02. Dimulai Sekarang

724 99 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


****

Hera melangkahkan kakinya menuju ruangan yang berwarna putih marmer itu. Dia barusan mendudukkan dirinya disalah satu kursi selagi menunggu teman yang lain datang kemari. Ia sibuk melihat-lihat ruangan yang hanya diisi oleh drum, piano, juga tiga buah AC.  Kakak kelasnya, kak Seni sudah ada diruangan tersebut, tengah memeriksa ulang koreografi.

Setelah semuanya sudah tiba, mereka mulai berlatih lagi. Sekarang mereka tengah berlatih koreografi untuk lomba pertandingan basket nantinya.

"Buruan!" teriak Seni kepada anggota lain yang masih saja duduk sembari memainkan handphone masing-masing.

"Satu…" Seni mulai berhitung dan benar saja semua anggota langsung berdiri mengambil posisi masing-masing.

Seni melirik ke seluruh anggota, "Kalo salah benerin sampai sempurna. Gue gak mau tau," katanya final.

Hera menghela nafas namun ia menyukai kegiatan ini. Ia selalu ingin lelah berlatih dan berkeringat. Oleh karena itu, ia sangat antusias mengingat dirinya diterima sebagai tim inti dance. Hera memang menyukai dance dan selalu saja berharap bahwa mimpinya menjadi idola suatu saat akan terkabul. Ia sedikit melakukan peregangan dan mulai menggerakkan tubuh ketika musik mulai.

Setelah sekitar empat puluh lima menit berlatih, Hera kembali ke kursinya dan mengambil air minumnya dan meneguknya sampai tersisa setengah. Latihan ini sangat menguras tenaganya habis-habisan. Belum sempat ia mendudukkan diri sekitar lima menit, suara bising dari luar mengalihkan pandangannya.

"Permisi. Boleh kan pinjem ruangannya buat diskusi? Bentar aja kok."

Hera menaikkan kepalanya, melihat siapa yang barusan meminjam ruangan latihan. Lalu berdecak kesal, rombongan basket ternyata. Hera berpikir apa mereka tidak punya tempat? Jangan salah, Hera bukan sama sekali pengagum cowok sekolahan anak basket atau anak band. Hera pikir itu adalah cerita wattpad yang klasik.

"Pake aja, jangan berisik!" kata Seni lalu semua anggota basket masuk kedalam ruangan itu.

Mata Hera bertemu dengan sepasang mata diujung sana, itu Alden. Hera cepat-cepat memalingkan wajahnya hingga tidak beradu pandang dengan Alden lagi.

Tanpa Hera ketahui, Alden tersenyum disana. Ia memikirkan bagaimana lucunya Hera jika ia bisa memilikinya. Gadis itu benar-benar membuatnya penasaran dan berhasil membuatnya merasa lebih tertantang kali ini. Apalagi Bobi kemarin berkata padanya "Cewek kaya Hera itu lebih menantang!" yang langsung ia setujui.

"Hai, Hera!" sapa Alden terlebih dahulu lalu berjalan kearah Hera.

Hera menatapnya sinis, Alden tidak lebih dari sampah baginya. TidakㅡHera tidak sejahat itu jika Alden tidak mengganggu hidupnya. Muncul tiap saat dihadapan Hera membuatnya merasa terganggu. Sangat terganggu.

Fangirl StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang