Arkana Gavriel Alvaro

441 28 1
                                    

"GAGA!"

Gaga mendengus kesal saat mendengar pekikan kuat yang sangat memekakkan telinganya. Beruntung keadaan koridor masih sangat sepi karena memang gaga datang lebih awal dari biasanya. Jika tidak, sudah pasti seluruh perhatian semua siswa tertuju padanya dan gaga benci saat dirinya menjadi pusat perhatian. Apalagi saat mendengar teriakan beberapa siswi centil menyebalkan yang selalu mampu membuat dirinya naik pitam. "Sabar ga.. Sabar.. Ngadepin orang kaya gini kesabaran maksimal" batin gaga.

Emosi gaga seringkali memuncak dan tidak terkendali saat spesies seperti deva mulai mengganggunya, karena akan Sangat sulit bagi gaga untuk menyingkirkan Human seperti mereka. "Dasar haus belaian."

Gaga mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Rahangnya mengeras, Urat-urat wajahnya terlihat menandakan bahwa saat ini gaga sedang marah.

Deva tersenyum kecil, malah menikmati setiap ekspresi yang gaga tunjukkam untuknya. Jarang-jarang gaga mau berekspresi saat dihadapannya, karena biasanya gaga hanya akan menatapnya dengan pandangan datar namun tajam.

Gaga menggeram sebal. Sungguh, demi apapun gaga sangat ingin melenyapkan gadis yang bernametag 'ADEEVA AFFSHEEN' dari muka bumi ini. Bagaimana tidak? Gadis yang memiliki postur tubuh ideal ini terus mengikutinya dari parkiran sampai kedepan kelasnya. Pasalnya hal itu bukan hanya sekali dua kali terjadi, tapi setiap hari. Gila bukan? Gaga sendiri berangkat lebih pagi karena ingin menghindari spesies semacam Deva. Tapi sialnya, ia masih saja bertemu dengan cewe ini. Gaga benci pada siapapun yang mengusik ketenangannya. Ketenangannya mulai terusik setelah ia mengenal deva.

"Dasar cewe gila" fikir gaga.

Kadang gaga merasa heran dengan tindak tanduk deva. Apa yang pernah ia lakukan pada deva sehingga gadis ini  begitu tergila-gila padanya. Gaga selalu dibuat pusing oleh tingkah gadis abnormal ini. Gaga bingung bagaimana cara untuk menghilangkan deva dari peredaran Bahkan pernah deva membujuk dan menyogok kevan dengan beberapa barang mahal hanya agar kevan mau membantunya untuk lebih dekat dengan gaga. Tentu saja kevan menolak dengan keras hingga mengucapkan kata-kata yang sangat menohok. Cewe itu harusnya diem ditempat. Gaperlu yang namanya ngejar-ngejar cowo. Kelakuan lo yang kaya gini makin nunjukin kalo lo itu makin keliatan murah.

Deva sendiri tampak tidak peduli, ia sama sekali tidak terganggu dengan sikap acuh tak acuh cowo bernama gaga ini. Ia sudah kebal dengan sikap ataupun respon gaga yang sangat jauh dari kesan baik. Dan baginya gaga sangatlah istimewa.

Gaga menatap deva dengan tatapan aneh, sedangkan yang ditatap malah tersenyum lembut. Senyuman yang menggetarkan hati siapapun yang melihatnya tapi malah sebaliknya, senyuman deva adalah senyuman yang sangat memuakkan bagi gaga.

Gaga sendiri sebenarnya sangat malas meladeni cewe ini, apalagi cewe yang gencar menarik perhatiaannya. Gaga lebih suka mengejar daripada dikejar. Ia merasa sangat tidak nyaman saat seseorang berterus terang akan perasaannya terhadap dirinya apalagi orang yang secara terang-terangan mendekatinya. Gaga tidak suka menjadi incaran setiap wanita, bahkan gaga tidak merasa bangga saat dirinya dinobatkan sebagai salah satu most wanted disekolahnya.

Gaga menggertakkan giginya kesal. Deva tidak bisa dibiarkan, jika dibiarkan gadis itu pasti akan terus mengganggunya. Lama-lama ia juga merasa jengah dengan kelakuan deva yang bisa dibilang jauh dari kata normal ini. Gadis aneh.

Memang, pesona seorang Gavriel Alvaro sangat sulit ditolak. Siapapun yang melihatnya pasti akan jatuh pada pesona seorang gavriel. Bahkan Banyak siswi disekolahnya yang jelas-jelas menjadikan gaga sebagai tipe idealnya. Tapi respon yang diberikan gaga membuat mereka mengubur perasaannya. Sikap datar dan dinginnya membuat semua orang tidak tahan lama-lama dengan cowo jangkung ini, belum lagi ucapannya yang terkadang terasa menyakitkan. Gaga memang seperti itu, fisik yang rupawan tapi lebih terkesan angkuh. Gaga sendiri tidak terlalu mendengarkan komentar orang lain terhadap dirinya, toh ini hidupnya bukan? Dirinya yang menjalani, kenapa ia harus mendengarkan perkataan orang?

Ga-RaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang