2. Menjadi Lebih Dekat?

162 22 0
                                    

Kevan melambaikan tangannya saat melihat gaga sedang mencari bangku kosong. Memberi kode agar gaga duduk bersamanya. Gaga tersenyum lebar lalu berjalan menuju bangku yang paling tengah. Seperti biasa kantin selalu terlihat ramai. Malah akan terasa aneh jika salah satu tempat yang sangat diminati disekolah ini terlihat sepi.

"Dari toilet lama bener lo?" daffa menyeruput milktea kesukaannya.

"Kan dia pake toiletnya raja salman Makanya lama" sahut kevan asal.

Gaga dan daffa tampak bingung dengan perkataan kevan yang terdengar ambigu. Mereka saling bertukar tatapan, mencoba memahami setiap kata yang dilontarkan kevan. Leo sendiri masabodo dengan hal itu walau dalam hati ingin sekali ia menimpali omongan kevan.

Jika dalam mood yang baik, mungkin leo akan berujar. Alah mungkin aja ditoilet tu curut lagi smedi. Tapi leo memilih diam dengan tampang datarnya.

"Lah? Apa hubungannya nyet?" seru daffa bingung. "Gaada" jawab kevan selow.

Daffa memggerutu tak jelas, yang pasti ia persembahkan untuk kevan.

Gaga mengalihkan pandangannya pada leo, sedangkan yang ditatap malah menatap gaga sinis. Gaga terkekeh saat melihat ekspresi sebal leo yang pasti karena ulahnya. Membuat leo kesal adalah pekerjaan yang sangat menyenangkan menurut gaga.

"Kenapa tuh muka? Ditekuk mulu? Baru diputusin pacar pas lagi sayang-sayangnya?" ejek gaga, setelah memilih duduk disebelah daffa.

Gaga mengambil sebuah surat yang sengaja ia simpan di sakunya, menyatukan dengan beberapa surat yang lain, menggumpalnya lalu melempar pada tong sampah yang ada disudut kantin. Gaga bersorak girang saat 'sampah' itu masuk tepat sasarannya.

Gaga sempat mendesah lelah saat setiap hari ia selalu mendapati lokernya yang penuh oleh puluhan surat, bunga serta coklat dan berbagai hadiah lainnya. Gaga berfikir, untuk apa mereka melakukan hal yang tidak penting seperti ini? Ia bahkan sempat kewalahan untuk menyingkirkan hadiah dari fans nya. Tak jarang gaga membagikannya kepada ketiga sahabatnya, bahkan gaga membuangnya. Bukan tidak menghargai pemberian orang lain, tapi jika setiap hari seperti  terus seperti itu, gaga juga merasa muak.

Kevan dan daffa tertawa nyaring, sedangkan leo makin menunjukkan wajah muramnya. Melipat tangan didadanya kemudian berdecak.

"Eh kampret! Ngapain lo ngetawain gue?" leo mendelik pada kevan dan daffa membuat mereka menghentikan tawanya. mereka menahan bibirnya yang berkedut, bersikap seolah tidak ada yang terjadi lalu kembali memakan bakso masing-masing.

"Halah, lebay banget lo. Cowo ko ambekan? Sono mending maen boneka aja sama ade nya sikevan" cerocos daffa.

Leo melempar bungkus tissue kearah daffa, agar mengenai tepat wajahnya, tapi sial kali ini lemparannya meleset. Sontak daffa memberi leo tatapan tajamnya.

"Suka-suka gue lah. Ribet banget lo" sinis leo. Wajahnya berubah cerah saat mendapati Deva berjalan kearahnya. Deva pasti menganggu gaga, dan situasi inilah yang dimanfaatkan leo untuk membalaskan dendamnya pada gaga.

Seringaian licik mulai terbentuk dibibir tebal leo.

"Hai" sapa deva lalu mendekatkan tubuhnya pada gaga.

Gaga mendorong deva agar menjauh darinya. "Jauh-jauh lo!"

"Alah tadi aja bilang Adeeva Affsheen itu cewe idaman, sekarang orangnya udah ada malah sok jijik gitu. Jual mahal nih ceritanya?" celetuk leo sambil memakan mie ayamnya yang masih tersisa banyak. Nafsu makannya kembali meningkat.

Leo sendiri tidak tertarik pada deva. Karena sekotor apapun otaknya, tetap saja ia mencari wanita baik untuk dijadikan kekasihnya. Dan leo sadar secantik apapun deva, jika ia tidak bisa menjaga sikap serta penampilannya dengan baik. Untuk apa?

Ga-RaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang