Prolog 2.0

54 8 2
                                        

Plaak.

Lagi-lagi tangan besar dan keras itu menampar pipi perempuan itu yang putih, lembut kini menjadi merah dengan dihiasi oleh bekas luka.

"Hiks, hiks, maafkaan aku, pa"

Tangisannya semakin besar dengan posisinya yang sekarang sedang berlutut dan memohon kepada ayahnya yang setengah sadar.

"Diam kamu, anak kurang ajar!"

Plaak.

Apakah rasanya pedih?
Tidak.
Apakah rasanya sakit?
Tidak.
Lalu, mengapa kamu menangis?
Mengapa Stephanie menangis?

🥀🥀🥀

"Stephenson!"

Teriakan wanita paruh baya itu menggema di seluruh rumah yang besar serupa istana tersebut.

"Aku benci Mama dan Papa!"

Teriakan orangtuanya, bujukan orangtuanya, semuanya hanya berlalu begitu saja di telinganya.

"Mama dan Papa jahat!"

"Aku benci kalian!"

Apakah mereka memukulmu?
Tidak.
Apakah mereka memakimu?
Tidak.
Lalu, mengapa kamu membenci?
Mengapa Stephen membenci?

🥀🥀🥀

Stephanie & StephenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang