"DARA!"
Dara memutar bola mata jengah. Selalu saja leo menganggu aktivitas paginya. Setiap hari, pasti leo terus menjahilinya. Dara bahkan tidak mengerti kenapa leo melakukan hal itu padanya. Tentu saja sikap jahil leo membuat dara merasa kesal, bagaimana tidak? Setiap ide jahil tercetus difikiran leo selalu saja dirinya yang menjadi korban. Ingin sekali dara membekap kakaknya sendiri, mengikatnya lalu membuangnya ke benua antartika. Dara kadang merasa menyesal mempunyai kakak semacam leo. Bukan apa-apa hanya saja leo sangat sulit diajak serius, leo sangat payah membedakan mana waktu serius dan waktu becanda. Baginya kedua hal tersebut sama saja.
Dara menatap leo sinis, sedangkan leo hanya cekikikan tak jelas. Leo terus memandangi adiknya dengan pandangan geli. Entah apa yang terjadi dengan leo.
Dara bedecak. "Apansih abang!? Pagi-pagi udah tereak-tereak? Ini rumah bukan hutan bang!" gerutu dara tak karuan.
"Marah-marah mulu, lo kutil" ejek leo sambil melempar selembar roti tawar pada dara.
Dara mencibir. Kenapa dirinya harus menjadi adik leo? Menjadi adik dari seorang Kaleo Keano adalah kesialan yang begitu berat untuk dara. Tapi disisi lain ia juga merasa sangat bersyukur karena semenyebalkan apapun leo, tetap saja leo menjalankan tugasnya sebagai seorang kakak yang baik. Leo tentu tidak lupa untuk berperan sebagai kakak yang bertanggung jawab. Mungkin leo terlihat santai dan sedikit nakal. Tapi jika ada seorang saja yang berani menganggu adiknya ataupun melukainya, leo tidak akan tinggal diam.
Menurut dara, leo sangat menyeramkan saat marah. Beruntung dirinya tidak pernah mendapat amukan dari leo dan leo sangat jarang marah, ia akan sangat murka apabila ada sesuatu yang mengusik kehidupan keluarganya. Ia tau betul jika leo sangat menyayangi keluarganya melebihi leo menyayangi dirinya sendiri.
Dara mencebik Lalu menyumpal mulut leo dengan roti yang dilempar leo.
"Diem deh bang!" sentak dara diiringi tatapannya yang tajamnya.
Leo tampak biasa saja, ia malah menikmati ekspresi dara yang menurutnya sangatlah imut."Sudah-sudah. Ini masih terlalu pagi untuk kalian ribut. Leo, bisa kamu diam dan memakan sarapanmu? Jangan menganggu adikmu terus" lerai monic, ibu dara. Leo hanya memasang wajah cemberutnya kala mendengar teguran ibunya. Leo tidak bisa membantah ucapan kedua orangtuanya, apalagi ibunya.
Monic tersenyum saat melihat putranya. Leo memang seperti itu, akan cemberut jika sudah mendapat teguran darinya. Monic sendiri tidak terlalu memikirkannya. Toh, dirinya tidak terlalu keras menegur leo. Dan leo akan membaik dengan sendirinya, karena memang pada dasarnya, leo tidak bisa terlalu lama marah pada ibunya.
Monic lalu mengalihkan pandangannya pada dara. Ia kembali tersenyum saat melihat raut wajah sebal yang cenderung menggemaskan baginya.
Dirinya tidak pernah tidak bersyukur meiliki anak seperti mereka. Walaupun kadang sangat terlihat jelas, jika sifat kedua anaknya sangatlah bertolak belakang.
Leo. Memiliki sifat friendly, penyayang, jahil dan konyol. Sedangkan dara justru kebalikannya. Jarang bergaul, galak, tapi tak lepas dari kesan ceria dan aktif.
Dara terlihat menyantap sarapannya dengan tenang.
Melihat itu, tentu saja leo tidak tinggal diam. Moment seperti ini yang sangat tepat baginya untuk membuat dara kesal. Leo sangat suka ketika melihat mata rusa adiknya membulat, sangat menyenangkan.
"Dar, dar" panggil leo, diiringi tatapan jahilnya.
Lara melirik sekilas lalu fokus kembali menyantap nasi goreng seafood buatan ibunya. Dara sangat menyukai masakan ibunya, karena menurutnya masakan monic memiliki khas tersendiri yang membuat masakan sang ibu berbeda dengan yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ga-Ra
FanfictionAku tidak memiliki apapun untuk dibanggakan. Tidak ada yang istimewa dari diriku. sekarang katakan padaku, apakah aku masih layak untuk dicintai? -GaRa-