Rana Renjana

Ibu Penghuni Surga

Ibu Penghuni Surga
Untuk Ibu yang tak mengenal syariat

Dulu aku tak tahu syariat Islam
Yang kutahu kait jepit pada surai kaum hawa,
simpul sanggulnya yang kokoh berbahan cinta budaya,
serta gemerlap pernik yang menghias jenjang lehernya
adalah seni paling indah yang pernah ada

Tekuk bentuk tubuhnya sangatlah elok
Gemulai tari dan derai melodi pada kidungnya selaras;
menyatu bersama laut lepas
melengkapi gemerisik angin menjadi nafas
membersamai kicau burung yang terbang bebas

Maka dulu, saat pandanganku masih awam
sebab belum tersentuh Islam yang lebih dari menawan
Kiblat cantikku adalah mereka;
Kaum hawa yang bangga dengan kemolekan tubuh
dan bahagia memamerkan gelung tanpa tudung

Kini aku mulai mengenal dan tahu syariat Islam
Aku tahu gerai rambut sebagai mahkota harus ditutup
Sanggul tinggi menyerupai punuk unta adalah penyebab wangi surga tak terindra 
Segala pernik yang disematkan akan kalah dengan gelar Salihah sebagai sebaik-baik perhiasan

Cukuplah ibadah sebagai gerak seorang hamba yang paling indah
dimana rukuk, sujud, bibir yang melantun dzikir
dan tangan yang menengadah adalah bentuk mahabbah
Kemudian syahdu adzan dan merdu firman Al-Quran
menjadi partitur pelipur hati--bentuk taat yang kelak berbuah syafaat

Maka sekarang, dalam pandanganku berkelebat syariat dan kisah hebat wanita yang digelari penghuni surga
Kiblat cantikku tergeser kepada mereka;
Pada kesempurnaan Khadijah sebagai istri dan pakaian suami
Pada kesucian Maryam dalam menjaga diri
Pada kemuliaan Fatimah saat merasa cinta
dan pada keteguhan Asiyah meski kedzaliman menghiasinya

Maka pandanglah mereka para ibu penghuni surga
saat pandanganmu kabur dan luntur;
memuja paras yang penuh bias
memuji prestasi yang tak lebih dari ilusi

Sudah sejak dahulu kala--saat manusia pertama tercipta 
tugas seorang hamba adalah memeluk syariat
dan beribadah penuh taat kepada Rabbnya

Bumi Allah, 2018