5- Monster

94 7 0
                                    

Mengapa kita selalu saja bertemu?

Sederhana saja, mungkin kita sedang berdiri pada dimensi yang saling bersinggungan.

Sama seperti hari - hari biasanya, hari ini sekolah tetap akan berlangus, tak perduli seberapa malas kita bangun pagi atau takut guru killer, intinya proses belajar akan terus berjalan, mengikuti waktu yang bagai kendati berputar.

Di sudut kelas, Aradea tampak membenamkan wajahnya ke buku Geografi yang sedari tadi dibahasnya. Dia tampak sangat frustasi menghafalkan bagaimana kabut yang terus menerus berputar dan menyusut hibgga bisa membentuk tata surya dan menamai satu per satu jumlah satelit yang mengelilingi planet Saturnus.
Sungguh sukar, ditambah suasana kelas yang saat ini berubah menjadi sebuah pasar tradisional, sangat kacau karena guru yang masuk di jam pelajaran ini sedang berhalangan. Di sampingnya Aira juga sama, bertahan belajar di tengah puing - puing harapan yang nyaris angkat tangan tanda putus asa.

Keduanya memutuskan untuk belajar di perpustakaan saja, karena mereka sudah tak sanggup lagi mendengar teman - teman lainnya yang sibuk bergosip ria.
Di perpustakaan hanya ada sedikit siswa, hingga suasana sangat tenang. Aradea dan Aira memilih duduk di sudut ruangan perpustakaan yang hanya ditempati oleh seorang pria berkaca mata yang tampaknya sedang serius membaca buku yang di hadapannya.

Aradea duduk tepat di depannya, jadi tak sulit bagi Aradea untuk mengenali siapa siswa berkaca mata itu.
Lagi, lagi , dan lagi, mereka bertemu. Aradea masih menatap pria saxophone itu, namun tetap saja perhatian pria itu fokus pada apa yang sedang dia baca. Aradea dapat melihat dengan jelas nama yang tertulis pada papan nama miliknya. Adika Elvan, itulah nama pria saxophone itu.

"Hai,"sapa pria itu tiba - tiba yang membuat Aradea terkejut setengah mati. Aradea menatap lurus ke arah pria itu yang masih saja asik membaca.
"Hai?Itu suara kamu kan?" Kata Aradea bertanya pada pria di hadapannya itu.
"Iya, itu aku" jawab pria itu yang kali ini sedang menatap Dea dengan ekspresi wajah yang sukar untuk dideskripsikan. Aradea menelan ludahnya dengan susah payah, dia kelihatan sangat gugup ditatap oleh pria yang sering kali dia temui di situasi - situasi tak terduga.

"Kenapa daritadi melihatiku dengan tatapan yang seperti itu?Ada yang salah?" Tanya pria itu lagi.
"Eng..gak, gak ada yang salah kok" jawab Aradea terbata.

"Mengapa kita selalu saja bertemu?" taya Aradea pelan, karena dia merasa heran dengan pertemuan - pertemuan mereka."Sederhana saja, mungkin kita berdiri pada dimensi yang saling bersinggungan." jawab pria itu.Aradea menatap pria itu lagi setelah mendengarkan apa yang baru saja diucapkannya."Yasudahlah, gadis yang aneh.Bye, aku mau balik ke kelas dulu" kata pria itu lagi. Selanjutnya dia pergi meninggalkan Aradea yang saat ini sedang duduk deelngan elspresi membeki, Aradea menahan nafasnya karena sudah merasa sangat malu.Aira, temannya yang tadinya berkeliling untuk mencari buku menghampiri Aradea yang ekspresinya masih begitu. Aira heran, roh apa yang memasuki Dea sehingga dia tiba - tiba membeku denga ekspresi bodoh seperti saat ini.

"Hellow Aradea Fletta, di perpus buat belajar bukan ngelamunin Robert Pattinson ngajak traveling ke Verona" kata Aira ngasal karena melihat Aradea yang sepertinya sedang melamunkan sesuatu.

"Aku gak lagi ngelamunin Robert Pattinson kok, seriusan," jawab Dea.
"Truss, ngelamunin siapa dong? Jangan bilang kamu lagi ngelamunin Hachi anak yang sebatang kara pergi mencari ibunya?" kata Aira bercanda.
"Bodoh, jangan bercanda deh raa. Kali ini masalahnya serius." Kata Dea yang saat ini sedang jengkel pada Aira.
"Yaudah, kalo gitu cerita." Kata Aira. "Cerita di luar aja deh ya," jawab Dea setengah menarik tangan Aira untuk keluar dari perpustakaan.

Di taman sekolah

"Kamu kenal sama Adika Elvan?" tanya Aradea.
"Hmm, dia kenapa?"taya Aira.
"Jadi beberapa hari ini, aku sering banget ketemu sama dia. Tadi, di perpustakaan, jadi pertemuan yang ketiga kali. Kebetulan dan entah kenapa, selalu aja waktu kami ketemu aku kedapatan lagi ngelihatin dia. Sebenarnya aku cuman heran aja sih, kenapa bisa kebetulan ketemu.Aku malu banget raa, apalagi tadi dia ngatain aku cewek aneh." jelas Aradea dengan jujur.
"Hahaha.. kebiasaan deh dee kalo ngelihatin orang ga bisa biasa aja," kata Aira.
"Kan aku cuman penasaran aja, ga punya maksud apa- apa kok, seriusan." kata Aradea.
"Hahaha.. asal kamu tau aja De, dia itu dikasih julukan Monster sama teman - teman sekelasnya. Katanya sih galaknya gak ketolongan. Cuek juga kadang. Pokoknya gajelas deh, banyak variasi dan warna pokoknya," jawab Aira setengah bercanda.

"Lo kira permen yupi yang punya banyak variasi, " jawab Aradea.
"Stop girl, Yupi kan kenyal dan bernutrisi, tapi kalo dia katanya keras dan muka asemm" jawab Aira.
"Kualat loh ngehina anak orang" jawab Aradea
"Serah deh, terserah mas aja, ade mau mau ajahh, hahaha.." canda Aira
" Dasar anak ayam, lo kira gue mas mas yang suka mesum? Otak dan pikiran lo perlu disterilkan pake rinso deh raa. Hahaha.." balas Aradea.

"Udah udah, balik ke kelas yok. Sekarang udah jam pelajaran baru, kamu mau dihukum Bu Siti ngerjain soal Trigonometri?"tanya Aira sambil bergidik ngeri.
"Ogahh, yuk capcuss raa" ajak Aradea.

Lima menit setelah mereka sampai di kelas, Bu Siti masuk dengan membawa sekumpulan buku Matematika yang masing - masing tebalnya seperti Kitab suci yang selama ini dicari oleh kera sakti.
Bu Siti segera membawakan materi Trigonometri. Arade yang sedari tadi memperhatikan Bu Siti hanya mengangguk - angguk seolah mengerti, namun nyatanya otaknya sedang bermasalah saat ini. Sinus, kosinus, tangent , dan monster berwajah asem berkolaborasi di dalam otaknya, hingga konsentrasinya tak bisa fokus pada materi yang sedang diajarkan.

Kenapa dia dikasih julukan Monster?Galaknya gak ketolongan?Emang iya ya?Aku ga yakin sama sekali. Dia orang yang baik kok, aku percaya kalo dia memang orang yang baik.Walau agak cuek cuek ngeselin gitu sih. Tapi entahlah, toh aku hanya tau namanya aja kan. Mungkin aja memang gitu.

NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang