Yuk Jemput Hidayah

834 28 1
                                    

DATANGNYA hidayah terkadang unik, di luar nalar kita. Ia tidak berproses secara logis, bahkan terkesan instan. Ia bagaikan lailatul qadar yang menurut Buya Hamka, waktunya sebentar tetapi mampu mengubah jalan hidup.

Namun, jika dirunut datangnya hidayah sesungguhnyadiawali proses spiritual (mujahadah) yang panjang. Hidayah ibarat seorang siswa yang memperoleh penghargaan akademik karena kepintarannya. Upacara penghargaan memang berjalan hanya 10 menit. Namun, proses mencapai puncak prestasi tersebut butuh kerja keras untuk waktu yang lama.

Begitu juga hidayah. Untuk mendapatkannya, orang perlu berproses terlebih dahulu. Proses itulah yang akan mendatangkan pahala buatnya, sesuai dengan tingkat kepayahannya (al ujratu ‘alaa qodri al masyaqqah).

Nak cerita sikit tentang bagaimana aku jemput hidayah hihi

Ini adalah keputusan hijrah yang luar biasa untukku karna aku sendiri memang berlatar belakang pendidikan bukan dari sekolah agama.  Bahkan aku gak pernah diajarkan tentang kewajiban berhijab selama duduk di bangku sekolah. Yang ku pahami, menutup aurat hanya wajib ketika sedang shalat (begitu parahnya aku dulu). Mungkin saja keadaan ini diperparah oleh kurang simpatinya penampilan figur Muslimah berjilbab di kampungku. Jilbab diposisikan hanya sekadar tradisi. Pakaian luar itu tidak identik dengan kesucian batin dan keluhuran akhlak pemakainya.

Namun, Alhamdulillah, hidayah itu datang laksana fajar subuh(mitslu falaqish shubh), membuka belenggu hatiku, melapangkan dadaku untuk menerima cahaya kebenaran.Ada harapan baru, motivasi baru, dan cara pandang baru.

Usai berhijrah, aku terus berupaya meningkatkan kualitas amal shalih, sebagaimana cara bersyukurnya Nabi Sulaiman AS:

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

“Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk menger jakan amal Sholeh yang Engkau ridhai, dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang Sholeh.” (QS: An Naml [27] : 19).

Bagaimana hidayah itu datang?

Awalnya aku tinggal tempat ibuku lantaran aku ikut bimbel pulanh sore terus taulah jarak rumahku ke sekolah itu berpuluh puluh km (busetdah jauh bener). Jadi, keluarga ibuku termasuk org yg agamis peduli terhadap hal hal wajib islami karena oomku sendiri pun seorang ustadz . Aku mulai mengikuti gaya hidup mereka walau aku sendiri masih ragu mengikutinya, lalu oomku membantu aku untuk mengenal islam lebih dalam. Awalnya sih males cuma yaa terpaksa ajalah sekedar menghormati. Namun lama kelamaan karna paksaan itu hidayah pun datang. Allah tak henti hentinya baik padaku. Akupun mulai punya rasa malu jika keluar tak mengenakan jilbab. Mulai kuperdalami lagi ilmu agama dari kitab kitab yg diberikan oleh oomku mulai bergerak hati ini bahwa aku sudah jauh berada pada lembah kegelapan.

"Hidayah Allah jangan disia-siakan sebelum Allah menggembok pintu hati kita.” begitula pesan oomku saat kuceritakan bahwa hatiku mulai diberi hidayah.

Sejak saat itu aku bener bener hijrah total dan rajin mengkaji ilmu agama.

Kenikmatan itu adalah ketenangan jiwa, terkontrolnya ucapan, sikap, dan perbuatan, tidak takut menghadapi ancaman dan teror yang dibuat manusia sekaligus penyerahan diri secara total kepada Allah Yang Maha Melindungi, terjaganya kesucian, kemuliaan, dan kehormatan,serta terangakatnya martabat.

Begitulah kira kira yg dapat kuambil dari hidayah tersebut.

Maka dari itu, berlomba lomba lah menjemput hidayah, karna hidayah itu dikejar bukan ditunggu. Yuk dipaksa agar terbiasa😊

Sampai disini dulu ya semoga bermanfaat😉

Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

Kodrat Hati Sang Humaira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang