Dara menggigit bibir bawahnya, menatap canggung kepada lawan bicara yang sedang duduk didepannya. Bertemu dengan gaga tidak pernah secanggung ini sebelumnya. Dara mencoba menenangkan detak jantungnya yang menggila, "ko gue takut ya?" batinnya.
Gaga menatap datar dara, iris matanya terlihat tajam, dingin dan kelam. Gaga lupa apa yang membuat dirinya berada di cafe dekat rumahnya ini, yang ia ingat adalah tiba-tiba dara menghalangi jalannya dan memintanya untuk berbicara empat mata dengannya. Tentu dengan tegas gaga menolak, Tapi permohonan dara akhirnya membuat ia mau bicara dengan dara.
Sudah hampir 30 menit mereka saling diam. Tidak ada satupun dari mereka yang berniat membuka percakapan. Dara menghembuskan nafasnya pelan, sadar jika gaga akan terus diam sampai ia sendiri yang mulai. "gue.. Mau ngembaliin ini.." ujarnya sambil mengulurkan sebuah tas kecil, yang gaga yakini adalah jaket miliknya.
Gaga mengambilnya tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Makasih kak, dan buat yang semalem gue minta maaf." dara menautkan kedua tangannya. Saling menggenggam erat.
Gaga mengernyit, "gue tau ucapan gue semalem keterlaluan, untuk itu, gue minta maaf sama lo, kak" kali ini dara berujar dengan suara pelan. "Gue gak harusnya ngomong yang enggak-enggak, apalagi omongan gue ampe nyakitin orang."
Gaga tetap diam. Tidak merespon semua perkataan dara.
Dara tersenyum kecut, "semarah ini?"
"Oke gue ngerti kalo lo emang gak mau ngomong sama gue, kak. Lo cuma perlu dengerin gue. Setelah ini, terserah mau lo maafin gue atau enggak."
Diamnya gaga, dara anggap sebagai tanda persetujuan.
"Arka cinta pertama gue. Gue jatuh cinta sama dia, sampe gue mutusin buat kasih semua perasaan gue ke dia. Perjuangan gue buat dapetin arka itu gak gampang. Sampe akhirnya, arka perlahan mulai ngeliat ke arah gue. Gue seneng banget waktu itu. Gue bener-bener jatuh cinta sama dia. Sampe gue gak yakin bisa cinta sama orang lain lagi, selain sama arka. Kita ngejalanin hubungan kaya pasangan lain, semua berjalan normal."
Gaga tidak bergeming. Masih mendengarkan apa yang dara coba ingin sampaikan.
"Sampe, gue ngerasa. Cuma gue yang berjuang. Dan akhirnya gue tau, kalo perasaan arka sama gue itu.." dara tersenyum pedih, tatapannya terlihat menerawang jauh, "...kosong"
Dara kembali mengubah raut wajahnya kembali, tersenyum jenaka menatap gaga, yang terlihat enggan menatapnya kembali. "Gue bisa nerima waktu itu, dan berfikir gak papalah walau cuma gue yang menganggap hubungan ini realistis." Dara menunduk dalam. "Cinta udah membuat gue bodoh"
Gaga dapat melihat sorot kepedihan yang nyata di mata dara. Sorot mata yang menggambarkan kesakitan, kepedihan dan kerinduan. Mungkin dara mencoba menutupinya, tapi, luka itu terlalu helas, hingga gaga pun bisa melihat betapa hancurnya perasaan dara.
"bahkan saat Dia bilang dia gak bisa lupain cinta pertamanya, gak ada yang bisa gantiin cinta pertamanya, dan dia bilang dia mau deket sama gue karena gue mirip sama clara. Gue tetep mau berjuang buat dia untuk dapetin hatinya"
Suaranya terdengar bergetar. Wajahnya berubah menjadi pucat pasi. Entah kenapa dara selalu merasa luka itu masih terasa sama, walaupun sudah bertahun-tahun lamanya.
"Gue bilang sama dia, gapapa, dia cuma nganggap gue sebagai pengganti clara. Gakpapa dia anggap gue sebatas pelarian. Gak masalah, Gue bisa terima, dan saat itu gue terlalu yakin kalo bisa ngubah perasaan dia." Dara mencoba mangabaikan emosi yang meletup-letup dihatinya. Perasaan benci yang sudah tersalurkan, namun masih enggan pergi dari dirinya.
"Tapi perasaan dia terlalu susah gue tebak, sampe gue ngerasa apa yang gue perjuangin selama ini gak berarti apa-apa." Sedetik kemudian cairan bening itu mengalir dipipinya. Dengan sigap ia langsung menyekanya. Ia tidak ingin terlihat lemah didepan siapapun. Ia tidak ingin terlihat begitu terluka. Ia ingin membuktikan pada semua orang jika ia masih bisa bertahan walaupun sudah dihancurkan, ia ingin seluruh dunia tau jika ia mampu bangkit walaupun rasa sakit, membuat semua terasa sulit dan rumit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ga-Ra
FanfictionAku tidak memiliki apapun untuk dibanggakan. Tidak ada yang istimewa dari diriku. sekarang katakan padaku, apakah aku masih layak untuk dicintai? -GaRa-