Hayoung
Hari ini adalah hari dimana aku menjalankan tes SIM. Masih pukul sembilan pagi, aku dan Daniel sudah berada di tempat pembuatan SIM. Aku menunggu Daniel yang masih bersembunyi di sebuah ruangan sempit yang berfungsi mengambil foto diri sebelum kita memulai ujian SIM.
Sebelum kami mengikuti ujiannya. Kami disarankan mengikuti bimbingan terlebih dahulu. Ini mengingatkanku dengan kegiatan kampusku, mengingatkanku dengan dosenku. Ini sangat membosankan. Jika aku tidak ingin menang taruhan aku mungkin sudah tidur sekarang.
Aku menoleh ke sebelahku. Daniel tertidur. Pembelajaran ini memang membosankan.
Setelah itu kami sama sama memasuki ruangan ujian tulis. Bukan tulis sih lebih tepatnya. Karena kami mengerjakan soal soal hanya dengan menggerakkan mouse untuk memilih jawaban.Ruangan itu penuh dengan komputer. Ada beberapa peserta disana yang fokus dengan layar komputer mereka. Aku dan Daniel memilih komputer di baris paling belakang. Aku memberi jarak satu komputer dari tempat Daniel. Bukan apa apa. Aku hanya tidak mau dia menyontek. Meskipun ada pengawas di depan. Tapi kalian pasti tahu bagaimana kecanggihan menyontek anak muda jaman ini.
Aku membaca setiap soal yang muncul di layar komputer itu. Pembelajaran tadi memang membosankan tapi sangat membantu. Aku bahkan yakin bisa lolos dengan mudah dari tes teori ini.
Aku menoleh ke arah Daniel, ingin tahu apa yang sedang ia lakukan. Dia hanya fokus dengan layar komputernya dan kadang juga menggaruk kepalanya. Apakah itu sulit untuknya. Benar saja sedari tadi di pembelajaran Daniel hanya mengemudi di dalam mimpinya, alias tidur.
Semuanya sudah selesai ku kerjakan, kuarahkan panah mouse ke tombol bertuliskan submit. Namun tak kunjung ku tekan. Aku masih takut. Ku rapatkan kedua tanganku sambil memejamkan mataku. Berdoa agar aku bisa lolos dengan nilai lebih tinggi dari Daniel.
Aku menarik nafas panjang. Mouse itu akhirnya aku tekan. Dan pekerjaan ku tadi sudah terkumpulkan dan tidak akan bisa diambil lagi.
Aku dan Daniel sama sama berjalan ke pengawas yang ada di depan. Mengambil hasil ujian yang baru saja kami kerjakan tadi. Pengawas itu memanggil namaku terlebih dahulu sembari mengulurkan secarik kertas. Aku mendorong Daniel menjauh. Aku mengambil kertas itu dan langsung ku sembunyikan.
"Kang Euigeon"
Daniel maju ke pengawas itu mengambil hasil pekerjaan miliknya. Aku mengerutkan kening.
"Kenapa kau yang maju? Kang Euigeon kan bukan namamu" Tanyaku penasaran.
"Itu namaku"
"Ku pikir namamu Kang Daniel."
"Itu juga namaku. Ayo kita keluar dulu dari sini." Daniel meninggalkanku yang masih di dalam ruangan ujian. Dia duduk di kursi panjang yang terletak tepat di depan ruangan. Aku mengikutinya duduk disebelahnya.
"Jadi gimana?"
"Jadi Kang Euigeon adalah nama kecilku, nama pemberian ayahku. Tapi saat aku pergi ke LA aku mendapatkan nama inggris ku yaitu Daniel. Aku sekarang dikenal dengan nama Daniel. Ayahku sebenarnya sudah menyetujui kalau aku mengganti namaku menjadi Kang Daniel. Karena Ayahku susah memanggilku dengan panggilan Euigeon. Tapi aku tidak mau mengganti namaku karena itu peninggalan ayahku. Setidaknya aku akan tetap mengingat ayahku."
"Maksudmu ayahmu sudah...."
Daniel mengangguk membenarkan. Aku jadi merasa tak enak.
"Tidak apa. Aku baik baik saja" ucapnya berusaha membuatku tidak cemas dan tidak menyalahkan diri. Ia juga mengacak rambutku.
Dulu aku akan menangis saat rambutku diacak oleh Minhyun karena itu mengingatkanku dengan Sehun. Tapi kenapa saat ini aku malah senang saat Daniel yang melakukannya? Bahkan aku berharap ia sering melakukan itu padaku.
"Kenapa kau diam saja? Berapa nilaimu?" Daniel menyadarkanku. Aku membelakangi Daniel mengeluarkan kertas yang tadi kusembunyikan di saku.
Tidak lulus
Aku terdiam saat membaca tulisan yang tertera di atas kertas itu. Aku tak ingin menghadapi Daniel. Malu. Bahkan aku malu kepada diriku yang tadi sombong bahwa aku pasti lulus.
"Kenapa? Jangan bilang kamu gak lulus"
"Ya aku tidak lulus"
"Benarkah? Kamu pasti bercanda"
Daniel masih tidak mempercayaiku meskipun sekarang keadaanku sangatlah lemas. Aku membarikan kertas milikku kepada Daniel. Agar membuatnya mempercayaiku.
"Oh benar kamu memang tidak lulus. Tidak apa aku akan tetap menemanimu. Karena aku juga tidak lulus."
Aku menoleh ke arah Daniel. Suasana hatiku membaik sedikit mengetahui Daniel yang juga tidak lulus. Jahat memang tapi aku senang.
"Berapa nilaimu?" Sergapku. Setidaknya sekarang aku masih punya kesempatan untuk mengalahkannya.
"Kau menang"
"Serius?"
Aku merebut kertas kertas itu di tangan Daniel. Aku melihat nilai yang tertera di masing masing kertas. Benar nilai ku lebih tinggi darinya. Aku senang bukan main. Aku tersenyum sangat lebar.
"Kau sudah janji akan mengabulkan satu permintaan ku kan?"
"Hmm ya"
Aku melepas ikat rambut yang tadi ku kenakan. Aku mendekat ke arah Daniel. Berdiri di hadapannya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Sst"
Aku meraih rambut rambut coklat milik Daniel dan ku kuncir rambutnya menggunakan ikat rambutku. Setelah selesai ku kuncir aku mundur beberapa langkah ingin melihat hasil kerjaku di rambut Daniel. Daniel ingin melepas kunciran itu.
"Apa apaan ini?"
"Jangan di lepas! Kau bilang akan mengabulkan permintaanku? Ini permintaanku. Aku ingin kamu seharian menggunakan kuncir rambut ini. Jangan pernah di lepas sebelum pukul 12 malam tepat."
"Kau yakin menggunakan kesempatan langka untuk hal seperti ini?"
"Ya"
"Baiklah. Kalau begitu sekarang ayo pergi kencan."
"Tunggu dulu.. aku yang memenangkan taruhan ini. Kenapa kau masih memintaku untuk kencan denganmu?"
"Ya kau memang yang menang dan aku sudah mengabulkan permintaanmu. Tapi kau belum mengabulkan permintaanku saat kau meminta bantuanku menjadi tamu di acaramu dulu. Kau ingat? Kau berjanji akan mengabulkan satu permintaanku. Dan kencan denganmu adalah permintaanku"
Aku terdiam. Aku mengingat ingat kembali apa yang telah ku janjikan padanya.
"Ayo jalan"
Daniel menggenggam tanganku, menuntunku keluar dari area ini. Menuju tempat kencan yang sudah direncanakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncontrollably Love You
Fiksi PenggemarJika bukan karena hari itu aku tak akan bertemu dengan Kang Daniel - Oh Hayoung Jika bukan karena hari itu, Hayoung tak akan datang kepadaku - Kang Daniel Author's note : Ini bukan Fanfiction rated / NC kok Tapi aku sarankan yang belom 15 tahun ja...