Chapter 1 Destiny [Done]

424 175 188
                                    

Malam itu adalah yang terburuk dalam riwayat hidupku. Badai berkecamuk di angkasa raya, awan tak mampu lagi membendung air, kilatan petir pun menyambar bak lampu sorot di panggung biru kelam.


Di bawah langit malam, terlihat mobil-mobil sedang terparkir di halaman gerha Erland. Masing-masing memiliki lampu sirine berwarna biru-merah, kombinasi antara kedamaian dan kejahatan--pertanda sebuah mobil Kepolisian.

---------

Di dalam rumah, terlihat pula sekerumunan orang sedang berkumpul di ruang tamu.--Jika ada yang bertanya "Ada apa disana?"

"Jawabannya bukan karna sebuah pesta! Bukan pula acara amal. Namun Sebuah kejadian besar yang akan membuat siapa pun bermandikan air mata saat menyaksikannya.

Sebuah kejadian yang akan berdampak besar, bukan hanya pada korban tapi juga orang-orang terdekatnya. Sebuah kejadian yang akan membawa perubahan.

----------

Di tengah kerumunan, terlihat seorang pria yang terdiam membatu bermandikan air mata saat melihat seorang wanita yang terbaring bersimpah darah.  Wanita yang tak lain adalah kekasihnya--Yesika, anak pertama dari Tuan Erland yang turut menjadi korban dalam kasus pembantaian malam itu.


Tak ada yang tau apa motif dari pembantaian tersebut dan pihak kepolisian pun masih menyelidiki siapa pelaku di balik pembantaian yang menyebabkan tewasnya seluruh keluarga Erland.

----------

Enam bulan telah berlalu sejak kejadian besar yang menimpa keluarga Erland.

Pelaku pembunuhan telah tertangkap dan dalang di balik kasus ini pun telah di ketahui. Namun Ia tak di tahan, karna pelaku yang juga merupakan rekan bisnis Tuan Erland, memiliki orang-orang kuat yang bermain di belakang layar sehingga menyebabkan kasus ini mengalami kebuntuan dan pelaku lepas dari tuntutan akibat pihak kepolisian kekurangan bukti.

----------

Pihak Keluarga dan orang-orang terdekat Tuan Erland hanya bisa pasrah, dan melupakan kejadian malam itu.

Karna bagaimana pun usaha mereka menuntut, tak ada satu pun tuntutan mereka yang di gubris oleh pihak berwajib.

----------

Di saat seluruh Kerabat Yesika mulai bergerak maju dan melupakan kejadian malam itu.

Noir justru semakin tenggelam dalam kesedihan dan penyesalan, karna tak dapat menyelamatkan Yesika.

Iya! Noir yang saat itu hanya bisa menangis dan terdiam membatu, melihat Yesika bersimpah darah.

Noir yang telah kehilangan tujuan hidupnya, hanya bisa meringkuk di sudut-sudut ruangan yang gelap dan berantakan, tanpa bisa berbuat apa-apa.

Ia merasa sangat kehilangan, Ia sangat takut, Ia sangat marah, dan setiap kali Ia pejamkan mata, maka kenangan pahit malam itu akan muncul di hadapannya.

Kenangan itu terus-menerus menghantui Noir, hingga membuatnya terlihat begitu menyedihkan.

----------

"Baiklah Tuhan jika ini yang kau inginkan!

Aku sudah bosan terus-menerus kau permainkan dengan jari-jari manismu yang kau sebut sebagai takdir.

Aku sudah muak dengan dunia hina ini.

Aku sudah muak mendengar kata-kata bodoh dari hamba-hamba-mu Tuhan.

Apa itu cinta? Apa itu kasih sayang? Apa itu pengampunan hah? Apa gunanya itu semua jika cahaya-ku telah kau ambil? Apa gunanya?" ---Noir, bermandikan air mata, kedua tangannya mengepal, terus-menerus melayangkan pukulan kewajahnya sendiri, hingga menciptakan benjolan-benjolan berwarna ungu kehitaman di wajahnya.

Kemudian, Noir yang terlihat begitu putus asa, berjalan perlahan ke arah dapur, sambil terus-menerus menggumam tidak karuan.

Sesekali tubuhnya menabrak meja dan pintu yang menghalangi jalan, namun Ia tak perduli, toh baginya kehilangan orang yang di cinta jauh lebih sakit.

Sesampainya Noir di dapur, kemudian di ambilnya sebilah pisau sambil berkata.

"Tuhan apakah begitu menyenangkan melihatku menderita?

Jika begitu maka baiklah!

Aku menyerah Tuhan, aku mengaku kalah darimu" ---dengan wajah yang terlihat begitu putus asa, Ia ayunkan pisau yang ada di tangannya ke atas, Kemudian Ia tusukan pisau tersebut ke arah perutnya.

----------

Noir yang merasa begitu kesakitan hanya bisa pasrah, terlihat jelas amarah dan dendam menumpuk di wajahnya, namun Ia tak berhenti.

Bahkan di percepatnya tusukan pisau tersebut, hingga membuat darah tak henti-hentiya mengalir keluar dari tubuhnya.

Noir yang merasa sangat kesakitan pun tak lagi dapat berdiri, Ia sandarkan tubuhnya pada tembok dinding berwarna putih yang membuat bercak darahnya semakin terlihat jelas.

Perlahan-lahan kesadarannya mulai menghilang, tangannya pun tak lagi kuat menggenggam pisau, Ia hanya bisa pasrah duduk bersandar menunggu ajalnya tiba, sambil terus-menerus menyebut nama Yesika.

Tak ada sedikit pun rasa penyesalan di hati Noir, bahkan nampak senyum puas di wajahnya, karna Ia bisa lepas dari dunia bodoh ini.

Tubuh Noir sudah terasa sangat dingin dan kulitnya pun sudah mulai membiru, bersamaan dengan itu, muncul adegan-adegan yang mungkin adalah masalalunya.

Kenangan saat ayah dan ibunya bercerai.

Kenangan disaat ibu yang seharusnya merawat dan menjaganya justru pergi meninggalkannya.

Kenangan disaat kekasih yang menjadi tujuan hidupnya harus berakhir tragis di depan matanya.

Kenangan-kenangan yang telah lama terkubur di dalam hati Noir kini kembali bermunculan.

Tiba-tiba cahaya putih yang sangat terang muncul, seolah menghapus seluruh jejak yang pernah Ia tinggalkan.

----------

To Be Continue...

Cora : World Of Penance [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang