CHAPTER 15

799 23 0
                                    

Sudah 2 tahun aku disini, di Bandung. Menjalani kehidupan perkuliahan, terkadang ikut kajian, baca novel. Yah meskipun sudah 2 tahun, belum juga kutemukan jodoh ku,huhu sedih.

Ibu kemarin mengantarku ke Bandung, sekalian liburan bersama adikku. Yah, meskipun 3 hari, lumayanlah bisa berlibur bersama meskipun ayah sibuk kerja.

"Ra, kaka boleh cerita?" Tanyanya.

"Hmm , cerita aja." Aku melahap lagi cemilan yang tadi sempat tertunda.

"Jadi gini, kemaren ada orang yang.." kalimatnya menggantung, duh kenapa si kak kania kaya orang bingung aja.

"Kenapa ?" Aku sudah tak sabar penasaran.

"Ada orang yang ngajak kakak ta'arufan. Gimana ya, kakak masih mau kuliah. Mamah papah juga belum kasih izin buat aku nikah muda."

"Terus kenapa?"

"Ya kakak bingung."

"Gini loh kak, nikah itu ga mandang tua muda. Kalau kedua belah pihak sudah siap, yaudah mau gimana lagi. Daripada nanti nimbulin syahwat."

"Iya sih."

"Lagian sambil kuliah juga gapapa ko kak. Asal niat mah lancar."

"Mamah papah gimana."

"Ya kakak coba buat jelasin pelan-pelan semoga ngerti."

"Yaudah Ra makasi ya."

Kak Kania langsung menuju kamarnya, mungkin ingin berdiskusi dengan mamah papahnya. Yah, mungkin saja sebentar lagi aku akan menjadi jomblo bertahan disini.

Tanpa sadar aku berucap "ayodong jodoh aku cepet dateng."

Daripada berangan sendirian, kuputuskan saja pergi ke kamar. Menikmati novel yang tadi sempat diabaikan. Untungnya tugas kuliah ku sudah dikerjakan. Jadi ada waktu luang.

"Ra..." kak Kania mengagetkanku.

"Ya allah kak, bikin kaget tau. Ada apa?" Aku mengelus dada yang seidkit mencelos.

"Mamah papah belum kasih izin, tapi dia mau kesini dan nyuruh buat dia dan keluarganya menghadap."

"Alhamdulillah. Bagus lah kak, sedikit melangkah."

"Iya Ra, tapi kakak deg degan."

"Ih kakak lebay deh , haha. Terus kaka gimana sama dia? Sreg juga?"

"Yah gitu deh, gimana engga coba. Dia sholeh banget. Kaka juga udah kenal sikap dia. Insha allah."

Aku terdiam, sepertinya ada bayangan wajah yang disebutkan ciri-cirinya oleh kak Kania. Tapi aku tak boleh suudzon. Mungkin dia adalah orang yang berbeda. Kuharap begitu.

"Kapan pertemuannya kak? 2 hari lagi, udah aku hubungi dia juga."

Aku mengangguk paham.

***

Hari itu pun tiba, mamah dan papah dari Kak Kania sudah ada di sini. Sudah rapih dengan pakaiannya. Kak kania pun sama. Mengenakan gamis soft pink dan jilbab senada yang menambah kecantikan dan keanggunannya. Aku merasa iri dengannya.

Karena aku tak berdandan, aku merasa paling kucel disini. Tapi tenang saja, aku tak menampakkan wujudku ditengah2 acara nanti. Aku hanya menunggu keputusan baiknya dikamar.

"Assalamualaikum." Suara orang datang, yang aku yakin adalah pihak dia dan keluarga.

Terjadi salam pembuka, dan perbincangan ringan disana. Lalu tibalah saatnya untuk membahas tujuan awal mereka datang.

Kusiapkan kupingku lekat. Ada suara khas pria yang aku kenal. Seperti nya aku sangat mengenalnya.

Ku cari2 siapa sosok itu dalam pikiranku. Ku terka terka perlahan. Dan

"Masa iya?" Batinku

Semakin aku penasaran, semakin aku ingin melihat. Ku beranikan diri saja mengintip dari balik tembok.

Sungguh, hatiku mencelos. Jatuh jauh kedalam dasar. Apa kah ini nyata? Kenapa sesakit ini? Apakah aku juga cinta? Kenapa aku menjadi sebodoh ini?

Banyak pertanyaan yang bergelimpungan di pikiranku.

Tak sanggup ku menetap, ku lari saja ke kamar. Ku tutup rapat dan kukunci pintunya. Menangis tanpa terisak, sampai rasanya ingin tersedak.

Harus kutampakkan ekspresi apa nanti di depan Kak Kania dan dia? Entahlah pikiran dan hatiku kacau.

CALON IMAM?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang