Part 17

194 24 3
                                    

Hayoung membawa Daniel ke sebuah cafe yang sangat romantis. Banyak pasangan disana menghabiskan waktu bersama. Tapi itu hanya dipikiran Daniel.

Sekarang mereka berada di sebuah restoran kecil dan disuguhi kaki ayam berbumbu merah pedas di depan mereka. Hayoung menatap kaki ayam (ceker) pedas itu dengan nikmat. Sementara Daniel meninggikan sebelah alis matanya. Ia tak habis pikir ternyata gadis yang ia puja mempunyai sisi seperti ini. Kebanyakan para perempuan tidak suka memakan makanan itu.

"Makan lah"

Hayoung menyantap ceker itu dengan nikmat tanpa sarung tangan plastik. Dia memegang ceker dengan tangannya langsung. Hayoung meletakkan satu ceker diatas piring Daniel.

"Kau tidak suka?"

"Aku suka kok. Aku hanya masih tidak percaya kau menyukai makanan ini"

"Aku sangat suka makanan ini. Bahkan semua temanku Chorong unni Bomi unni Eunji unni Naeun unni dan Namjoo unni sangat suka makan disini. Ah kamu juga pernah bertemu mereka sebulan yang lalu di depan gang sempit saat itu..."

Hayoung tiba tiba menghentikan acara makannya. Hayoung teringat perilaku Sehun yang keterlaluan baginya. Apa yang dipikirkan Sehun saat melakukan itu disana tak bisa dimengerti oleh Hayoung.

"Kamu masih memikirkan cowok itu?"
Daniel menatap tepat di mata Hayoung mencari sebuah kejujuran di manik mata Hayoung. Namun gadis itu dengan cepat memalingkan pandangannya.

"Oh? Ah... Tumben ini pedas sekali"
Daniel tersenyum dan menuangkan air di dalam gelas Hayoung. Hayoung segera meminum air itu dengan dalih kepedesan. Namun itu hanya akal akalannya untuk mengalihkan topik. Dan Daniel mengetahuinya.

Dia belum siap untuk berbicara seserius itu. Lain kali, lain kali dia akan berani membicarakan tentang topik sensitif ini.

🍑🍑🍑

"Kamu baik baik saja"

Hayoung menepuk punggung Daniel sesekali mengelusnya. Daniel mengeluarkan semua isi perutnya. Keringat memenuhi wajah Daniel, wajah Daniel terlihat pucat.

"Seharusnya kamu bilang tidak bisa makan pedas! Lihat apa yang kau dapat dengan keberanianmu ini hah?"

Hayoung memukul geram punggung Daniel. Ceker pedas itu memang tidak ada apa apanya bagi Hayoung. Tapi itu rintangan terbesar seorang Kang Daniel. Toleransi Daniel terhadap rasa pedas sangatlah rendah. Pertama dia akan berkeringat disusul batuk batuk lalu tahap akhirnya dia akan muntah.

"Sudah ayo pulang saja. Lupakan kencannya"

Hayoung memberikan sapu tangannya kepada Daniel untuk membersihkan keringat yang masih di wajahnya. "Tidak bisa ini masih sore, dan masih ada tempat yang harus kita datangi"

"Ayo"

Dengan lemas Daniel menarik tangan Hayoung. Hayoung melepaskan tangan Daniel.

"Lain kali ya.. tidak besok saja... aku janji" Hayoung meraih tangan Daniel dan menautkan jari kelingking mereka.
Meski Daniel kecewa tapi dia tetap menuruti Hayoung karena dia memiliki janji kencan lainnya.

"Ayah maaf" Gumam Daniel sambil menatap Hayoung yang sibuk dengan ponselnya memanggil taxi.

🍑🍑🍑

Di dalam taxi Daniel tertidur efek samping obat yang baru saja ia minum saat mereka berhenti sejenak di apotek. Namun tidurnya tak nyenyak karena sering kali kepalanya terantuk kaca mobil.
Hayoung menegakkan badannya. Dan mengarahkan kepala Daniel untuk bersandar di pundaknya.

"Aku akan membiarkanmu kali ini"

Jika Daniel sadar dia akan senang bukan main atau tersenyum dalam tidurnya seperti pagi tadi di bus saat berangkat ke pusat pembuatan SIM. Namun tidak, saat ini Daniel benar benar tidur. Benar benar tidak sadar.

"Istirahatlah" Daniel menganggukkan kepalanya. Sementara Hayoung menekan sandi apartmennya.

"Hayoung"

Hayoung menoleh saat Daniel memanggilnya. Daniel memeluknya. "Terimakasih untuk hari ini"

Hayoung mematung, berdiam saja tanpa berucap tanpa meronta ingin lepas. Bahkan ia lupa untuk bernafas. Daniel tersenyum melihatnya. Daniel menggiring Hayoung masuk ke apartmennya yang sedari tadi sudah terbuka.

"Istirahatlah, aku usahakan aku besok sudah sembuh dan menagih janji kencanmu. Selamat malam" Daniel menutup pintu apartmen Hayoung dan langsung menaiki tangga menuju rumahnya.
Daniel duduk diatas ranjangnya dan melepaskan hoodie merah barunya. Jika ia tak gerah ia tak mungkin melepaskan hoodie itu.

Daniel dengan kaus tanpa lengan terbaring lemah di atas ranjangnya. Dari sana ia bisa melihat langit langit kamarnya. Ia memejamkan matanya setelah puas memandangi langit langit.

"Kapan kamu membuka hatimu Oh Hayoung?"

🍑🍑🍑

Pagi pagi alarm Hayoung berbunyi. Hayoung yang biasanya malas kini terbangun dengan rajin. Ia mencuci wajah tidurnya. Setelah Hayoung sepenuhnya sadar. Ia meraih ponselnya. Mencari sebuah resep bubur yang bisa meringankan sakit perut efek makan pedas.

Dengan susah payah. Merelakan dapurnya berantakan. Menghabiskan waktunya. Akhirnya bubur itu siap disantap. Bentuk fisiknya memang tidak meyakinkan tapi rasanya pasti memuaskan. Itu pun di dalam pikiran Hayoung.

Hayoung keluar dari apartmennya dengan membawa termos kecil berisi bubur buatannya tadi.

Hayoung mengetuk pintu rumah Daniel. Hayoung tersenyum saat membayangkan bagaimana wajah senang Daniel saat mencicipi bubur buatannya.

"Ya?"

Bayangan Hayoung berakhir dan rusak berkeping keping. Hayoung kaget melihat sosok perempuan dengan rambut gelombang sebahu berdiri dihadapannya. Yang keluar dari dalam rumah Daniel.

"Ah tolong berikan ini kepada Daniel. Aku harus pergi"

Hayoung menyerahkan termos itu kepada perempuan yang ada di depannya. Setelah itu dia pergi begitu saja. Sesekali ia melirik lagi rumah Daniel yang pintunya sudah tertutup.

"Adiknya? Tapi Daniel bilang dia anak tunggal. Temannya? Tapi sepagi ini sudah di rumah Daniel? Jangan bilang dia dekat dengan cewek lain? Berani sekali dia mempermainkanku. Ternyata cowok sama saja!"

"Aku menyia nyiakan waktuku untuk membuat bubur itu dan mengkhawatirkannya. Lupakan Daniel. Lupakan cowok! Aku tidak akan pernah pacaran lagi!"

Hayoung membanting pintu apartmennya dan meraih tas tangannya dan keluar lagi dari apartmennya menuju tempat kerjanya, MMO.

Uncontrollably Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang