ABOUT ME

11 2 2
                                    

Namaku fika, umurku 21 tahun, kini aku sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi islam negeri yang lumayan jauh dari kampung halamanku,sebagai orang perantauan aku selalu merindukan indahnya sejuknya kampung halaman yang bertahun tahun menjadi saksi kisah hidupku yang penuh lika liku, kampungku terletak jauh dari keramaian kota, disana hanya ada pendidikan SD dan SMP itulah alasanku harus pergi ke kota untuk melanjutkan pendidikanku.

Aku terlahir dari keluarga yang cukup lumayan mampu, ayahku seorang petani besar dan memiliki berbagai kios di pasar, ibuku hanyalah seorang ibu rumah tanggga yang kewajibanya hanya mengurusku, itulah mungkin yang membuatku tidak mandiri, karna apapun urusanku selalu ibuku yang mengurus.

Aku bahagia menjadi anak dari kedua orang tuaku, mereka sangatlah menyayangiku bahkan apapun yang aku inginkan selalu mereka turuti, ayahku adalah sosok ayah yang selalu bisa menjadi teman bermainku, meskipun ayahku selalu sibuk tapi dia tak pernah lupa untuk meluangkan waktu untuk anak tunggalnya ini, dia selalu mengajaku bermain, mengajariku bagaimana cara berkebun meskipun aku seorang perempuan, tapi aku bahagia untuk melakukan semua itu. Ibuku seorang perempuan yang sangat lembut dan tulus, meskipun orangtua dari ayahku tak menyukai ibuku dia selalu bersabar dan kuat menjalani semuanya, untuku dan ayahku orang orang yang sangat ibuku cintai.

Keluarga besar ayahku adalah sosok yang kental akan agama, sejak kecil aku di didik sangat keras tentang agama, aku selalu di gebrak untuk mengaji dan menghafal surat surat pendek di dalam alqur'an meskipun saat itu usiaku masih berumur 4 tahun, namun aku tidak pernah mengeluh tentang semua itu, karna ibuku selalu menyemangatiku , mendukungku meskipun dia tidak bisa mengajariku.

***

Masa masa indahku telah berakhir, semua hancur, hilang begitu saja , aku tak pernah menyangka ada sosok wanita baru yang mampu merusak kebahagiaanku, merusak rumah tangga kedua orangtuaku dan mengambil semua yang aku dan ibuku miliki. Wanita itu sangatlah istimewa dimata keluarga ayahku, sehingga aku dan ibuku di usir dari rumah kita, rumah yang sejak nol ayah dan ibuku bangun bersama. Aku menangis melihat ibuku begitu sangat hancur, hancur sehancur hancurnya hati manusia, mereka mengusir ibuku dengan sebuah fitnah yang tak nyata sama sekali, fitnah yang menjadikan alasan agar ibuku pergi dari rumah kita, dan wanita itu bisa menggantikan posisi ibuku dan anak perempuanya itu, aku tak pernah menyangka ayahku yang selama ini aku banggakan tega melakukan ini pada aku dan ibuku, bahkan dia tak memikirkan aku sebagai putrinya sama sekali.

Aku dan ibuku pergi kerumah orangtua ibuku, kami berdua tinggal disana dan ayahku tak pernah datang menemui ibuku dan aku, ayahku tak pernah datang untuk meminta maaf dan mencoba menjemput kita pulang, wanita itu sudah cukup menguasai ayahku, bahkan sampai sampai keluarga ayahku juga sangat mematuhinya.

Ibuku mengurungku bertahun tahun, dan melarangku bertemu dengan ayahku apapun alasanya, neneku selalu mengantar dan menjemputku sekolah karna mereka takut ayahku akan menemuiku di sekolah dan membawaku pergi, sebagai anak sejahat apapun ayahku aku tetap menyayangi dan merindukan dia, aku ingin sekali bertemu ayahku dan memeluk ayahku namun semua itu sangat dilarang oleh ibuku, kakeku, dan neneku, mereka sangat membenci ayahku demi apapun, mereka selalu memaki ayahku, dan menjelek jelekan ayahku tanpa mereka sadari hatiku sangatlah sakit mendengar semua itu.

Ayah dimana kamu sekarang, fika rindu dan sangat merindukanmu :,( ayah kenapa engaku membuang kita seperti ini, apaakah engkau tidak menyayangi fika dan ibu lagi, apakah wanita itu lebih berharga dari fika.

Sejak kecil aku sering sekali menulis catatan di buku harian, catatan yang mewakili sebuah perasaanku yang tak mungkin aku menceritakan kepada orang lain, karna aku tau ibuku kake dan nenek tidak menyukai saat aku membahas ayahku.

Ayahku seorang ustadz tidak jarang dia mengumandangkan adzan dan membawa pengajian di pengeras suara yang ada di masjid desaku, sungguh aku sangat bahagia saat mendengar suara ayahku di pengeras itu.

Ayah, meskipun aku tidak bisa berjumpa denganmu, aku bahagia bisa mendengar suaramu dari sini.

*** 

CiplingWhere stories live. Discover now