Untung masih ada angkot.

From Ibu :
Kak ada simana? Belum pulang?

To Ibu :
Di angkot Bu.

Akhirnya, aku sampai dirumah. Rasanya lelah, ingin langsung tidur. Tapi apa daya tugas menumpuk. Ditambah besok ada ulangan kimia.

"Kak mandi dulu sana, terus makan." Ucap Ibu. Aku pun menuruti.

Setelah itu, aku mulai belajar dan mengerjakan PR. Tapi konsentrasiku sedikit terganggu. Karena adanya kenyataan :
1. Aku mulai merasa nyaman sama Kak Farhan
2. Tapi aku ga enak hati sama Widi
3. Aku bingung

Arghhhh, rasanya membingungkan. Apakah begini rasanya menjadi anak remaja? Merepotkan.

Aku mulai bosan karena memikirkan hal yang tidak penting. Jadi, aku mengambil HP dan membuka FB. Disana ada postingan Widi yang membagikan postingan dari pengguna Farel. Jiwa stalkerku mulai muncul. Aku mengklik nya dan melihat postingan-postingannya.

Satu persatu kulihat, banyak tentang kajian-kajian islam. Dari mulai tentang pacaran, zina, aurat, pergaulan, ucapan, rindu Nabi Muhammad. Dituang dalam bentuk video, artikel, quotes.

Tanpa sadar aku tertampar sendiri melihatnya. Aku Muslimah tapi belum menjadi Muslimah yang sesungguhnya. Belum bisa menjaga aurat, mengarahkan pada zina, jauh dari sentuhan Solawat Nabi Muhammad, dll.

Ternyata Allah memberiku hidayah lewat ini. Karena keesokan harinya, aku mulai ingin lebih dekat dengan Allah dan Nabi Muhammad.

***

Biasanya, Widi mengajakku solat Duha tapi aku selalu menolak. Tapi entah kenapa hari ini, aku mengajak Widi duluan.

"Alhamdulillah. Yuk."

Setelah selesai solat. Aku mengajak Widi ke taman.

"Wid, aku boleh tanya?" Tanyaku hati-hati.

"Boleh."

"Apa kamu udah gak sama Kak Farhan karena kamu liat video dari Abi Farel? Karena aku seperti tertampar tau melihat video-video itu. Bikin aku sadar, bahwa kita hidup di dunia bukan untuk perkara kesenangan aja."

"Uhm, salah satunya sih itu. Eh tapi pas SMP aku belum kenal kak Farel atuh Ra. Awalnya tuh aku diajak sama temenku ke kajian di salah satu majelis, namanya Afifah, dia anak sini juga loh, anak Rohis juga."

"Oh gitu ya. Enak ya kamu ada temen hijrah."

"Aku masih belum hijrah, imanku masih segini aja. Kamu mau ikut bareng? Tiap minggu jam 7 pagi."

"Boleh, ajak aku ya. Kenalin juga sama yang namanya Afifah."

"Beres bos."

Ah, rasanya aku senang. Lebih tenang. Dan aku berpikir, kenapa aku baru sadar sekarang? Daridulu aku kemana saja?

Qodarullah. Semua sudah di atur Allah. Ini juga karena aku tidak mengejar hidayah, aku malah menunggu hidayah. Tapi tak ada kata terlambat untuk menjadi orang baik.

CALON IMAM?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang