Januari, lima tahun yang lalu.
Sebuah lantunan adzan mampu membuat hati ini bergetar kala mendengar suara itu.
Dalam lubuk hati yang paling dalam, terselip rasa penasaran akan pemilik dari suara merdu itu.
Siapa kah dia?
Dia kelas berapa?
Aku hanya mampu bertanya-tanya dalam diam. Berusaha menemukan jawaban akan pertanyaan ini. Namun, otakku tidak cukup mampu untuk menemukan jawaban itu.
Terus menerus pertanyaan ini bergema didalam pikiranku. Hingga saat aku telah melaksanakan sholat asar berjamaah, pertanyaan itu tidak juga kunjung hilang.
Why?
Aisyah kenapa?
Entah, aku juga tidak tau.
Setelah aku mendengar suara lantunan adzan dari seorang kaum adam itu, hati ku langsung jatuh hati terhadapnya.
Hingga saat aku keluar dari mushola, aku melihat ada seorang laki-laki yang sedang memakai sepatu putih lusuh yang aku rasa dia jarang mencucinya didepan mushola.
Aku memandang punggungnya dari belakang, hatiku berdetak jauh lebih cepat dari biasanya, badanku terasa sedikit lemas tidak bisa digerakkan saat melihat laki-laki yang sedang memunggungiku.
Dia telah selesai memakai sepatunya, lalu ia pun bangkit dan menoleh ke belakang.
'Astagfirullah!' Pekikku, aku pun buru-buru membalikkan tubuhku.
Ya Rabb, apa dia laki-laki itu?
"Widih ustadz tile, suara adzannya cakep juga." Puji seseorang yang tanpa sengaja aku dengar.
Karena rasa penasaran yang terus memuncak, aku pun memberanikan diri untuk menoleh kebelakang, ternyata, orang yang tadi berbicara adalah teman dari laki-laki yang memakai sepatu putih lusuh.
Ustadz Tile?
Aku tersenyum saat mengetahuinya.
Dan sejak detik ini aku simpulkan, jika hati ku benar-benar jatuh terhadapnya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhlas Bersamamu ✓ (SUDAH TERBIT)
Spiritual(COMPLETED) Aku menyebutnya Cinta. Dia menyebutnya Benci. Bersamanya adalah impianku. Bersamaku adalah hal terburuk menurutnya. Aku merasa bahagia ketika bersamanya, namun ia merasa seperti berada di neraka ketika bersamaku. Aku harap, akhir dari ki...