Sehari setelah pedebatan dirinya dengan gaga, daffa mencoba untuk bersikap normal. Walaupun sebelumnya ia selalu menangkap tatapan datar gaga yang tertuju hanya untuknya.
Kevan mendengus setelah mengamati sikap kedua sahabatnya itu, "kalian itu kenapa sih, nyet?"
"Udah kaya pasangan yang lagi ribut tau ga? Diem-dieman segala" sambungnya.
Tidak ada jawaban. Kali ini leo mendesis sinis, "helowww?? Ada kita disini, kita lagi ngomong!?"
Anjir! Dikacangin! Rutuk kevan dan Leo dalam hati.
"Apasih pake acara marahan segala, kaya anak TK tauga? BAIKKAN CEPET!"
Gaga dan daffa kompak menatap leo.
"Bego! Malah liatin gue lagi!? Apa lo suka sama gue?" ujar leo sambil melotot pada gaga.
Lalu pandangannya beralih pada Daffa, "lo juga sama! Suka lo sama gue!?"
Serentak daffa dan gaga berdecih.
Kevan menggelengkan kepala tak habis fikir melihat kelakuan teman-temannya.
Selanjutnya, Leo menghela nafas, kemudian berujar tajam. "BAIKKAN GAK LO PADA!"
Pekikan leo membuat semua perhatian kelas beralih pada dirinya.
"APAAN LO PADA NGELIATIN GUE, HAH?!"
***
Freeclass. Adalah surga duniawi bagi semua murid, termasuk dara. Tapi kali ini dia merasa bosan karena dia tidak tau harus melakukan apa.
Jika seperti ini Biasanya dia akan bermain ponsel, tapi sialnya kali ini adalah, baterai ponselnya habis.
Dara menatap nanar ponselnya, mendadak ponsel canggihnya itu tidak berguna sama sekali. Diam-diam ia merutuk dalam hati, "kenapa sih gue harus lupa bawa powerbank?"
Kanya yang berada bangkunya, yang kebetulan tepat berada di samping kiri dara mengernyit kala melihat gerak-gerik dara. Bertanya, apa yang membuat sahabatnya itu uring-uringan.
Kanya duduk menyamping, lalu berucap "lo.. Kenapa?" sambil menopang kepalanya.
"Gue BT." ujar dara sambil menumpukkan kepalanya keatas meja.
Kanya memutar bola matanya, "ya gue tau lo lagi BT, maksud gue kenapa lo segalau itu?"
Dara mendongkak menatap kanya, miris. "Baterai Hp gue abis, gimana dong?" ujarnya tak bersemangat.
Kenya menghela nafas lelah, jadi sahabatnya itu bertingkah aneh hanya karena ponselnya mati?
"Kantin kuy"
Dara mendengus sebal, "ngapain kekantin? Gue gak laper! Yang gue butuhin cuma powerbank, kanya."
Kali ini gantian, kanya yang mendengus, "lo tau gak? Lo itu rese kalo lagi laper."
Perdebatan itu terus berlanjut sampai Dara berkata, "Andai aja Angel sekolah, dia pasti belain gue, kenapa sih angel harus sakit?"
Perkataan yang terdengar bodoh ditelinga kanya. "Angel juga manusia kale."
"Nyebelin."
Lagi, kanya merotasikan bola matanya, "bo.do.a.mat"
.
.
"Eh neng kanya" sambutan pertama terdengar, saat kanya dan dara menginjakkan kakinya di kantin.
Kanya mendelik, saat tau siapa yang barusan menyapanya.
Daffa yang mendapat delikkan gratis, semakin gencar memggoda kanya. "Jangan gitu dong, nanti gue tambah cinta, berani tanggung jawab emangnya"
Kevan yang berada disamping daffa menjitak cowo itu, "sejak kapan lo jadi seanjing ini?"
"Lo sama omongan lo itu…" kanya menatap daffa, menusuk cowo itu dengan tatapan horrornya, "…sampah"
Gaga dan kevan sontak tertawa.
"Mampus!"
"Rasain"
Pekikan kedua temannya membuat daffa mencibir sebal, "Paansih, nyet!?"
"Angel mana?" pertanyaan gaga, membuat dara tertegun.
Kanya berdehem, "sakit"
Kevan melebarkan matanya, "ko bisa?" kali ini cowo beralis tebal itu angkat bicara.
Mendengus, "ya bisalah" timpal kanya, sekenanya.
Diam-diam dara memperhatikan gaga lewat ekor matanya yang tengah sibuk bermain ponsel canggihnya.
Gaga terlihat asik dengan aktivitasnya sampai suara kevan menginterupsinya, "Jomblo ngapain sih sibuk maen Hp? Emang ada chat apa?"
Gaga mendongkan, menatap kevan bingung, "apa?"
"Lo ngapain sibuk sama hp lo? Chattingan sama siapa lo?."
Gaga tertawa kecil, ia mengangkat ponselnya, "Grace, dia balik dari london"
Dara terdiam, mencoba mencerna setiap kata yang baru saja diucapkan gaga.
Kanya memutuskan untuk duduk dengan ketiga orang itu, disusul oleh dara.
Dara mengedarkan pandangannya, "leo mana?"
"Ngapelin ayangnya lah" sahut daffa.
Kanya memaku. Pastilah leo nyamperin keisya, setiap hari emang gitu kan?
"Eh ga, Btw, itu grace yang mantan lo?"
Dara menelan ludah. Semakin ia berada dekat dengan gaga, ia semakin tau fakta-fakta mengenai cowo itu.
Gaga mengangguk sekilas.
Fiona Grace. Adalah pacar pertama gaga. Tapi sayangnya gaga tidak pernah menyukai cewe blasteran indo-inggris itu, Alasan gaga menerima cinta grace hanya satu, kasihan.
"Hati-hati, entar CLBK lagi" seru Kevan, heboh.
Gaga berdecak, "Dia" ia melirik pada dara sekilas, lalu berujar, "…ngajak gue ketemu"
"terus lo jawab apa?" ujar daffa.
"Oke."
Dara tersenyum kecut. Tanpa bisa ia cegah dan entah untuk alasan apa, tapi hari itu dara merasa ada perasaan aneh yang menyusup kerongga dadanya, perasaan sesak yang tidak mampu ia jelaskan dengan kata, perasaan yang mungkin biasa orang sebut dengan kecewa?
Detik itu Daffa menolehkan pandangannya pada dara yang tengah tersenyum, tetapi Daffa bisa menangkap sorot kekecewaan pada manik cewe itu. Dan pada saat itu juga daffa tau, jika Dara memang jatuh cinta pada Gaga.
Lalu Daffa mengalihkan perhatiannya pada gaga yang sedang tersenyum kecil kearahnya. Kini Daffa tau apa tujuan gaga mengatakannya, gaga benar-benar ingin membuktikan ucapannya tentang dirinya yang tidak memiliki perasaan pada dara. Karena yang Daffa tau, sebelumnya gaga tidak pernah ingin membahas apapun tentang grace.
Satu hal yang tidak pernah diketahui gaga, mungkin ia tidak pernah tau ada hati yang diam-diam terluka karenanya.
Dan gaga sempat tertegun, ketika dara lebih memilih memalingkan wajah untuk menghindari tatapannya.
..
KAMU SEDANG MEMBACA
Ga-Ra
FanfictionAku tidak memiliki apapun untuk dibanggakan. Tidak ada yang istimewa dari diriku. sekarang katakan padaku, apakah aku masih layak untuk dicintai? -GaRa-