Senyum dara kembali merekah saat mendapati ayahnya sedang duduk diruang keluarga dengan perhatian yang tidak lepas dari koran yang sedang dipegangnya.
Dara tentu saja sangat senang. Padahal tadi pagi ibunya mengatakan jika ayahnya akan pulang minggu depan. Ini sebuah kejutan bagi dara. Sungguh, dara sangat merindukan gerald, ayahnya.
Dara memekik senang lalu berhambur kepelukan ayahnya. "Papa!"
Gerald tersenyum lalu mengusap surai indah putrinya. Ia menyimpan koran yang dibacanya ketempat semula, lalu mengecup kening dara.
"Papa, dara kangen. Kata mama papa pulang minggu depan"
Gerald terkekeh, lalu menatap lembut istrinya yang baru saja keluar dari arah dapur.
"Papa pengen bikin kejutan buat myseweetheart" goda gerald pada monic, diiringi kedipan matanya. Membuat monic tersipu seketika.
Monic hanya tersenyum simpul. Lalu duduk disebelah gerald.
"Kamu ini ya, anak udah dua. Masih aja genit" sahut monic geli. Memukul pelan lengan suaminya.
Monic kadang tidak mengerti dengan gerald. Suaminya begitu suka membuat dirinya tersipu. Disisi lain ia begitu beruntung memiliki gerald, bagaimana tidak? Pernikahannya sudah menginjak usia ke-20 tapi gerald masih saja memberi perhatian seutuhnya pada dirinya. Gerald tidak pernah membentak atau memukulnya. Jika marah, gerald malah akan lebih banyak diam.
Melihat pemandangan didepannya membuat dara bahagia. Setidaknya kedua orangtuanya masih lengkap dan saling menjaga satu sama lain. Dara merasa beruntung bisa lahir dikeluarga ini. Dara bisa merasakan kasih sayang sepenuhnya, bukan separuhnya. Ayah dan ibunya adalah separuh dari jiwa dara. Dara tidak pernah bisa membayangkan jika separuh jiwanya hancur. Tidak sampai kapanpun dara tidak akan pernah mau jika kedua orangtuanya bertengkar hingga membawa mereka pada perpisahan.
"Makasih ya ma, pa. Udah buat dara ada" pasangan itu tertegun.
"Makasih udah kasih dara kebahagiaan yang tidak pernah ada hentinya. Makasih karena kalian, dara merasa orang yang paling beruntung punya orangtua kaya kalian. Makasih karena selalu ngertiin dara, dan makasih karena kalian gapernah buat dara ngerasain sakitnya kurang kasih sayang."
Monic merasa terharu dengan ucapan anaknya. Dara meraih tangan ayah dan ibunya lalu mengecupnya penuh kasih sayang.
Betapa beruntungnya gerald dan monic mempunyai anak seperti leo dan dara. Mereka adalah kebahagiaan yang tidak bisa dideskripisikan oleh apapun.
"Makasih juga sayang, karena kamu udah buat hidup mama sama papa sempurna."
Monic tidak menyangka jika dara bisa dewasa secepat ini. Padahal ia masih ingat ketika dara masih berada dipangkuannya. Monic menitikkan airmata bahagia, kehadiran leo dan dara sangat berpengaruh besar terhadap kehidupannya.
Dara mengusap lembut wajah ibunya, menghapus jejak-jejak airmata yang tersisa. "Please, don't cry mom. Maafin dara kalo dara selalu buat mama sama papa pusing karena kelakuan dara. Tapi senakal apapun dara, dara sayang kalian lebih dari apapun." ucap dara tulus.
Dara menatap kedua orang tuanya secara bergantian. "Mom, dad. Thank's for everything. Thank you verry much."
***
Gaga membanting tubuhnya diatas kasur king size miliknya, ia baru sampai beberapa menit yang lalu setelah mengantarkan dara kerumahnya. Ia meregangkan otot tagannya yang terasa pegal. Tatapannya terhenti pada gelang yang terpasang ditangan kanannya.
Buang aja kalo lo gasuka. Gaga tersenyum kecil sambil memutar-mutar tangannya. Biru adalah warna kesukaannya.
Lalu memorinya berputar pada kejadian berapa jam yang lalu, dimana dirinya menjemput hingga mengantar dara pulang. Cewe tengil itu terlihat berbeda, setidaknya saat dara bersikap dewasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ga-Ra
FanfictionAku tidak memiliki apapun untuk dibanggakan. Tidak ada yang istimewa dari diriku. sekarang katakan padaku, apakah aku masih layak untuk dicintai? -GaRa-