CHAPTER 10

893 26 0
                                    

Kemarin, aku diantar pulang oleh Kak Farhan. Tapi tak ada perbincangan diantara kami. Entahlah.

Kak Farhan juga sudah tak mengirimiku pesan. Antara senang dan sedih. Kalian pasti paham bukan bagaimana rasanya menjadi remaja? Ya merepotkan. Hati dan otak tidak bisa bekerja sama.

Tapi ya sudahlah. Mungkin memang seperti ini jalannya. Ikhlas tak ikhlas, harus bisa ikhlas.

Widi juga sudah tak menanyaiku tentang Kak Farhan. Aku, Widi, dan Afifah sekarang sudah menjadi sahabat dekat. Selalu bertukar pikiran tentang ilmu yang baru didapat, atau ada sesuatu yang masih membingungkan.

Tak hanya tentang hijrah, kami juga membahas pelajaran jika ada yang di mengerti. Selalu mendukung satu sama lain. Akupun baru mengetahui kalau mereka berdua mempunyai jiwa sastra yang kuat. Kukira hanya maniak novel saja, ternyata pandai merangkai kata juga.

Jika kalian bertanya apakah aku beruntung bertemu Widi dan Afifah? Jawabannya bukan iya, melainkan sangat.

Kalau urusan Kak Farhan, entahlah. Ada keinginanku untuk melupakan, tapi ada setitik yang tersisa. Kalian tahu? Aku tak pernah merasa nyaman dengan teman cowo, tapi dengan Kak Farhan... ya begitulah.

Ibuku juga melarangku untuk pacaran, dan aku tak menginginkan pacaran. Karna buatku itu membuang waktu saja. Memang pada awalnya saling menyayangi, tapi kalau sudah putus? Menyapa pun enggan, melihatpun tak sudi.

Lebih merepotkan bukan?

Kini aku lebih memilih fokus pada apa yang aku jalani tanpa melibatkan perasaan. Karena aku takut akan tak konsisten. Aku juga tak ingin menjadi buta dan tuli karena cinta. Karena umurku belum siap mencintai dan dicintai.

Menunggu waktu yang tepat, ada yang halalin gitu, hehe.

Sudahlah, sepertinya kisahku sangat membosankan. Kalau kalian mau , tunggu aku 2 tahun lagi. Tapi menunggu itu menyakitkan. Jadi aku percepat saja sekarang.

Let's go

***
2 tahun kemudian

"Kalian semua dinyatakan lulus..."

"Alhamdulillah"

Prok..prok...prok...

Akhirnya kami lulus dengan hasil yang memuaskan. Bagi yang sudah lulus SNMPTN pastinya sudah lega. Bagi yang belum, harus berkutat lagi pada 1 misi.

"Kamu lanjut kemana nih?" Tanya Afifah.

"Aku insha allah ke UPI, kalau engga dapet ya aku ambil disini aja." Ucapku sedikit berteriak karena suasana nya sangat ramai dengan sorakan kegembiraan.

"Aku ambil kerja dulu." Ucap Widi dengan tak bersemangat.

"Kenapa?" Tanyaku setelah menepi dari tempat ramai.

"Mau bantu keuangan dulu buat kuliah. Soalnya aku ada 2 adik yang satu baru masuk smp, yang satu baru masuk sma. Jadi uangnya harus ekstra."

"Oh gitu, semangat dong Wid jangan patah semangat gitu. Kamu juga punya tugas mulia untuk ngebantu orang tua kamu." Ucap Afifah yang dibalas senyuman oleh Widi.

"Oh iya btw selamat ya Fif udah masuk SNMPTN UNY." Ucapku

"Iya Alhamdulillah, padahal targetku UGM, tapi alhamdulillah di syukuri apa yang ada kan?."

"Iya selamat ya, nanti jangan putus kontak nih. Ceritain kegiatan kalian biar aku juga ngerasain." Ucap Widi bersemangat.

"Siap" ucapku dan Afifah bersamaan.

Setelah itu, aku pulang kerumah dengan perasaan gembira. Ayah dan Ibu pun bertanya kelanjutan ku bagaimana. Jawabanku sama seperti yang aku ucapkan pada Afifah.

"Kamu tetep mau ambil jurusan Bahasa Inggris?" Tanya ibu meyakinkan.

"Iya bu."

"Ga coba ambil akuntansi atau manajemen?" Tanya ayah.

"Aku ga minat."

"Yaudah terserah Kakak, yang penting nanti semangat ngejalaninnya, dan ga putus ditengah jalan." Pesan Ayah yang dibalas oleh ku sebuah anggukan.

Setelah berbincang-bincang dengan ayah dan ibu, aku menuju kamar. Rasanya lebih nyaman jika sendirian.

Entah apa yang sedang aku pikirkan, intinya pikiranku kacau. Kalut dalam ke khawatiran. Tetapi aku tak tahu menghawatirkan apa dan siapa.

Tring..
GRUP BERTIGA

From Afifah :
Assalamualaikum gaes, besok aku harus pergi ke Yogya nih. Soalnya disana ada rumah nenek. Jadi sekalian silaturahmi dan cari kost disana.

From Widi :
Waalaikumussalam. Yah cepet amat. Besok aku juga udah mulai kerja hari pertama.

To Grup Bertiga :
Waalaikumussalam, cepet amat ya. Besok jam berapa ?

From Afifah :
Shubuh berangkat.

To Grup Bertiga :
Yah itusi namanya kaga bisa nganter. Masi bermanja-manja ria sama kasur, haha.

From Widi :
Iyalah mending tidur lagi dah

From Afifah :
Yeh, anak gadis ga boleh dong abis shubuhan tidur lagi.

Setelah puas bercengkrama, aku memilih tidur karena sudah pukul 10 malam. Sebelum tidur aku berharap tentang hal yang akan terjadi nanti. Meskipun hanya sebuah harapan.


CALON IMAM?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang