Chapter 4 - Bye.

29 5 2
                                        

Setelah Charles mengantarkan Stephanie pulang, Stephanie lalu menguatkan hatinya dan masuk ke dalam rumah kakunya.

Hening. Kosong. Hanya suara kakinya yang terdengar. Gemaan suara itu memenuhi kekosongan rumahnya.
Stephanie lalu membuka pintu kamarnya dan mengganti bajunya.

Stephanie lalu membuka tasnya dan mengambil bukunya. Saat ia membuka salah satu bukunya, ia mengambil sebuah kertas yang terselip di sana.

Ia tersenyum. Melihat refleksi dirinya yang digambarkan oleh teman kecil nya. Charles Graham.

Sudah 11 sejak terakhir kali mereka bertemu dan mengukir kenangan. Tapi tiba-tiba air mata Stephanie telah membasahi pipinya.

🥀🥀🥀

Kedua teman itu duduk di bawah pohon. Charles mengamati sekeliling nya dengan jarinya menggambar hasil pengamatannya. Sedangkan Stephanie membaca bukunya dengan memusatkan seluruh perhatiannya kepada lembaran-lembaran kertas tersebut.

Tiba-tiba Stephanie mendongakkan kepalanya saat mendengar suara Charles memanggilnya.

'Honey,'  Panggil Charles.

'Ada apa, Charles?'

'Aku mau nanya sesuatu,'

Kening Stephanie berkerut , ingin tahu apa yang ingin ditanyakan temannya.

'Jika aku pergi dan kita tidak bertemu lagi, apa yang akan Honey lakukan?'

'Kenapa? Apakah kamu mau pergi? Aku— aku akan menangis. Aku tidak mau Charles pergi,'

Charles lalu menghapus air mata Stephanie dengan jempolnya.

'Jangan pergi. Aku tidak punya teman selain Charles. Bagaimana jika ayah jahat lagi?' Stephanie terisak.

'Ayah mu tidak jahat, dia hanya sedih. Kamu juga sedih kan kehilangan mama kamu?'

'Tapi, jika Ayah mukul Stephanie lagi? Hanya Charles yang mau mengobati Stephanie,'

'a-aku--'

'Charles! ayo, kita harus segera ke bandara nanti enggak sempat check-in,' Kalimat Charles terpotong saat mendengar ibunya, Dinda, sedang mencarinya. Ia lalu menatap Stephanie.

'Sepertinya kita harus berpisah, Honey, janganlah bersedih, masih banyak orang yang mencintai mu contohnya aku, ibumu dan bahkan ayahmu. Tolong jangan berpikir kalau Honey itu sendiri. Aku selalu ada bersama mu walaupun kita tidak bertemu,'

Butiran air mata mulai memenuhi mata keduanya. Mereka akan lama terpisah, Stephanie akan merindukan kehadiran teman yang selalu menjadi tempat pelampiasannya, tempat dia bersandar dan tidak perlu memikirkan masalahnya.

Kini dia hanya bisa memandang lambaian dari Charles dan melambai nya balik. Setelah punggung kecilnya itu tidak terlihat lagi, tangis nya langsung pecah. Terisak. Ia telah ditinggalkan oleh orang yang ia sayangi. Lagi.

Stephanie tersadar dari lamunannya saat ia melihat beberapa tetes air mata telah membasahi kertas yang genggamnya. Dengan cepat dia menghapus air matanya dan langsung berlari ke kamar mandi untuk menyuci mukanya.

Setelah itu dia langsung mengambil bukunya dan membaca sampai dia tertidur dengan buku menutupi mukanya.

  🥀🥀🥀  

Hari ini adalah hari Sabtu jadi Stephanie bebas menggunakan HP nya satu harian, setelah ia selesai mengerjakan kisi-kisi ulangan, ia lalu mencek notifikasi dari Instagramnya.

'DM dari stphn_gld, siapa ini?'

stphn_gld :
Ini Stephanie??

ACCEPT | DECLINE

ACCEPT

stphoney :
Em, iya, ini siapa ya?

stphn_gld :
Oh, thx
Lo kenal sama gue kok

stphoney :
Stephenson??
Kamu tahu dari mana ig aku??

stphn_gld :
Sejago apapun lo mafia, gue masih lebih jago ngestalk daripada cewek yg ngestalk mantannya

stphoney :
-_-
Jadi buat apa kamu DM aku??
Aku enggak bakalan bantu rival aku ngerjain soal fisika ya..

stphn_gld :
Eh, bukan kok
Maaf ya mba, saya enggak beli PD yg berlebihan,,

stphoney :
Oh, jadi tuan stalker mau beli apa??
Buat apa ke lapak saya?? :') 

stphn_gld :
Saya mau beli hati kamu, mba.

read, 18.23

  🥀🥀🥀  

Huehue sorry for writeblock ;=w=)7

I freakin got any time to think about this story.

So i ended up reading fanficts XD

Anyways, thank you. 

~ Taegi Trash 💞

Stephanie & StephenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang